part of Kencana Putra
Azica Ananta Adirga selalu menyukai hal-hal magical. Sejak kecil dunianya hanya berisi tentang dongeng-dongeng romansa seorang Putri cantik yang berakhir menikahi pangeran, atau tentang seorang peri yang memiliki sihir ajaib. I...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Coba agak ke bawah dikit, Yah."
"Segini?"
"Kebawah lagi."
"Alright. Udah?"
Anggukan Azica membuat Sandy mulai mengeksekusi anaknya itu di depan cermin, sesuai kesepakatan keduanya beberapa waktu lalu untuk memotong rambut Azica yang mulai memanjang. Kali ini, Azica tak akan membiarkan rambutnya kembali menjadi model Dora, lantas dengan penuh hati-hati ia meminta ayahnya untuk membolehkan rambutnya sedikit lebih panjang.
Gadis itu terkekeh melihat ayahnya yang terlalu khusyu' dengan gunting, hati-hati menjaga agar potongannya tak salah lantas membuat anaknya ngambek seminggu penuh.
"Padahal kalau di bawa ke salon nggak akan repot." Kata gadis remaja itu.
Ruang itu tak sepi sebab suara Lee Seok hoon mengalun merdu, penyanyi kesukaan ayahnya. Dulu, pria dewasa itu tak menyukai hal-hal yang berbau K-Pop tapi sebab sang putri begitu tergila-gila dengan dunia yang satu dekade ini begitu booming di kalangan anak muda, jadilah Sandy ikut menyelami dunia musik dari Negeri Ginseng itu, membuatnya berdecak dan geleng-geleng kepala sebab ternyata dunia pria tampan sebutan oppa itu nyaris membuat kantongnya meringis.
Sungguh hobi yang perlu dana fantastis hanya untuk membeli album dan beberapa perintilan KPop tak penting. Sandy bahkan sempat uring-uringan sebab Azica tak segan-segan mengeluarkan uang 5jt untuk sekedar kertas kotak bergambar sang idola.
"Ayah tahu kamu bisa beli apa aja. Ayah tahu kamu punya tabungan yang bisa kamu habisin sesuka hati. Tapi ayah betulan nggak suka kalau kamu keterlaluan gini, Putri. Duit 5jt yang kamu habisin buat beli kertas kotak nggak penting itu bahkan bisa kamu gunain buat tambahan beli laptop baru."
"Ayah nggak ngelarang kamu buat seneng-seneng, tapi pengelolaan keuangan itu juga penting. Di saat kamu punya hal yang lebih penting untuk di beli, kamu justru milih buat beli kertas gambar idolmu itu yang bahkan bisa kamu cetak sendiri."
"Ayah bebasin kami beli apa aja asal nanti kalau udah kerja dan kamu paham gimana memenuhi prioritas sama hobi."
Begitu hati-hati ketika Sandy menasehati sang gadis, memiliki anak remaja dengan emosional yang sedang tumbuh-tumbuhnya memang sulit, ia harus pandai bagaimana menasehati putrinya, ia harus pandai memahami. Tapi sejujurnya nasihatnya kala itu juga berakhir sia-sia, niat hati ingin mendidik anaknya agar tahu mana prioritas mana kebutuhan tambahan justru di rusak oleh sang adik—Riki—sebab dengan semana-mena membelikan foto palaroid idol kpop seharga motor pada Azica. Sungguh Sandy ingin mencekik pria itu.
Kembali ke depan cermin, Sandy tersenyum menatap hasil potongannya, poni yang sempurna ala-ala eonni Korea yang sempat ia pelajari pagi tadi sebelum mengeksekusi rambut Azica. "Cantik, kan?" Nadanya bangga.
Azica mengangguk sekilas, "Em! Udah bertambah deh skill tukang salonnya sekarang." Ucapan yang langsung dihadiahi suara tawa Sandy dengan keras, lantas mengacak pucuk kepala Azica, "Apa ayah buka babershop aja, ya?"