Chapter 3

317 38 33
                                    

Pemilik tunggal Pentagon Group, mendapat gelar pemuda terkaya di dunia nomor dua, single dengan sikap angkuh, misterius penuh kelicikan. Memiliki julukkan 'iblis jelita' dan sangat suka menggoda para pria dominan untuk meneteskan liur jatuh membasahi tanah. Itu adalah hal yang Zee catat di otaknya setelah mencari tau bagaimana kehidupan boneka cantiknya sekarang, yang Zee nilai sangat jauh dari bagaimana sifat asli Nunew.

Tidak terduga pula kalau kehidupan Nunew menjadi seperti seorang putri bak di negeri dongeng setelah ditinggal pergi oleh ayahnya, tapi Zee pun tidak aneh jika Nunew bisa hidup dengan digelimpungi kemewahan. Harta peninggalan ayahnya yang tidak bisa dibilang sedikit bertemu dengan kepintaran di atas rata-rata Nunew tentu mampu menghasilkan harta karun dengan jumlah tidak terkira. Untuk ini Zee rela merunduk dan memberikan satu tepukkan tangan bagi Nunew.

Meeting yang sempat hancur karena kerusuhan yang disebabkan Zee, kembali diadakan. Kali ini perhatian Zee tidak tersita kepada dada Nunew, karena sial! Nunew menutup rapat tubuhnya dengan balutan jeans panjang yang dipadu T-shirt dan blazer berwarna coklat. Tidak mengasyikkan dan suasana menjadi semakin membosankan bagi Zee karena tidak ada yang bisa dijadikan hiburan.

Mata Nunew sesekali melirik kepada Zee. Bukan karena hal-hal menggelikan seperti yang disebut 'Cinta', tapi lebih mengamati apa bajingan itu mendengar semua perkataannya atau kembali membayangkan dada miliknya, dan sepertinya Zee membuka telinga untuk semua ucapannya walaupun dia hanya menunduk dengan wajah tanpa minat.

Masih sama seperti dulu! Tidak ada satupun yang berubah. Nunew mulai menerka berapa lama Zee akan mampu hidup di Bangkok. Tiga bulan? Lima bulan? Atau malah tiga minggu? Sungguh mengenaskan!

"Baiklah, kita akhiri meeting hari ini. Kalian bisa mulai membuka toko dua minggu depan dan terimakasih atas kesepakatan kerjasama kita."

Saat kata-kata itu keluar dari mulut Nunew, Zee adalah orang pertama yang beranjak dari ruangan itu. Kakinya melangkah tanpa image sopan yang ia tinggalkan untuk Nunew ataupun orang lainnya. Rasa bosan sudah terlanjur menggerogoti sekujur tubuhnya dan siapa peduli dengan kesopanan? Zee tidak pernah mengenal apa itu artinya sopan santun!

Nunew hanya mendecih melihat kelakuan Zee. Benar-benar tidak ada yang berbeda.

.

.

Satu cup kopi dingin Zee teguk hingga memasuki rongga tenggorokannya yang terasa kering kerontang. Matanya mengamati cafetaria yang ada di dalam perusahaan Nunew dan cukup Zee akui kalau cafetaria di perusahaan Nunew tidak terlihat seperti cafetaria pada umumnya. Cafetaria ini jauh lebih berkelas jika hanya untuk tempat makan para manusia menyedihkan yang rela jatuh tertidur didepan komputer demi segepok tipis uang bulanan.

"Bolehkah aku duduk di sini?" Seorang wanita bertubuh tinggi, memiliki wajah cantik namun penuh sirat kekanak-kanakkan itu, menegur Zee yang hanya duduk seorang diri.

Engfa. Itu nama wanita yang mengusik ketenangan Zee. Dia bisa mengetahuinya dari name tag yang terpasang pada dada Engfa. "Tidak ada yang melarang"

Senyuman merekah terpancar penuh kebahagiaan. Engfa segera mengambil tempat di samping Zee dan mulai membuka percakapan di antara mereka, atau bisa dibilang pertanyaan karena sedari tadi Zee hanya menanggapi Engfa dengan anggukkan, gelengan ataupun gumaman, dan itu terjadi sampai dititik Engfa tidak bisa lagi menemukan pertanyaan untuk dilayangkan kepada Zee.

Suasana hening meliputi beberapa saat, Zee sama sekali tidak memiliki minat untuk mengobrol dengan Engfa tapi Zee menemukan ide berlian di sela otak pintarnya untuk memanfaatkan keberadaan wanita yang bisa disebut cukup sexy ini. Zee berdehem kecil dan memunculkan tatapan beracun yang mampu mematikan ribuan kaum hawa.

IMMORALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang