10

93 24 4
                                    

Pengumuman soal kaisar memilih selir istana segera langsung menyebar ke segala penjuru. Semua orang yang merasa pantas menjadi selir Lamia segera berbondong-bondong datang menawarkan anaknya atau sang anak yang memohon ke orangtuanya. Mereka berpakaian dengan rapi dan aroma menusuk yang membuat perut mual melihatnya. Lamia hanya menyaksikan semua itu dari kejauhan. Dengan pelayan pribadinya yang sudah disiapkan pria itu yang lebih seperti mata-matanya. Pelayannya entah dikurung di mana. Lamia ingin mencarinya tapi mata penjagaan Constantine atas dirinya sungguh membuat Lamia mengelus dada.

Pandangan Lamia mengarah ke depan sana. Sanggar di mana para wanita berkumpul ada dalam pandangannya. Gadis itu sendiri berdiri di bawah pepohonan rindah yang menyejukkan mata. Tapi tidak ada kesejukan di diri Lamia selama ini. Yang ada hanya dingin pandangan itu menusuk semua wanita yang tampak bergenit manja ke arah Constantine yang sedang menyeleksi mereka.

Dari pada menginginkan Lamia, mereka malah lebih seperti menginginkan perdana menterinya.

Tentu saja mereka melakukannya karena mereka pintar. Mana mau mereka dengan kaisar boneka yang disetir oleh perdana menteri. Mendapatkan perdana menteri adalah keberuntungan bagi mereka. Pria itulah pemegang istana yang sebenarnya.

Lamia bersedekap, terus menatap dengan wajah dingin tidak menyenangkan sampai tetes demi tetes berubah menjadi hujan deras.

"Kaisar, anda harus kembali ke kediaman. Hujan sudah mulai membuat anda basah."

"Tidak masalah. Hujan tidak akan membuat aku mati."

Pelayan bergerak merentangkan payung, menaungi Lamia dari hujan yang bisa membuatnya jatuh sakit. Tapi mata Lamia yang melirik ke pelayan itu penuh dengan aura membunuh membuat pelayan segera menelan ludahnya dan mundur. Payung itu juga terlipat dengan agak gemetar.

Lamia berbalik dan melangkah. Melepaskan jubahnya dan membiarkan pakaian yang membungkus tubuhnya terkena tetesan air hujan. Menikmati dingin yang mendekapnya. Wajah Lamia terdongak ke arah langit, membiarkan tetes air hujan menetes langsung ke pipi dan kelopak matanya.

Tapi itu hanya bertahan sebentar karena tetesan itu sudah mengering. Lamia sudah akan memberikan protesnya berpikir kalau pelayan yang ditugaskan perdana menteri tidak mendengarkannya. Dia hampir bicara tap begitu membuka mata dan samar menemukan wajah pria itu di sana. Lamia segera menegakkan lehernya. Berbalik dan memang menemukan Constantine berdiri di depannya saat ini.

Lamia menelan ludahnya, memberikan anggukan sopan pada perdana menteri tersebut. "Yang Mulia, anda di sini."

"Apa yang sedang dilakukan kaisar di sini menyerahkan wajahnya pada hujan?"

Lamia mundur satu langkah. Membawa jarak mereka agak menjauh. Tapi sepertinya kalau tidak dekat dengannya, Constantine akan sakit kepala. Dalam satu gerakan pria itu meraih pinggangnya dan membawa mereka dekat. Tubuh mereka menempel dengan kepalan tangan Lamia yang mendorong dan gadis itu mendongak menatap tidak yakin apa yang sedang coba dilakukan Constantine saat semua mata menatap padanya.

Sudah cukup mereka menjadi bahan rumor semua orang di istana kalau perdana menteri bengkok dan menginginkan kaisar dalam cara penuh gairah yang mematikan. Constantine tidak mungkin mau semua orang di negeri ini tahu betapa dekat mereka dan hampir seperti ada percikan romansa.

"Apa yang kau lakukan? Semua orang melihat!" Lamia memberikan peringatan.

Constantine menatap ke segala arah, membuat mata-mata yang melihat segera menundukkan pandangannya. Bahkan mereka yang ada di sanggar itu segera mengalihkan pandangannya begitu tahu sang perdana menteri memberikan mereka tatapan mematikan. "Tidak ada yang melihat."

Lamia mendorong dengan agak keras, membuat dia mundur sempoyongan. "Aneh," ucapnya berbalik kemudian dan hendak melangkah pergi. Lebih seperti ingin melarikan diri karena perasaan malu luar biasa.

"Kenapa, Kaisar? Tidak suka aku?"

Lamia melirik sejenak. Dia mendesah. "Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu, Yang Mulia. Aku harus kembali ke kamar. Pakaianku basah semua."

"Haruskah aku membunuh semua pelayan yang aku tugaskan untuk menjagamu? Mereka sepertinya tidak terlalu becus sampai kau kehujanan," goda pria itu.

Lamia yang mendengarnya segera menatap semua pelayan yang melangkah pelan di belakang mereka. Segala bentuk ketakutan dan getaran pada tubuh itu membuat Lamia tahu mereka mendengarkan.

Tangan Constantine sendiri terulur. Meminta pada Cullen yang ada di belakang menyerahkan pedangnya, dia hendak menebas kepala semua pelayan tidak becus itu. Tapi Lamia segera mendekat, menempelkan diri sekarang dengan sukarela. Bahkan tangan Lamia sudah meraih tangan Constantine dan membuat jemari mereka malah saling mengisi sela kosong jari masing-masing.

Apa yang dilakukan Lamia membuat Constantine terkejut. Dia menatap bagaimana gersang tubuhnya pada sentuhan sang kaisar. Sepertinya dia sudah terlalu lama haus akan sentuhan itu, jadi sedikit gerakan, Constantine membawa diri pada kegilaannya.

"Redakan amarahmu, Yang Mulia. Semua karena aku, jika hendak menyalahkan, maka salahkan aku yang sedang ingin menikmati sedikit air yang turun tanpa memikirkan diri sendiri."

"Kau tahu kalau kau tidak memikirkan diri sendiri. Kau tidak menjaga kesehatanmu, Kaisar. Kau tahu aku tidak senang, kan?"

"Ampuni aku, Yang Mulia."

Constantine memberikan senyuman penuh arti. Tapi dalam satu gerakan dia sudah membuat Lamia berada dalam gendongannya. Itu membuat Lamia membuka matannya dengan lebar dan sudah berontak hendak membebaskan diri.

"Lepas, kau tidak lihat mereka semua menatap ke sini. Ini memalukan. Aku pria dan kau pria, hal seperti ini tidak layak dilakukan. Yang Mulia!"

"Semakin kau berontak, semakin menarik semuanya. Tidakkah kau merasakannya?"

Lamia kehilangan kata mendengarnya. Pria tidak masuk akal ini sungguh menguji batas sabarnya. Tapi kemudian dia tahu apa yang dikatakan Constantine memang benar adanya. Semakin dia memberontak, semakin banyak mata yang tertarik dan mempertanyakan mereka. Lebih baik membuatnya kehilangan natural dan hal yang masuk akal mereka dekat. Bagaimana pun mereka ada pasangan dalam kekaisaran sekarang. Saling membantu dan berbagi pikiran. Jika Lamia bersikap biasa, bukan tidak mungkin orang-orang malah akan berpikir mereka sahabat kental. Tapi jika Lamia melawan maka itu akan membuat orang-orang juga percaya kalau mereka tidak seharusnya berada pada situasi ini.

Lamia akhirnya menyerah dalam perlawanannya. Dan beberapa payung segera dibuka dan menutup mereka sampai Constantine bisa berjalan dengan langkah lebarnya. Lamia meraih leher pria itu saat sadar tanpa pegangan, meski tangan Constantine kuat, itu tetap mengganggunya. Jadi dia butuh pegangannya sendiri. Kalau-kalau pria itu menjatuhkannya.

Melangkah dengan cepat, Constantine tiba di kediaman Lamia dengan cepat. Dia membawa Lamia duduk di kursinya dan segera meraih teh air panas yang baru saja dibawa pelayan. Dingin tubuh lembut itu membuat Constantine berada pada puncak kekhawatirannya. Untuk pertama kalinya ada yang mengganggu ketenangannya. Lamia orangnya dan Constantine sama sekali tidak masalah. Selama itu Lamia, maka dia akan baik-baik saja.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Lady Emperor (RAB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang