9. Maaf Bang (1)

30 7 10
                                    

Tepat pukul delapan malam di kamar sendirian Kala sedang berpikir keras bagaimana caranya agar pertemuannya dengan Ghiandra lolos malam ini, dan hal yang terpenting adalah bagaimana caranya agar abangnya memberikan izin untuknya agar bisa keluar malam malam seperti ini.

"Aku harus kasih alasan apa ya ke abang supaya dapat izin. Gak mungkin kan aku bilang jujur kalau mau ketemu Ghiandra yang ada aku malah kena marah terutama kena marah sama bang Kavian dia kan benci banget sama Ghiandra." Kala menghembuskan nafasnya frustasi.

Kala mondar mandir seraya menatap pintu kamarnya yang tertutup. Kepalanya pusing memikirkan alasan yang tepat agar di beri izin oleh abangnya untuk keluar malam.

Tiba tiba satu ide terlintas di kepala Kala, Kala akan beralasan pergi ke minimarket untuk membeli pembalut.

Jarak minimarket komplek rumahnya sekitar lima menit sampai, lumayan dekat lah dengan rumah Kala dan biasanya juga ketika Kala ingin membeli pembalut atau ingin membeli jajan juga sendiri dan itu tidak membuat kedua abangnya terlalu cemas membiarkan Kala pergi sendiri.

"Semoga berhasil." Kala bercermin memberi semangat pada dirinya sendiri. "Demi mama papa, kalau sampai aku ketemu sama mereka juga abang pasti senang." Pikirnya sangat polos.

Kala menuruni satu persatu anak tangga, di bawah sana ia melihat kedua abangnya sedang berkumpul menonton pertandingan bola dengan beberapa cemilan di atas meja.

Sebenarnya Kala kabur lewat jendela kamarnya bisa saja tanpa bilang ke dua abangnya yang terfokus pada tandingan bola di televisi. Tapi Kala tak mau seperti itu ia harus minta izin pada abangnya agar abangnya tak cemas.

Lagi pula cuma sebentar kan dia menemui Ghiandra?

"Aku mau ke supermarket depan komplek bentar ya bang? buat beli pembalut sama jajan." Jantung Kala deg deg an takut rencana yang ia susun rapi jadi gagal.

Kavian menoleh ke arah Kala. "Mau gue anterin gak?" tawar Kavian.

Kala menggeleng cepat. "Gak usah bang, cuma sebentar kayak biasanya. Pergi dulu ya."

Rasa bersalah karena telah membohongi kedua abangnya tentu ada, tapi ini demi orang tuanya pikir Kala.

Gadis itu terlalu polos, mudah percaya dengan orang, dan pemalu. Kedua abangnya selalu memantau adek perempuannya agar tidak terjerumus hal hal yang negative.

Tapi sayang sekali malam ini kedua abang Kala berhasil kena perangkap adek perempuannya sendiri gara gara si Ghiandra yang sudah mencuci otak Kala.

••••

Sesampainya di jalan bugenvil dan berhenti di shareloc yang Ghiandra kirimkan Kala turun dari taksi.

"Kok sepi ya," gumam Kala, menatap sekitar dengan perasaan sedikit takut.

Kala memegang erat erat tas selempang berwarna coklat tua miliknya, sweater berwarna cream yang cukup tebal yang ia kenakan dan rok dengan motif kotak-kotak membuatnya sedikit kedinginan karena angin malam.

Kala memegang erat erat tas selempang berwarna coklat tua miliknya, sweater berwarna cream yang cukup tebal yang ia kenakan dan rok dengan motif kotak-kotak membuatnya sedikit kedinginan karena angin malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Brothers SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang