Seperti kesepakatan minggu lalu. Selasa ini sepulang sekolah Julee, Eric dan Hakya akan mulai kelompok belajar bersama untuk pertama kali.
Seperti kata Eric minggu lalu, mereka akan menggunakan jadwal belajar miliknya dan Julee yang sudah ada. Berarti dengan tempat dan pelajaran yang sama pula sesuai dengan jadwal yang telah dibuat sejak lama itu.
Bel pertanda berakhirnya kegiatan belajar mengajar di sekolah hari itu berdering lantang lima menit yang lalu, satu persatu siswa mulai keluar dari kelas memenuhi lorong sekolah yang kini penuh dengan sorak sorai juga suara bincang dari para siswa yang siap untuk kembali ke rumah masing-masing atau yang siap untuk melanjutkan kegiatan masing-masing.
Lapangan-lapangan pun tidak luput dari keramaian yang memang biasanya kerap di gunakan untuk kegiatan ekstrakulikuler atau tempat berkumpulnya siswa yang masih ingin berkegiatan diluar ekstrakulikuler seperti futsal bebas atau basket bebas. Biasanya akan lebih banyak siswa laki-laki yang akan bermain disana hingga sore hari, menghabiskan waktu bersama teman-teman untuk menutup hari.
Hakya masih ditempatnya, bawaanya sudah rapih didalam ransel abu yang kini berada diatas meja. Menunggu dua calon tutornya yang masih sibuk menyalin beberapa poin materi dari papan tulis sebelum tulisan-tulisan disana dihapus dan dibersihkan oleh murid yang mendapat jadwal piket. Ia tidak mengerti mengapa rasanya ia sangat bersemangat untuk belajar bersama dua sejoli itu. Senyumnya terus mengembang sejak bel berdering.
Hampir lima menit akhirnya Hakya mendengar pergerakan dari meja dibelakangnya. Eric dan Julee yang sepertinya sudah beres dengan kegiatan menyalinnya terlihat mulai membenahi buku-buku catatannya untuk dimasukan kedalam ransel. Eric pun mulai mencangklokan ransel navy nya pada bahu sebelah kirinya, sementara Julee sudah siap memangku ransel miliknya yang berwarna merah.
"Lo dijemput atau bawa kendaraan?" Tanya Eric pada Hakya.
"Gue naik transum. Emangnya kenapa?"
"Oh syukur deh. Hari ini belajar di rumahnya Julee, jadi kita baliknya ikut dia. Gak masalah? "
Hakya mengangguk mengerti.
"Ya udah, yuk. Kita cabut sekarang, tapi pak Yulam udah datengkan, Jul?"
"Udah di lobi,"
"OKE LET'S GO!" Eric berjalan didepan sambil mendorong kursi roda Julee dengan Hakya mengikuti dibelakang.
Sesekali ketiganya lepaskan senyum untuk balasan atas sapaan beberapa orang yang mereka temui disana. Julee dan Eric terlihat tertawa entah membicarakan apa. Hingga ketiganya sampai di lobi dan temukan sosok pria paruh baya berdiri di pintu masuk utama. Sosok Pak Yulam yang menjadi sopir pribadi keluarga Julee sejak anak itu masih didalam kandungan.
Pak Yulam sebenarnya adalah sopir yang bekerja untuk keluarga Bunda Julee sebelumnya yang lalu diminta ikut untuk pindah bersama keluarga anak itu setelah kakak perempuan Julee lahir yang berarti Pak Yulam sudah mengabdi dikeluarga mereka sejak 19 tahun lalu. Dan kini beliau bertugas sebagai sopir pribadi Julee.
"Pak Yulam selamat siang!" Sapa Eric cerah yang dibalas anggukan serta senyum lebar dari yang disapa.
Kini Julee pun sudah berpindah berdiri disisi Eric dan Hakya sementara pak Yulam melipat kursi rodanya dan menyimpannya di bagasi.
"Ayo kita pulang!" Eric kembali mendahului keduanya untuk masuk dan duduk dikursi belakang sedan hitam yang digunakan pak Yulam untuk menjemput anak majikan kesayangannya.
"Lo dibelakang aja sama Eric biar gue yang didepan." Julee mendorong kecil Hakya untuk ikut masuk bersama Eric kemudian dirinya menyusul masuk dan duduk dikursi samping kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milk Drop : A Journey
Teen FictionJulee dan Eric tidak pernah tau bahwa kehadiran Hakya membawa perubahan besar dalam hidup mereka berdua. Hakya si murid misterius itu cukup menyentil rasa penasaran Julee dan Eric setelah sekian lama mereka abai dengan lingkungan sekitar hanya karen...