Part 11

329 29 3
                                    

Sebulan berlalu, hinata masih tidak punya keberanian untuk menatap shikamaru.

Dia masih merutuki dan memaki dirinya atas permintaan tidak masuk akalnya malam itu.

Bagaimana bisa dia sejalang itu merayu suami orang. Hinata ingin mengundurkan diri dari rumah ini, tabungan hinata untuk membuka usaha kecil-kecilan sudah dirasa cukup, karena selain gaji yang lumayan gede, hinata juga sering mendapat bonus dari nyonya nara, semua perlengkapan boruto, dari makanan, pakaian dan mainan juga selalu disediakan oleh nyonya nara, sekalian dibeli saat membeli untuk shikadai katanya.

Nyonya Nara sangat menyayanginya, bahkan diperlakukan seperti anak sendiri karena itulah hinata jadi ragu untuk resaign.

Apalagi shikadai, hinata tidak bisa meninggakan bocah jenius sok cool tapi paling bisa membuat hinata sayang itu.

"Dai kalau neechan pergi dari sini, apa yang akan Dai rasakan?" Tanya hinata suatu hari yang membuatnya langsung merasa bersalah karena melihat kesedihan diwajah Dai.

"Hal yang sama seperti saat Kaasan pergi." Saat itu hinata hanya bisa mematung. Dia tidak menyangka kalau shikadai sebaik dan sesayang itu padanya.

Mendengar itu membuat hinata semakin  enggan resaign karena sangat berat untuk meninggalkan Dai. Dia bertekat kalau dia akan mencoba bertahan paling tidak sampai Temari kembali.

"Ibu, izinkan aku bawa Dai."

"Tapi nak, kamu kan disana kerja, nanti Dai siapa yang temenin?"

"Shika bisa bawa dia kemana-mana bu."

"Kamu ga kasihan sama Dai nak? Dia pasti akan merasa lelah nanti."

"Ibu tidak kasihan padaku nanti ? Aku pergi 6 bulan bu. Ibu tau kan maksimal shika kuat ga ngelihat Dai itu seminggu bu."

"Nak, Korea Jepang itu hanya 2 jam. Kamu punya jet pribadi. Kamu bisa pulang kapanpun kau merindukan Dai."

"Ga bisa bu, kalau Shika ga fokus, bisa-bisa shika disana lebih dari 6 bulan."

"Tuh kan, kamu bakalan sibuk bangat nak. Nanti Dai jadi terlantar disana."

"Tidak akan bu, shika juga akan menyewa pengasuh disana, untuk mengurus Dai."

"Hmm, kamu keras kepala sekali nak."

"Bu, shika mohon. Dai bisa ikut shika ya."

Hinata yang baru dari luar bersama shikadai dan boruto kaget mendengar perdebatan shikamaru dengan nyonya Nara.

Hinata menunduk saat nyonya nara melihat kearahnya.

"Hmmm,, baiklah. Dai bisa ikut denganmu, tapi hinata dan boruto harus ikut."

"Bu..." apa-apaan ibunya ini, kalau bukan untuk mereset kembali hatinya dari bayang-bayang hinata, shikamaru tidak akan mau mengambil projek ini. Besar sih, tapi jauh dan akan butuh waktu lama menyelesaikannya. Dia tidak ingin jauh lama-lama dari anaknya, sepertinya dia tidak akan bisa tidur lagi jika tidak memeluk shikadai, seperti yang dia lakukan beberapa bulan belakangan ini.

Hinata tidak kalah kagetnya dengan shikamaru, dia menggigit bibirnya. Dia ingin menolak, tapi tidak tau harus beralasan apa.

"Bu, aku akan baik-baik saja berdua dengan shikadai." Tolak shikamaru.

" berempat atau sendiri, hanya itu pilihannya." Nyonya nara menegaskan. Shikamaru menatap memohon pembelaan dari ayahnya yang hanya dibales dengan mengangkat pundak malas.

"Hah... baiklah bu. Berempat." Shikamaru mengalah, karena kalau nyonya nara sudah bertitah, tidak boleh ada yang dapat menolak. Penguasa tertinggi dirumah itu adalah nyonya Nara.

[End] Its YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang