"habis darimana hm?"
tanya Halilintar membuat blaze menunduk "a-anu"
"hm?, ngomong tuh yang bener!"
"i-itu aze habis main sama temen"
"larut amat pulangnya, udah berani ngelanggar aturan?. Taukan apa konsekuensinya?" ucap gempa yang membuat blaze merinding "i-iya"
Halilintar menyeret tubuh blaze ke basement. Tempat yang gelap, sepi, dan sunyi.
BRUKHHH!!!
'shh'
"lo kenapa ngelanggar aturan hah?" blaze tak berani menatap wajah halilintar "i-itu aze lupa, g-gak sempat liat waktu"
"alasan" Halilintar membuka ikat pinggangnya, zaman sekarang kalau gak salah namanya gesper.
Gempa, dia hanya mengandalkan tangan kosong saja.
CTASSS!!!
CTASSS!!
CTASSS!!!!
"hiks bang sakit" gempa pun ikut memukuli tubuh blaze.
"lo itu udah bikin kita semua hancur!!!, pembunuh!"
"hiks maaf bang hiks maafin aze"
"maaf lo gak bakal bisa bikin mereka hidup lagi dasar bodoh!"
BRUKKH!
BUGHHH!!
PLAKK!!
CTASS!!!
"hiks bang cukup bang, hiks sakit"
"cukup?, nggak itu gak bakal cukup!"
-----------------------------------------------
Penyiksaan itu terus berlanjut hingga yang lain datang menghampiri mereka di basement. "wow"
HGB menoleh ke arah mereka, terlihat mereka itu tersenyum yang menurut blaze senyuman yang sangat menakutkan.
"kalian ngapain kesini?" seseorang bermanik silver berkacamata itu menjawab "gue denger ada suara gedebak - gedebuk, and gue kira ada apa ternyata~" jawabnya penuh diseringai.
"btw kenapa tuh?"
"pulang terlambat"
"wah udah berani ngelanggar yaaa" blaze hanya menunduk takut "m-maaf" lirih blaze.
"ah gak seru kalau dilepasin, bener gak?"
"FRRR!!!"
"yodah gas baku hantam!" ucap thorn dan akhirnya mereka berlima kembali memukuli tubuh blaze hingga sang empu merintih kesakitan.
Blaze berusaha menghentikan saudaranya yang tengah asik menyiksa dirinya, Namun nihil mereka malah semakin brutal menyiksanya.
"bang... berhenti"
"berhenti?, gak akan lo udah ngelanggar aturan berarti lo juga harus nanggung konsekuensinya"
"udah mah pembunuh, beban keluarga pula!"
"lo itu harusnya bersyukur masih mending kita mau nampung pembunuh kek lo anjing!!"
"maaf"
"DIAM!!!"
Mereka kembali memukul, menendang, membenturkan, dll. Blaze benar-benar kesakitan tapi mereja seolah-olah tuli dan tak mendengarkan permohonan blaze.
"harusnya lo yang Mati" Blaze diam seribu bahasa saat mendengar perkataan yang dilontarkan saudaranya, "aze benar-benar minta maaf hiks"
"kalau dengan maafin lo bikin ibu sama ayah hidup lagi mah gak masalah, tapi nyatanya gak bisa kan?. Jadi nikmatin aja dengan apa yang kau hadapi saat ini"
Mereka benar-benar menyiksa tubuh Blaze tanpa ampun. Mereka sama sekali tak memperdulikan dengan kondisi Blaze yang semakin kurus.
"aze mohon, berhenti ugh..." Namun apalah daya mereka sama sekali tak memperdulikannya.
"mulai sekarang gue gak bakal ngasih lo uang saku lagi" ucap hali, sedangkan blaze? dia hanya diam sambil merasakan nyeri yang sangat nyeri di tubuhnya.
Padahal luka bakar yang ia punya belum sembuh sepenuhnya, eh malah ditambah lukanya.
"boleh gak buat solar jatahnya"
"ya boleh"
"ASEEEKKKK UHUYYYY"
"bang kita juga mau"
"ya ntar dibagi-bagi"
Saat mereka masih sibuk berbicara tentang uang, disisi Blaze ia sedang berusaha bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. "wih masih bisa bertahan ya"
Dan.........
BUGHHHH!!!
Sebuah balok kayu berhasil menghantam kepalanya, "shh"
Darah segar mengalir dari kepala sang empu. "HAHAHAHHA"
Tawa mereka kecuali haligem, sedangkan Blaze kini benar-benar dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
Pandangannya perlahan mengabur dan akhirnya hanya kegelapan yang ia lihat.
"aze...gak kuat"
Dan pada akhirnya blaze tergeletak tak sadarkan diri dilantai dengan darah yang masih mengalir dari kepalanya.
"haish sudahlah sekarang pergi ke kamar masing-masing, abang sama gempa mau ngurusin anak ini dulu"
"ya bang"
Halilintar dan gempa membawa blaze ke kamarnya dan membersihkan juga mengobati luka dikepalanya.
blaze dipindahkan ke kamar tamu, lebih singkatnya yang kini telah menjadi kamarnya.
Halilintar dan gempa membersihkan kamar tersebut agar layak untuk dihuni. Mereka berdua masih mempunyai rasa iba walaupun mungkin hanya 0,01% atau mungkin lebih?, entahlah.
Setelah selesai Halilintar merebahkan tubuh blaze ke atas kasur kemudian pergi dari kamar itu bersama gempa.
★★★
Flashback
"kalau lo masih mau tinggal disini, lo harus ikutin semua aturan dirumah ini untuk lo"
"iya bang"
Halilintar kemudian menyerahkan sebuah kertas yang pasti adalah itu merupakan aturan yang harus blaze lakukan.
Blaze mengangguk paham "baik aze akan ikuti peraturan yang abang buat"
Halilintar hanya menatap datar blaze "pastikan lo gak bakalan ngelanggar aturan apapun yang tertera disana"
"iya bang, aze usahakan"
★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐈𝐀𝐍𝐓𝐀𝐑𝐀 𝐊𝐄𝐁𝐄𝐍𝐂𝐈𝐀𝐍 || Tahap Revisi
Teen Fiction-Takdir itu nyata dan memang ada, sebagian orang mungkin tak bisa menerima semua kenyataan yang hadir di dalam kehidupannya. Itu sebabnya kita sebagai manusia harus bisa menerima itu semua, karena kita harusnya tau bahwa pilihan tuhan itu lebih baik...