5

121 28 1
                                    

Constantine menarik tangannya dari pegangannya di tubuh Lamia. "Pergi saja. Tapi aku tidak dapat menjamin keselamatanmu. Mungkin akan ada yang benar-benar membuatmu makan serangga di sana."

Wajah Lamia segera dipenuhi dengan kepucatan. Dia menggerakkan tangannya menolak pada idenya sendiri. "Aku tidak pergi, Yang Mulia. Aku tidak pergi."

"Maka tidur," perintah pria itu.

Lamia segera membaringkan tubuhnya dengan kaku. Meletakkan kedua tangannya di atas tubuh. Dia sudah layaknya papan bernafas.

Constantine lama menatapnya seperti itu. Apalagi Lamia sudah memejamkan mata seolah mimpi langsung menjemputnya. Tapi dengan tubuh sekaku itu, siapa pun akan tahu kalau dia tengah berpura-pura. Constantine melewati tubuh Lamia dengan tangannya, membawa Lamia mengintip sebentar tapi saat menemukan wajah mereka sangat dekat, dia kembali memejamkan mata.

Constantine mendengus dan segera meraih selimut. Membunuh tubuh Lamia dengan selimut itu. Setelahnya Constantine hendak kembali ke pembaringannya saat matanya kembali menangkap wajah lembut di depannya. Dia tidak kuasa menahan tangannya saat menyentuh hidung gadis itu. "Cukup lucu," pujinya entah dengan maksud apa. Constantine tidak melakukan apa pun lagi. Dia tertidur dengan wajah damai dan tenang.

Beberapa saat setelahnya, begitu Lamia mendengar napas pelan pria itu, dia membuka mata dan segera menatap wajah Constantine yang tidur terlentang. Melihat wajah tampan yang jika kau sendiri tidak melihatnya langsung melakukan pembantaian, maka kau tidak akan pernah percaya ketampanan itu sanggup menyakiti semut sekali pun. Tapi Lamia tahu kalau di seluruh negeri ini jika ada yang mengatakan Constantine adalah manusia bengis maka tidak akan ada yang mengatakan tidak untuknya. Pria itu membunuh sesuka hati dan bermain dengan nyawa orang lain seseantai dia mempermainkan boneka.

Lamia menggeleng kepalanya. Tidak mau banyak berpikir lagi, dia kembali jatuh ke pembaringan nyamannya. Berusaha mengabaikan kalau dia berbagi ranjang dengan perdana menteri bengis itu. Tidak lama nafas Lamia juga memelan dan akhirnya ketenangan menghinggapi gadis itu. Dia masuk ke dalam mimpi yang bukan mimpi buruk lagi.

Constantine membuka mata saat tahu gadis itu sudah lelap. Dia memiringkan tubuhnya dan menatap wajah lembut yang membuatnya tergugah untuk pertama kalinya. Dalam kecurigaannya kalau Lamia adalah perempuan, dia beum mendapatkan bukti apa pun. Hanya sedikit gerakan kejam dia pasti akan menemukannya. Memaksa Lamia melepaskan pakaiannya, menelanjanginya dengan mudah, tapi Constantine untuk pertama kalinya tidak mau memaksa orang lain.

Lamia menjadi pengecualian yang membuat dia sakit kepala. Sekarang saja Constantine tergoda untuk menarik lepas sedikit kerah pakaian tidur Lamia. Hanya untuk memastikan kalau yang akan dia temukan di sana adalah gundukkan lembut yang menggoda. Dan bukan kedataran yang menganggu.

Tapi selain Constantine yakin itu perbuatan yang tidak menyenangkan, dia juga takut kalau di sana memang hanya ada kedataran yang membuat dia akan tahu kalau perilakunya jelas menyimpang. Dia tertarik pada sesama jenis. Benarkah dia? Tapi dia tidak pernah tertarik pada pria mana pun, selain sang kaisar sendiri yang langsung membawanya pada perasaan resah sejak pertama mereka berjumpa.

Dan masalahnya Constantine juga tidak pernah tertarik pada perempuan. Selama hidupnya dia tidak pernah melakukan seks sama sekali. Dia tidak membutuhkannya, itu yang selalu dia tegaskan dan selalu dia percayai. Sekarang tampaknya berbeda karena Lamia menibulkan percikan yang membuat darahnya memanas. Seolah yang ada di otak Constantine saat ini hanya bagaimana cara membuat dia bisa menyatu dengannya.

Oh, dia sungguh sudah gila.

Pelan pikirannya yang larut membawanya dalam tidur lelapnya.

***

Lamia bangun dengan tidak menemukan Constantine di sisinya. Dia mendesah dengan lega dan mengelus-elus dadanya. Dia kemudian bergerak ke pinggir ranjang, mengambil sepatunya dan sudah memasangnya saat pelayan pribadinya datang ke arahnya.

"Yang Mulia, anda sepertinya tidur dengan nyenyak semalam," ucap pelayan yang menunduk dengan menyerahkan pakaian Lamia di mana Lamia belum menatapnya.

"Ya. Sangat nyenyak." Benar saja kalau perdana menteri itu pembunuh yang kejam. Bahkan hantu takut dengannya. Itu membuat dia bisa tidur dengan nyenyak tanpa gangguan. Saat menatap ke arah pakaian yang disodorkan padanya, dia mengerut dengan bingung. "Kenapa hanya pekaian biasa? Di mana jubah kebesaranku? Aku harus melakukan rapat pagi ini."

"Maaf, Yang Mulia. Pertemuannya sudah selesai."

"Apa?"

Pelayan hanya berwajah dengan agak masam.

Lamia berdiri dan mengetuk dagunya, dia melangkah ke arah jendela dan segera membukanya. Menatap hamparan langit biru dan bagaimana alam bersukaria di luar sana. Dia mendesah kemudian tahu kalau sampai Constantine tidak memerlukannya lagi di pertemuan pagi, itu artinya ajalnya sudah dekat. Bagaimana cara agar pria itu puas dengannya agar tidak membunuhnya? Dia harus memikirkannya dengan pelan.

"Yang Mulia, anda ...."

"Siapkan pakaian berkuda. Bagaimana pun aku adalah kaisar, aku harus melakukan segalanya untuk tampil dengan sempurna." Tentu saja tampil sempurna menjadi boneka Constantine. "Suruh penunggu istal menyiapkan kuda terbaik tapi yang jinak."

"Mengerti, Yang Mulia."

Lamia kemudian memepersiapka dirinya.

***

Cullen datang dengan terburu-buru, bibirnya penuh senyuman dan segera menghampiri Constantine yang sibuk dengan pembendaharaan istana.

"Yang Mulia, saya mendengar setelah guru yang kemari membunuh dirinya, kaisar menjadi semakin cemas dan ketakutan. Bagaimana kalau kita melakukan yang lebih buruk dari itu? Membuat kaisar kecil itu menderita, tampaknya akan menyenangkan." Cullen menggosok kedua tangannya penuh kebahagiaan hanya dengan membayangkannya.

Constantine memukul meja dengan kasar. "Lancang! Aku masih membutuhkannya dan kau dengan mudah mengatakan akan membuat dia menderita. Enyah!" seru Constantine dengan suara menggelegar dan jelas membuat buku kuduk siapa pun yang mendengarnya akan berdiri kaku.

Cullen segera undur diri sebelum nyawanya yang mundur.

Constantine segera meletakkan pensilnya dan menekan tangannya ibu jarinya di antara alisnya. Membutuhkan lebih banyak waktu untuk membuat dirinya sendiri tenang dengan emosi yang sesaat tadi menggelegak di dadanya. Dia menekan sikunya ke meja lalu memakai tangan itu untuk menyangga kepalanya. Dia memejamkan mata dan malam tadi karena tidak mendapatkan lelapnya dengan benar, Constantine jadi sakit kepala paginya. Siapa sangka dia harus melakukan pertemuan pagi dan malah tidak tega membangunkan Lamia. Jadi dia melakukan pertemuan pagi sendirian.

Sepertinya dia terlalu memanjakan Lamia. Tapi siapa yang bisa menahan diri dari bersikap lembut pada keindahan surgawi seperti itu? Jelas dia tidak.

Saat mimpi menjemputnya, Constantine malah mendapati dirinya dalam mimpi buruk. Dalam mimpi itu dia melihat sendiri tali mengekang leher Lamia dan membuat Lamia tidak bisa bernapas. Berusaha melepaskan diri dari tali dengan susah payah tapi kekuatannya tidak dapat melawan jeratan yang sangat kuat tersebut. Lalu perlahan napas meninggalkan Lamia dalam ketersentakan Constantine kemudian.

Pria itu bangun dan mendapati malam sudah datang memeluk bumi. Tidak menunggu waktu, dia berlari meninggalkan ruang kerjanya menuju ke kamar Lamia.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Lady Emperor (RAB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang