Chapter 11

508 54 105
                                    

Davika berjalan seorang diri di koridor sebuah apartemen dengan menggeret satu koper berwarna hitam. Dari mulutnya yang dipoles lipstick berwarna merah tidak kunjung berhenti mengeluarkan umpatan untuk Zee, karena anak satu-satunya itu menolak untuk datang menjemput dirinya di Suvarnabhumi Airport dengan alasan sibuk.

Tidak tahulah Davika harus apakan Zee nanti, tapi anak itu sudah benar-benar membuat ia kesal!

"Anak sialan. Berapa password apartemennya," Davika kembali mengumpat sembari jemari miliknya yang dihiasi kutek berwarna biru menekan acak sederet angka yang berhasil membuat otaknya berputar tidak menentu. Seharusnya sekarang Davika menunggu jemputan Zee di hotel tapi ia merasa sungkan dan memutuskan untuk langsung datang ke apartemen Zee tanpa sepengetahuan anaknya, walau sekarang dirinya justru berakhir berdiri di depan pintu.

Pundak Davika jatuh dengan lelah. Perjalanan dari New York ke Thailand itu tidak sebentar tapi bukannya bisa langsung beristirahat kini ia justru terjebak. "Oh." Kaki Davika mundur beberapa langkah saat melihat pintu di depannya terbuka.

"Zee?" berpikir jika itu adalah putranya namun mata Davika melebar saat melihat wanita terkutuklah yang muncul dari dalam.

"Astaga! Sedang apa kau di apartemen anakku?"

"Nyonya." Bella pun sama. Ia terkejut melihat kemunculan Davika.

.

.

Zee berjalan dalam balutan jas berwarna hitam yang dipadu kemeja biru tua bersama beberapa orang yang mengiringi langkahnya sembari menjelaskan apa tugas yang harus ia lakukan kelak di Mall yang sekarang menjadi tanggung jawabnya. Dengan baik Zee mendengarkan matanya pun fokus mengikuti setiap toko yang ditunjuk oleh pegawai yang Nunew turunkan.

"Maaf." Zee berujar saat ponselnya bergetar pelan. Sedikit menjauh Zee menerima telepon dari ibunya.

"Aku sibuk Bu," itu adalah kalimat pertama yang Zee keluarkan.

Dengusan terdengar dari ujung sana. "Cepat pulang! Ibu sudah ada di apartemenmu."

"Ibu sudah ada di apartemen?" Zee mendelik terkejut. "Aku sudah menyuruhmu menunggu di hotel sampai aku datang menjemput."

"Kenapa? Kau ingin menyembunyikan wanita ini? Cepat pulang! Atau ibu akan menjual kembali saham yang kau miliki."

Pip

"Shit!" ponselnya Zee genggam dengan kesal. Tidak ada pilihan lain jika sudah begini.

.

.

Setelah menyelesaikan semua urusannya di Mall, Zee bergegas pulang ke apartemen. Pintunya Zee tutup dengan debuman keras dan hal pertama yang Zee lihat adalah tumpukan koper di ruang tengah.

"Ibu?" kaki Zee melangkah lebar mendekati Davika yang sedang menggeret koper lain. "Apa yang sedang kau lakukan?"

"Kau bertanya apa yang sedang ibu lakukan? Tentu saja mengemasi barang wanita itu!" sembari menjawab dengan jengkel, Davika memukuli Zee menggunakan sebuah kemoceng.

"Dasar anak tidak berguna! Kau sudah membuat ibu kehilangan muka di depan ayahmu dan sekarang kau mau membuat ibu tidak memiliki muka di depan kakakmu, hah?"

"Ibu, hentikan!" Zee mencoba membuat pertahanan dengan menyilangkan tangannya di depan kepala. "Dengarkan aku dulu."

Masih emosi, Davika berhenti memukuli Zee. "Apa yang mau kau jelaskan? Sekarang jawab ibu. Apa kau masih berhubungan dengan Bella?"

"Apa salahnya? Jay sudah menikah dengan wanita lain," tanpa memiliki beban Zee menjawab tenang hingga membuat kekesalan Davika semakin memuncak.

"Jadi menurutmu itu tidak salah? Jay tau kau berselingkuh dengan Bella dan sekarang kau masih berhubungan dengannya kau anggap itu tidak salah? Dimana letak malumu Zee!" Davika menatap Zee dengan tatapan tidak mengerti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMMORALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang