All Apologize (8)

34 11 1
                                    

Di pagi-pagi buta, Hinata terlihat seperti habis bangun dari mimpi buruk, matanya begitu ketakutan dan tubuhnya bergetar. Ia mengenggam erat ujung selimut dengan tangannya yang masih basah karena keringat dingin.

Wanita itu memandang sekeliling kamarnya yang gulita, penglihatannya yang begitu buram tidak menyulitkan Hinata dari langkah pelannya kearah lemari.

Tangannya meraba pelan kedalam nakas seolah mencari sesuatu, ia mencari kotak perhiasan yang pernah di simpan rapat-rapat di dalam sebuah nakas penyimpanan. Walau terletak sangat rapat dalam sebuah nakas, kotak itu terlihat begitu bersih dari debu dan kotoran.

Ia membawa kotak tersebut lalu duduk di atas kasur, kotak tersebut diletakannya di atas paha dengan begitu hati-hati. Hinata membuka dan menatap kedalam isi kotak tersebut. Matanya terlihat begitu ragu dan ada beban yang berat di dalam tatapan tersebut.

.

"Apakah hari ini nyonya hendak pergi ke sebuah tempat? Yang mulia putra mahkota berkata jika anda boleh pergi kemanapun hari ini selama masih bersama ajudan." Ucap Shizune.

Hinata terkejut atas penyataan yang di berikan Shizune tadi, "Benarkah?"

Shizune mengangguk kecil, "Yang mulia putra mahkota sedang melakukan kunjungan hari ini, beliau sepertinya tidak akan kembali cepat. Mungkin baru kembali besok atau lusa." Lanjutnya.

Hinata menunduk, ia menatap makanannya sembari berfikir sesuatu.

"Mungkin ia pergi mengurusi wilayah Amegakure yang cukup tak terjamah. Syukurlah dirinya masih punya hati nurani."

"Ada masalah nyonya?" Tanya Shizune bingung karena Hinata tak memberi jawaban.

Hinata menggeleng kepala ringan, "Hari ini aku mau di rumah saja." Jawabnya dengan wajah yang tampak sedikit senang.

Shizune tersenyum lembut, "Itu pilihan yang tepat nyonya, beberapa hari ini cuaca cukup dingin karena musim gugur, saya rasa akan turun hujan juga untuk terakhir kalinya sebelum menjelang musim dingin."

Hinata tersenyum saja mendengar kalimat Shizune.

"Kau wanita yang cerdas Shizune-san. Pekerjaan mu pasti berat, istirahatlah selagi yang mulia putra mahkota belum kembali."

Shizune terkejut dengan ucapan dari Hinata. Sejujurnya pekerjaan sebagai seorang pelayan pada rumah utama tidaklah mudah. Para pelayan dituntut untuk pintar, bisa membaca dan juga berpendidikan, namun tak ada satupun keluarga kerajaan yang memahami isi hati para pelayan, kecuali nyonya Kushina.

Pipi Shizune memerah, hatinya sedikit tersentuh, Ia menjawab dengan senyum. "T-terimakasih nyonya. Tapi nyonya tidak perlu menghawatirkan saya, sebaliknya, lebih baik nyonyalah yang beristirahat supaya tubuh nyonya kembali sehat dan kembali ceria."

"Ceria? Apakah diriku tampak pernah mengeluarkan ekspresi seperti itu?"

Hinata tersenyum kecil dalam diamnya. "Baiklah Aku mengerti, terimakasih atas informasinya Shizune. Kau boleh pergi sekarang" Jawabnya. Dan tak lama Shizune pergi dari ruang makan, meninggalkan Hinata yang masih berfikir dalam diam.

Sarapan sendirian di rumah sebesar ini sebenarnya membuat Hinata kurang nyaman. Semakin besar ruangan, semakin besar pula ia harus memfokuskan pandangannya untuk melihat. Tanpa para pelayan, ia tak bisa apa apa.

"Bukankah ini yang selama ini ku inginkan?"

Hinata terdiam sejenak, memejamkan mata, meskipun itu tak ada bedanya. Kesunyian rumah yang selalu ia idam-idamkan dulu karena dipikir akan terasa nyaman, kini berubah menjadi beban.

Absence of Sight [Naruto X Hinata]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang