[ 3 ] new besties unlock

54 11 3
                                    

──✧・。✦゜・✧──

[ Rumah Yura ]

Wooyoung sudah disini sekitar tiga jam mengerjakan tugas mereka. karena sekolah pulang sore, sekarang sudah agak malam.

tinggal satu materi, dan finishing naskah panggung akhir untuk dicantumkan di power point presentasi.

tugasnya seabrek-abrek sebenarnya, cuma karena Wooyoung dan Yura pintar, ini sudah hampir rampung di jam tujuh malam.

"untuk sub materi halaman terakhir ini.." guman Wooyoung.

"biar aku yang kerjakan, rapikan halaman yang lain saja." usul gadis itu.

Wooyoung hanya mengangguk, tidak banyak komplen. dia memang lumayan anteng jika didekat anak perempuan, tidak akan grasak-grusuk seperti saat bersama kawan-kawan lanang nya.

tapi mereka sudah tidak se-canggung di mobil tadi sih.

karena dia terjebak selama beberapa jam dengan gadis itu, Wooyoung mau tidak mau menyadari, Yura sebenarnya tidak secuek yang dia pikirkan.

menurut penjelasannya, Yura dulu tidak begitu nyaman diajak bicara oleh Wooyoung, karena si tengil itu berkeliaran kemana-mana dengan membawa aroma San.

perlu diketahui, image San di kalangan anak-anak sekolah selain teman-teman dekatnya itu 'preman' sekali. tampangnya sangar, dan aroma feromonnya memang sangat menindas.

Wooyoung awalnya tidak sadar, karena selain Yura, semua temannya dikelas adalah Alpha dan Beta, mereka tidak begitu terpengaruh oleh aroma San yang dia bawa.

tapi karena Yura ini Omega, apalagi perempuan, dia akan sangat mudah terganggu oleh feromon Alpha dominan seperti San.

sekarang setelah Wooyoung kurang dipeluk-peluk oleh San beberapa hari terakhir, bau San pada dirinya sudah tidak terlalu menyengat. makanya Yura bisa lebih tenang didekatnya.

"Yong, materi sejarah wayang kertas ini, sepertinya ruang baca ayahku ada beberapa buku yang kredibel. bisa minta tolong carikan? aku sedang menyusun ulang daftar isinya."

Wooyoung yang baru selesai dengan bagian revisianya menganguk saja, "boleh. dimana tapi?"

"turun saja ke dapur dulu, nanti minta antar pada bibi yang tadi. kalau kau pergi sendiri dengan arahanku, nanti tersasar."

"oke."

dengan itu Wooyoung turun ke lantai dasar, bagian dalam rumah ini tidak terlalu jomplang dengan fasad luarnya, sangat besar dan interiornya seperti kastil-kastil lama abad pertengahan.

dia diantar ke ruang baca oleh bibi kepala pelayan yang dimaksud Yura sebelumnya, mereka melewati banyak lorong di sayap kiri kediaman. jauh juga ternyata. Wooyoung serasa sedang survei lokasi untuk syuting film horor thriller.

pencahayaan rumah ini sebenarnya tidak temaram sekali, tapi karena tone lampu disini kebanyakan warna hangat, vibes vintage nya sangat berasa.

dan untuk ukuran kediaman yang sudah lama tidak ditempati, bangunan ini lumayan terawat.

setau Wooyoung, setelah tuan dan nyonya Song tua wafat, tempat ini dibiarkan tidak berpenghuni bertahun-tahun. tidak ada dari anak-anak mereka yang sibuk di kota, mau kembali ke kediaman lama ini.

baru setelah Yura dan keluarganya pindah, tempat ini dipakai lagi.

"terimakasih bibi." ucap Wooyoung sambil menunduk sedikit pada wanita tua itu setelah sampai tujuan.

"tidak masalah. tapi kau yakin tidak ingin ditemani kedalam? atau ditunggu disini?"

"Aah tidak perlu, aku bisa kembali sendiri. aku lumayan cepat mengingat jalan." balas Wooyoung.

"baiklah kalau begitu, jika kau kesulitan menemukan sesuatu atau tiba-tiba lupa jalan kembali, di dalam ada tuan muda kecil, kau bisa bertanya padanya."

"tentu.."

Wooyoung masuk dengan perasaan heran. tuan muda kecil?? apa maksudnya adalah pamannya Yura itu? kenapa dipanggil 'kecil'? apa dia masih anak-anak?? ..entahlah, paling nanti juga ketemu.

dia melihat sekelilingnya yang sudah seperti labirin buku, dinding-dinding ruangan ini juga sebenarnya dibangun dari susunan rak-rak buku tinggi yang besar dan kokoh. ini bahkan sepertinya lebih luas dari perpustakaan sekolahnya yang sudah tergolong besar.

ingin heran tapi ini kediaman orang kaya lama.

untungnya Wooyoung sudah diberi petunjuk untuk mencari kemana sebelum kesini, jika tidak, disuruh mencari dua atau tiga buku diantara jutaan yang ada disini, yang ada Wooyoung nyasar.

"bilik baca ketiga pertama dari sisi kanan..." guman Wooyoung sambil jalan kesana.

saat dia masuk, itu mirip space membaca di kebanyakan perpustakaan pada umumnya. di rak dekat pintu masuk, deret keduanya sudah ada label 'sejarah kesenian teater', dan buku yang Wooyoung cari memang ada di paling pinggir, diletakkan berderet.

"ketemu."

Ketika keluar dari bilik itu dengan memegang dua buku yang jadi tujuannya kesini, Wooyoung salah mengambil belokan satu kali, dan malah tidak sengaja masuk ke labirin buku yang membingungkan.

dia memang cepat mengingat jalan, tapi dia bukan penakluk labirin, dan belum pernah kesini sebelumya. endingnya anak itu jadi berputar-putar tidak jelas di alur yang sama sampai lelah sendiri. mana tidak bawa handphone lagi.

"sial.. kenapa dia tidak bilang 'ruang baca' ayahnya sebenarnya bukan sebuah 'ruangan' tetapi koloseum buku? tau begini seharusnya dia saja yang pergi. sepertinya untuk orang kaya, ruangan seluas ini belum terhitung membingungkan." gerutunya kesal.

padahal ini sebenarnya salah Wooyoung juga sih, menyuruh bibi tadi kembali duluan, seharusnya minta antar sampai dalam sekalian. dia tidak berekspektasi ruang bacanya akan sebesar ini.

anak itu misuh-misuh sambil terus jalan, berusaha mengingat-ingat dari arah mana dia pertama kali datang. tapi ketika dia melewati bilik buku paling ujung, sebuah suara menarik perhatiannya.

tidak begitu besar, hanya suara membalik halaman buku dari gesekan kertas yang samar, tapi itu terdengar seperti lonceng harapan ditelinga Wooyoung.

mungkin itu 'tuan muda kecil' yang dimaksud bibi kepala pelayan sebelumnya.

ada orang lain disekitar sini yang bisa dimintai bantuan.

Wooyoung mendekat dan masuk kesana dengan langkah pelan.

"Permisi.."

tidak ada jawaban.

tapi memang ada orang di dalam sini. dan itu pria dewasa berbadan besar yang wajahnya tertutupi oleh buku yang sedang dia baca. dari posisi Wooyoung, dia tidak bisa melihat seperti apa rupanya, tapi ini jelas bukan 'tuan muda kecil' sama sekali.

I mean... Lihatlah badannya! Seperti kingkong.

"Paman Song??" panggil Wooyoung lagi dengan suara yang sedikit lebih keras agar didengar.

anak itu hendak mendekat sedikit lagi untuk menarik atensi orang lain dari bukunya.

tapi tidak sampai tiga langkah, kakinya terhenti ketika buku tersebut diturunkan, dan wajah yang bersembunyi dibaliknya akhirnya terlihat oleh mata doe Wooyoung.

kesan pertama, dia pria yang tampan.

kemudian...

--wait! why did he look extremely familiar?!.

Mata monolid tajam, alis tebal, bibir penuh, hidung tinggi yang terlihat seperti mahakarya tuhan, garis rahang yang tegas, dan kulit putih bersih menjurus pucat yang mirip sekali vampire series twilight.

Wooyoung nge-lag berat dulu sebelum akhirnya terlonjak kebelakang dengan tolakan keras yang tiba-tiba.

dia mundur beberapa langkah, dan kata "Uncle Mangi.." lolos begitu saja dari mulutnya tanpa dia sadari.

Itu adalah orang yang selama ini selalu membayangi pikirannya.

mana mungkin dia tidak ingat.

─── ・ 。✦゜・ ───

HALAZIA | BL | ABO | [ WooGi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang