The First Confession [SingZay] #01

513 43 37
                                    

Genre: BL (Shounen-Ai), Drama, Friendship, School, Slice of Life.

[Cerita ini fiksi. Tidak ada hubungannya dengan tempat atau peristiwa nyata.]

[Pengarang hanya meminjam visual dan nama member XODIAC.]

[Tidak untuk dibawa-bawa, dikaitkan, disangkut-pautkan, dibayangkan (dianggap serius) atau semacamnya dengan kehidupan asli para member di real life.]

[Semua perbuatan buruk di sini tidak untuk ditiru atau dicontoh! Ambil baiknya dan buang buruknya!]

Sorry for the shortcomings🙏
Happy Reading❤️
I hope you like this

•┈┈┈┈┈•❦•┈┈┈┈┈•

01. The First Kiss

"Haaah ...."

Di atas salju putih yang memenuhi jalan, seorang siswa menghela napas panjang hingga terdengar jelas di tengah keheningan malam ini.

"Kepalaku pusing. Jika terus seperti ini, mungkin besok aku benar-benar akan gila," keluh siswa berwajah masam yang tadi menghela napas dengan name tag "Zayyan" yang terpasang di bagian dada kiri seragamnya.

Siswa yang berjalan di sampingnya menyahut, "Pertahankan kewarasanmu dulu. Hanya beberapa hari lagi sampai libur musim dingin."

Zayyan memasang wajah murung. "Tetapi ... bagaimana jika aku tidak lulus ...?"

Melihat anak yang biasanya ceria dan cerewet itu murung begini, teman di sampingnya merasa aneh dan iba. "Kenapa kau begitu tidak percaya diri?"

"Itu karena ...." Zayyan terdiam untuk beberapa saat setelah menggantungkan kalimatnya, seakan-akan sedang mencari-cari alasan. "Otakku berhenti berfungsi dan ingatanku kabur semua begitu ujian dimulai, jadi aku hanya memilih semua jawaban secara acak ...."

Siswa bernama Sing yang merupakan teman Zayyan itu hanya bisa merasa tidak habis pikir sambil memalingkan wajah ke arah lain. Jika Zayyan benar-benar hanya menjawab secara asal-asalan, tidak heran jika dia tidak lulus, karena nilainya tergantung pada keberuntungan yang berpihak pada Zayyan.

"Uh ... AAAGH! Sebenarnya kenapa matematika sangat sulit?! Apa kau (matematika) membenciku, hah?!" gerutu Zayyan mengacak-acak rambut karena kekacauan di otaknya.

Sing sempat terkekeh sekilas karena melihat teman kecilnya-meskipun Zayyan lebih tua darinya hanya beberapa bulan-yang terus mengomel seperti anak kecil itu. "Bukankah kaulah yang membenci matematika?"

"Jangan salahkan aku karena membencinya. Ini salahnya karena menjadi sulit," elak Zayyan sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ini salahmu karena kau terlalu banyak bermain daripada belajar, Bodoh," balas Sing sambil mencubit pipi Zayyan, lalu berjalan lebih dahulu ke depan sambil tersenyum meledek. "Biar kutebak, peringkatmu akan berada di posisi lima kecil."

Dahi Zayyan mengernyit begitu mendengar ledekan Sing, tetapi dia hanya bisa diam sambil menatap dengan jengkel punggung Sing yang menjauh sembari memegangi pipinya yang baru saja dicubit. Mulut Zayyan tak bisa membalas ejekan temannya itu, karena memang, tahun lalu Zayyan menempati ranking ke-28 dari 30 siswa di kelasnya, dan tahun-tahun sebelum itu juga tidak beda jauh.

Zayyan menyusul Sing yang sudah di depan, lalu menawar, "Mau bertaruh soal ranking-ku?"

Langkah Sing terhenti, perkataan Zayyan tadi membuat kepalanya menoleh ke arah lelaki yang sedang tersenyum itu. "Aku bertaruh aku akan meraih ranking ke-25 atau di atasnya."

Short Stories [ZaLeSing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang