Shattered Sword (9)

22 8 1
                                    

"Apakah di sekitar sini ada toko perhiasan?" Tanyanya kepada seorang ajudan yang sebelum ini sudah menunggui dirinya di depan pintu.

"Apakah nyonya ingin membeli beberapa perhiasan? Bagaimana jika toko perhiasan di dekat pasar kota.?" Tawaran sang ajudan.

Hinata tidak menatap ajudan itu, ia hanya terus berjalan sembari memenangi tangan sang ajudan sampai akhirnya masuk kedalam kereta kuda yang sudah di sediakan.

Sang ajudan tampak memandang kesekeliling. "Dimana tuan Sasuke, yang mulia?"

Hinata yang sudah duduk di dalam kereta hanya mengosongkan pandangannya kepada sang ajudan. "Ia sedang ada urusan."

"Tapi nyonya, toko perhiasan itu terletak di tengah pasar kota, tempat itu akan sangat ramai dan kereta kuda tidak bisa masuk kesana, mau tidak mau anda harus berjalan sedikit,"

"Tanpa kehadiran tuan Sasuke-"

"Tidak apa-apa, tolong antar aku kesana." Jawabnya.

Mendengar ucapannya yang sudah dipotong sang ratu, ajudan itu mau tidak mau langsung menganguk dan mengantar Hinata ketempat tujuannya.

..

"Yang Mulia, ada sesuatu yang bisa saya lakukan untuk Anda?" tanyanya dengan nada serius.

Pagi ini Sasuke menghadap Hinata yang berada di dalam kamarnya. Hinata tampak asyik menyulam sebuah sapu tangan bermotifkan bunga lotus di atasnya.

"Apakah kau bisa membaca tuan Sasuke?" Tanya Hinata tiba-tiba, sejujurnya mendengar pertanyaan tersebut membuat Sasuke bingung.

"Saya bisa, mengapa yang mulia bertanya?"

Hinata tersenyum, "Pergilah kesebuah toko yang menjual naskah drama," Ujar Hinata.

"Aku akan menyuruh Shizune untuk membacakannya kepadaku ketika kau berhasil mendapatkan naskah drama yang bagus."

Sasuke berdiri tegap di hadapan Hinata, sedikit terkejut oleh permintaan yang tidak biasa itu. Biasanya, ia diberi tugas-tugas yang jauh lebih serius, seperti melindungi istana atau menangani misi penting bagi keluarga kerajaan. Tapi kali ini, Hinata, dengan senyum lembut dan tangan yang sibuk menyulam, meminta sesuatu yang sederhana —mencarikannya naskah drama.

Sasuke mengerutkan dahi. "Tetapi, Yang Mulia, tugas utama saya adalah memastikan Anda aman. Yang Mulia putra mahkota tidak akan senang jika saya pergi tanpa alasan yang jelas."

"Pergilah, hari ini aku akan tetap berada di dalam rumah. Jangan terlalu khawatir."

Sasuke masih tampak ragu, tapi ia tidak mungkin membantah permintaan langsung dari permaisuri. "Baiklah, Yang Mulia. Saya akan segera pergi mencarikan sebuah naskah drama," jawabnya, meski tatapannya tetap waspada.

Sasuke meninggalkan kamar Hinata dengan cepat, namun pikirannya masih memikirkan permintaan itu. Tidak ada yang salah dengan mengerjakan tugas-tugas kecil seperti ini, tetapi perasaan aneh muncul dalam dirinya. Apakah Hinata sengaja memberikan tugas ini untuk memberinya waktu sendiri? Pertanyaan itu terus berputar di pikirannya saat dia berjalan melalui lorong istana.

Setelah kepergian Sasuke, Hinata tampak menyiritkan pandangannya kepada sapu tangan tersebut. Ia menatap kotak perhiasan yang terletak tak jauh dari meja di depannya.

"Aku berjanji akan kembali lebih cepat, tuan Sasuke." Lirih Hinata.

...

Kereta kuda tersebut berjalan cukup santai sehingga Hinata bisa menikmati jalanan kota dengan baik walau ia tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Absence of Sight [Naruto X Hinata]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang