The Final Breath of The Enchanted Sea (5)

542 53 26
                                    

Hari ini Hinata sudah bersiap dari pagi-pagi sekali. Ia mengenakan pakaian yang nyaman untuk berjalan, topi, alas kaki, tas dan beberapa uang di dalam tas tersebut. Ia juga membawa obat-obatan miliknya.

Wanita itu berjalan keluar dari kamarnya dan pergi ke arah pintu keluar istana.

"Aku ingin pergi ke kuil." Ucap Hinata kepada salah satu penjaga. "Dan ku rasa hari ini aku tidak butuh ajudan." Lanjutnya.

Sang ajudan sedikit terkejut dengan permintaan mendadak dari Nyonya nya tersebut, "Maaf Nyonya tapi anda tidak bisa pergi tanpa ijin dari tuan putra mahkota." Ujar sang ajudan.

Hinata membuang muka, "Aku hanya tidak ingin repot." Jawabnya.

"Tapi nyonya.."

Tatapan Hinata langsung berubah menyirit tajam kepada sang ajudan yang berjaga, "Apakah aku harus menangis dan berdebat terlebih dahulu dengannya hanya untuk pergi beribadah?!" Sentaknya kepada Ajudan tersebut. Ia bingung, mengapa semua orang yang berada di rumah ini seolah setuju dengan perilaku Naruto yang begitu terobsesi untuk mengurungnya? Apakah mereka sama gilanya dengannya?

Sang ajudan yang merasa tidak enak langsung membukakan pintu. "Baiklah nyonya, saya harap anda berhati-hati di jalan." Balas sang ajudan.

Hinata berjalan keluar rumah tersebut, udaranya begitu dingin namun ia senang karena bisa pergi sendirian setelah sekian lama. Sampai di depan rumah ia mencari beberapa kusir untuk mengantarnya dan ia meminta untuk di antar ke pantai.

Karena rumah, mansion, ini terletak cukup dekat dari sebuah pasar, Hinata memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak sampai ia tiba di pasar tersebut untuk mencari kusir.

Ia cukup bahagia karena bisa menghirup udara segar langsung dari sumbernya dan bukan melalui balkon yang tersedia di rumahnya. Senyum tipis terlukis di wajah wanita manis itu, setidaknya untuk saat ini.

Beberapa menit berjalan ia sampai di sebuah pasar, Hinata tidak menyangka tempatnya akan cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, mungkin ini adalah efek samping dari menjadi putri di sebuah kerajaan besar, ia tidak pernah keluar rumah apalagi berjalan jauh kecuali di sekitar rumahnya.

Hinata duduk di sebuah kursi yang terletak di pinggir jalan utama, sembari mengistirahatkan kakinya ia juga menunggu kusir kuda lewat. Setelah duduk, Ia baru menyadari bahwa dirinya begitu gugup dan takut sekarang.

"Aku tidak menyangka akan berada sedekat ini dengan orang-orang." Lirihnya sembari menoleh kesana kemari guna menatap semua orang yang berjalan memenuhi pasar. Ia menghela nafas gusar.

"Nona apakah anda memiliki masalah?" Tanya seorang pria tua yang tampaknya habis kembali sedari pasar setelah membeli beberapa makanan.

"Ah? Apa? T-tidak." Hinata begitu terkejut dan malu disaat yang bersamaan, ia bahkan menggelengkan kepalanya berkali-kali karena ia begitu gugup.

Jujur saja, Hinata adalah wanita yang begitu pemalu dan takut kepada orang baru, ini sudah terjadi sejak ia masih kecil, karena sebegitu jarangnya ia berbicara dengan orang asing, jadi ia sedikit bingung.

Pria tua itu tertawa. "Saya bertanya karena anda menghela nafas seperti itu." Klarifikasinya.

"Apakah anda duduk disini untuk mencari seorang kusir?" Tanya Pria tersebut. Hinata mengangguk matanya bersinar tiba-tiba.

"Kalau begitu nona ikut saya saja. Saya baru saja selesai sarapan di toko dekat sana, pemiliknya begitu baik sampai nemberi pria tua seperti saya sebuah roti." Sang kusir menunjuk sebuah toko yang letaknya tak jauh dari situ. Hinata tak bisa melihat nya karena jaraknya terlalu jauh.

Absence of Sight [Naruto X Hinata]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang