──✧・。✦゜・✧──
Sesuai dengan yang direncanakan Yura, Wooyoung berakhir diantar pulang oleh Mingi.
supir malang yang seharusnya mengambil shift malam, telah dikirim ke lokasi konstruksi pembangunan klinik entah untuk alasan apa oleh Yura.
Wooyoung tidak peduli, yang penting hasil final nya dia punya kesempatan jalan berdua dengan Mingi.
Pertama-tama untuk basa-basi, Yura tentu saja mengenalkan mereka berdua. walaupun Wooyoung dalam hati membatin bahwa dia sudah tau, saat Mingi mengenalkan dirinya atas suruhan keponakannya.
"--dan paman, dia teman kelasku. namanya Jung Wooyoung."
"Jung... Wooyoung?" tanya Mingi memastikan.
Yura dan Wooyoung disana mengangguk mengiyakan.
"Ya, ada masalah dengan namanya?" Yura bertanya balik.
"Bukan.. bukan apa-apa, hanya merasa pernah mendengarnya di suatu tempat." balas Mingi seadanya, lalu pamit mengantar Wooyoung.
Mereka berdua jalan ke halaman depan rumah, dimana mobil Rover hitam milik Mingi terparkir.
Alpha di sebelahnya tidak terlalu banyak menghiraukannya, tapi tatapan Wooyoung dari awal secara terang-terangan memperhatikan orang lain.
anak ini bukan tipe yang bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
terlebih yang membuatnya salah fokus dari tadi sebenarnya adalah tinggi Mingi. Iya Wooyoung tau rata-rata Alpha gen fisiknya memang selalu diatas gender lain. Terutama dalam aspek tinggi badan, mereka biasanya unggul.
Tapi Mingi ini keterlaluan.
Dulu Wooyoung pikir Mingi terlihat tinggi besar, karena dirinya saja yang kecil. tapi sekarang, saat dia telah 18 tahun, yang mana sudah hampir di akhir masa pertumbuhannya, dan bertemu Mingi lagi, kenapa rasa-rasanya tidak ada perubahan?? Pria ini masih saja sebesar titan dalam sudut pandang Wooyoung.
sangat menjulang.
"Kau punya masalah dengan matamu terus menatap kearahku?" tanya Mingi yang tiba-tiba merasa jengah ditatapi terus.
"Jutek sekali.., tidak ada teguran yang lebih lembut?"
"dan kau, tidak ada sikap yang lebih sopan? menatap dengan cara seperti itu pada orang yang lebih tua darimu kurang ber-etika."
normalnya, orang akan merasa ciut jika ditegur seperti itu. terlebih dengan nada bicara dan tone suara serendah milik Mingi.
tapi ini Wooyoung, dia tidak punya rasa takut. bro's fearless.
"aku tidak ingat kau sebenarnya pria yang membosankan?." kata Wooyoung enteng.
"aku selalu seperti ini."
"tidak. kau tidak."
Mingi sebenarnya agak heran kenapa cara bicara anak ini seakan mereka pernah bertemu sebelumnya. tapi dia hanya mengabaikannya, dan masuk mobil duluan.
Wooyoung dibiarkan masuk sendiri. tidak ada yang namanya dibukakan pintu, apalagi dipasangkan seatbelt seperti di drama-drama.
Mingi terlalu anti-romantic untuk semua itu.
untungnya Wooyoung lama-lama sudah mulai beradaptasi dengan versi Paman Mingi yang dingin ini.
Padahal dulu saat bertemu Wooyoung yang masih anak-anak, dia sangat lembut. Kenapa sekarang sikapnya sampah sekali?.
apa dia memang cuma suka anak balita ya?? yang sudah remaja tidak minat?.
entahlah.
Saat sudah masuk mobil yang udaranya tidak sebebas diluar, Mingi kembali menutup hidungnya dengan alis berkerut, sambil menyetir dengan satu tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAZIA | BL | ABO | [ WooGi ]
RomanceCerita pertemuan dek Wuyo dan uncle Mangi. Wooyoung (sub), Mingi (top).