──✧・。✦゜・✧──
Selama ini, ekspektasi Wooyoung untuk pertemuan pertamanya dengan Mingi setelah sekian tahun, kalau tidak di acara-acara formal bisnis ayahnya, ya mungkin nanti, ketika dia sudah masuk universitas dan pindah ke kota yang sama dengan pria itu.
chance bertemu nya lebih baik.
tapi siapa sangka mereka malah berujung saling berhadapan disini, hari ini, di kesempatan paling random yang pernah Wooyoung pikirkan ini.
di ruang baca ayahnya Yura.
sekarang mau kaget juga sia-sia. --bisa-bisanya Wooyoung lupa kalau marga nya Mingi kan memang Song.
dulu dia pikir itu cuma kebetulan sama. dia benar-benar tidak berekspektasi kalau Mingi ternyata memang anak dari keluarga Song.
Wooyoung kira dia hanya kenalan orangtuanya. duhh..
lagian siapa juga yang akan membayangkan apa yang dipanggil sebagai 'tuan muda kecil', adalah Song Mingi yang besar bin segahar gapura ini? bagian mananya yang kecil?!
"Uncle Mangi.." ucap Wooyoung tanpa sadar.
Suaranya sebenarnya kecil, tapi karena suasana bilik baca ini sunyi, itu terdengar dengan mudah oleh satu-satunya orang lain selain dirinya di ruangan itu.
"Kau kenal aku??" sahut Mingi yang akhirnya bangkit dan melepaskan bukunya.
alisnya terangkat dalam keheranan. disamping dia tidak tau siapa anak dengan seragam SMA nyasar yang tiba-tiba ada didepannya, dia juga heran kenapa anak ini tau namanya.
apa dia temannya Yura?.
Mingi bingung, Wooyoung tidak kalah bingung. tapi untuk alasan yang berbeda.
apa yang berputar di kepala kecilnya justru kenapa pria dewasa didepannya ini masih begitu tampan? Mingi benar-benar terlihat persis seperti apa yang ada di ingatan Wooyoung saat kecil, dia belum berubah sedikitpun. seakan tidak menua sama sekali.
Sangat indah. terutama dengan setelan semi-formal nya sekarang, kemeja putih itu tampak sempurna sekali membalut tubuh proposional nya.
pria itu mengenakan kacamata berbingkai tipis, dan Wooyoung berani bersumpah, dia belum pernah melihat orang se-atraktif ini dengan kacamata selain Mingi.
"Keponakanku bilang temannya mungkin tersesat disini karena tidak kunjung kembali, apa itu kau?" tanya Mingi yang baru melihat notifikasi chat di smartphone nya, lalu berjalan mendekati Wooyoung.
dia jalan kedepan dengan langkah yang kasual, tapi tiba-tiba berhenti sekitar tujuh langkah dari Wooyoung. merasa ada yang salah.
pria itu menoleh sedikit kesamping, sembari menutupi bawah hidungnya dengan punggung tangan.
Wooyoung jadi ikut terdiam.
apa-apaan dengan gesture itu? dia... menutup hidung??
tidak mungkin kan? Wooyoung.. bau?.
anak yang overthinking itu tentu saja ikut mengendus-endus dirinya untuk memastikan, dia bau apa tidak.
tapi tidak.
Wooyoung tidak bau.
terus kenapa alis Song Mingi berkerut seakan dia baru mencium kotoran??.
pria besar itu berjalan melewati Wooyoung, dan berkata tanpa berbalik.
"Ikuti aku." katanya singkat.
Wooyoung tidak menjawab apapun, tapi mengekor dengan manut.
bahkan setelah sampai di pintu ruang baca, Mingi masih menutup hidungnya. dan entah kenapa, Wooyoung samar-samar merasa pria itu agak keki terhadapnya. Kenapa?? padahal Wooyoung cuma diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALAZIA | BL | ABO | [ WooGi ]
RomanceCerita pertemuan dek Wuyo dan uncle Mangi. Wooyoung (sub), Mingi (top).