"Le, Ric dipanggil bu Amara keruangannya sekarang." Itu Radit si ketua kelas yang berbicara, mengambil fokus Julee dan Eric yang sibuk menghitung gaya jatuh sebuah bola dari buku paket fisika.Yang diperintah tentu mengernyit bingung. Merasa tidak biasa mendengar wali kelas mereka meminta untuk mampir ke ruang guru.
"Ngapain deh?" Tanya Eric yang disahuti tidak tau dari Radit.
Masih dengan bingung Eric menepuk bahu Julee meminta anak itu untuk segera berdiri dan pergi menuju ruang guru bersama.
"Lo dorong aja kursi roda gue napa sih! Repot deh." Protes Julee.
"Lo yang bakal repot tolol. Ruang guru di lantai dua, gue ingetin lift lagi dibenerin kita harus naik tangga."
"Ck. Repot dah."
Akhirnya mau tak mau Julee berdiri dari tempat nyamannya lalu mengekori Eric yang lebih dulu berjalan didepannya.
"Pelan-pelan jalannya monyet!"
Sampai tujuan Eric mendorong kecil tubuh Julee bermaksud meminta anak itu untuk mengetuk pintu dan mengucap salam sebelum akhirnya beranjak masuk setelah dipersilahkan oleh pemilik ruangan tersebut.
Keduanya mengernyit saat mendapati sosok Hakya duduk disalah satu kursi didepan meja si wali kelas. Anak itu bahkan acuh dengan kehadiran mereka.
"Julee dan Eric ayo sini duduk." Julee yang berdiri didepan Eric segera mengambil posisi disamping Hakya sementara Eric pilih berdiri disisi Julee.
"Maaf ya ibu ganggu waktu kalian. Kita gak perlu basa-basi deh, ya. Jadi Jul, Ric. Ibu mau minta tolong ke kalian berdua untuk bantu Hakya ini yang kayaknya ketinggalan banyak pelajaran sebelumnya, sekaligus untuk bantu Hakya membenahi nilai karena dilihat nilainya masih banyak yang kurang, kalian inikan sudah kelas sebelas beberapa bulan lagi juga akan naik kelas duabelas takutnya nanti ada kesulitan untuk naik tingkat jadi Ibu minta tolong sekali sama kalian untuk bantu Hakya ya, nak." Terang Bu Amara.
"Tapi Bu, Ibu tau kan kalo saya sama Julee juga suka ketinggalan pelajaran?" Selak Eric kemudian.
"Nah karena Ibu tau dan atas pertimbangan juga, Pak Anton sendiri yang mengajukan kalian karena melihat keadaan. Jadi maksud nya daripada mengajari Hakya, pak Anton lebih bermaksud meminta kalian untuk membuat kelompok belajar bersama. Jadi mungkin kalian bisa saling menguntungkan, karena ada Hakya juga yang akan bantu kalian kalau semisal kalian berdua mulai tertinggal pelajaran lagi."
Julee dan Eric diam, menimang dengan cermat permintaan wali kelasnya. Semuanya baru untuk mereka, selama ini bahkan tidak ada yang meminta mereka untuk membantu siswa lain memperbaiki nilai. Meskipun berada pada 3 peringkat teratas di angkatan, tidak menutupi fakta bahwa mereka banyak tertinggal pelajaran karena kondisi kesehatan masing-masing.
"Sebelumnya maaf, Bu. Bukan bermaksud lancang, tapi kenapa gak sama Nana aja ya?" Tanya Julee.
"Nana mau diambil untuk menjadi perwakilan sekolah ikut olimpiade nasional. Tadinya juga Ibu sudah ajukan Nana, tapi pak Anton gak setuju karena takut menganggu fokusnya. Tau sendirilah ya, gimana cara dia belajar? Makanya Pak Anton minta Julee dan Eric saja. Ibu juga sudah ajukan yang lain seperti Athan sama Ikli karena Ibu ngerti sama kondisi kalian, tapi Pak Anton keukeuh maunya kalian."
Julee dan Eric lantas menghela napas. Kalau begini memangnya bisa menolak?
"Baik kalau begitu, Bu. Tapi baik saya dan Eric tidak bisa menjanjikan apa-apa, Bu. Tapi kita akan coba semaksimal mungkin, semoga Hakya juga bisa bekerja sama dengan baik." Putus Julee akhirnya.
"Ibu berterima kasih sekali sama kalian. Terima kasih, ya, Julee dan Eric. Hakya juga mohon kerja samanya ya, nak."
Hakya terlihat mengangguk dengan senyum tipis dibibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk Drop : A Journey
Teen FictionJulee dan Eric tidak pernah tau bahwa kehadiran Hakya membawa perubahan besar dalam hidup mereka berdua. Hakya si murid misterius itu cukup menyentil rasa penasaran Julee dan Eric setelah sekian lama mereka abai dengan lingkungan sekitar hanya karen...