Chapter 10

535 39 68
                                    

Boun berjalan seorang diri tanpa kehadiran Nunew di sampingnya karena sekarang sang Tuan besar sedang berkutat bersama semua tumpukan file di atas meja kayu yang ada di dalam ruangannya. Secara ringan langkah Boun terarah menuju keluar, berniat membeli makanan yang ia inginkan karena sekarang sudah jam satu siang.

"Sialan kau!"

Namun sebuah keributan menghentikan Boun. Merasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi, Boun berbelok arah, memasuki ruangan yang terlihat penuh oleh orang-orang yang berdiri mengerumuini sesuatu.

"Prem, sudah hentikan!"

Mata Boun menangkap satu pria bermata bulat sedang menarik pria lain yang sedang berkelahi bersama teman kantornya. Sedikit menghela napas, Boun maju membelah kerumunan manusia yang sedang berteriak heboh.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Kehadiran Boun tidak hanya menghentikan aksi saling jambak antara Prem dan Nanon, tapi pegawai lain pun segera membisu dan membubarkan diri untuk kembali pada tempat masing-masing.

"Boun." Bibir Prem bergumam pelan, setelah sadar dengan penampilannya yang kacau ia segera merapikan diri.

"Kenapa berkelahi? Kalian pikir ini ring tinju, hah!"

"Prem lebih dulu menjambakku." Adu Nanon dengan raut wajah sedih.

"Heh! Kakek sihir jelmaan hantu eropa! Kau lebih dulu menghinaku!" Prem menjerit tidak terima. Tangannya hampir ingin kembali menjambak rambut ash grey Nanon, namun Gun segera mencegahnya.

"Aku tidak menghina. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya kalau kakakmu adalah seorang pencuri."

"Kakakku bukan pencuri sialan!"

"Prem!" Gun semakin berusaha menahan pemberontakan yang Prem lakukan.

Tidak taukah bagaimana Prem ingin menginjak wajah pria ini? Dia secara tidak langsung sudah menghancurkan imagenya di depan Boun.

"Prem, keluar! Ini bukan ruanganmu."

Nanon tersenyum saat melihat Boun membentak Prem. Beberapa detik Prem berpikir bentakan itu hanya halusinasi tapi ia sadar kalau Boun memang membentaknya dengan marah. Merasa semakin sedih juga kesal, Prem segera keluar dengan Gun yang mengekor di belakangnya.

.

.

Sebuah dokumen bersampul biru itu melekat kuat pada genggaman Zee. Sepatu hitam mengkilat yang ia kenakan mengukir jejak untuk menuju ruangan di mana sang Tuan besar kini sedang berada.

"Maaf, kau siapa? Apa sudah memiliki janji dengan Tuan Nunew?" Satu bodyguard menghentikan Zee yang hampir membuka pintu ruang kerja milik Nunew.

"Aku salah satu pemilik toko di Mall dan apa kau tidak lihat apa yang aku bawa? Sebuah dokumen penting." Sedikit mendengus jengah Zee menunjukkan dokumen yang ia bawa pada anak buah Nunew yang menatapnya bagai seorang penjahat.

Mereka saling menatap satu sama lain terlebih dahulu, sebelum membiarkan Zee untuk masuk ke dalam ruangan Nunew.

"Sibuk?"

Kepala Nunew mendongak saat mendengar suara lain di dalam ruangannya. Sedikit mengernyit, Nunew menatap Zee yang sudah duduk di kursi sebrang dirinya tanpa dipersilakan lebih dulu.

IMMORALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang