Junkyu.. kau sungguh tak apa?"
"Memang aku kenapa?" pemuda itu balik bertanya.
Sedangkan satu pemuda lain tampak tercenung, bingung harus menanggapi bagaimana.
"Kau kan—"
"Sudahlah Jihoon jangan dibahas, ini akan merusak suasana." potong Junkyu dengan senyum sekilas.
"Aku tahu kau tak sekuat itu Junkyu, menangislah jika ingin..." batin Jihoon.
Pemuda bermarga Park itu memandang sahabatnya sendu, Junkyu memang terlihat tegar di hadapan semua orang tapi ia sangat tahu jika jiwa pemuda ini amat terguncang.
Bagaimana ia tidak bicara seperti itu? bisa kalian bayangkan saat kau menyukai seorang selama bertahun-tahun, kau bersusah-payah untuk mendapatkannya? dan setelah kau mendapatkan itu, kau justru dihianati oleh cintamu? dengan sangat tak berperasaan kekasihmu itu bermain api hingga ia dinyatakan hamil, bukan dengan dirimu... namun dengan orang lain.
Bisa kau bayangkan betapa hancurnya Junkyu sekarang? lihat dia berusaha memamerkan senyuman palsu itu di tengah hiruk-pikuk pernikahan dari orang yang ia cinta.
Jihoon sudah bilang tidak usah datang, namun Junkyu menolak. Dengan dalih ingin melihat untuk yang terakhir kalinya, sebelum ia memutuskan pindah.
.
.
.
"Hari yang melelahkan bukan?" Jihoon menoleh ketika pertanyaannya tak kunjung dijawab, dan benar saja dugaannya.
"Menangislah jika kamu ingin... jangan ditahan." ucap Jihoon lembut.
"Ji... apa aku seburuk itu, ya?" tanya Junkyu dengan nada tercekat.
"K-kenapa dia setega ini denganku?" lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.
"Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan dia Jihoon, sungguh.. perasaanku tidak main-main. Aku cinta, cinta mati dengannya!" ucap Junkyu terbata karena rasa sesak di dadanya.
Junkyu amat frustasi sekarang, bahkan ia sudah menabung untuk pertunangan mereka. Itu menandakan bahwa ia memang ingin serius dengan perempuan itu.
"Jihoon bagaimana bisa aku seperti ini..." isak Junkyu pilu.
Jihoon memeluk sahabatnya dengan erat, ia sungguh tahu betapa memujanya Junkyu akan perempuan itu. Bahkan pemuda itu sama sekali tak melirik perempuan lain sejak di masa SMP hingga sekarang.
"Aku tahu ini sangat berat bagimu Junkyu, tapi kamu masih punya aku... aku siap menemanimu hingga kamu sembuh..." tutur Jihoon tulus, ia prihatin dengan kondisi Junkyu sekarang.
"Jihoon, temani aku minum." Jihoon hanya mengangguk menuruti kemauan Junkyu.
Junkyu terus minum hingga kesadarannya mulai terenggut, dan Jihoon khawatir dengan itu. Ia mencoba menahan Junkyu untuk tak menuangkan kembali alkohol, namun ia malah dibentak olehnya.
Jihoon memijit keningnya, bagaimana cara agar Junkyu berhenti.
"Junkyu, sudah dulu. Kau mulai tak sadar." ucap Jihoon tenang, sebisa mungkin agar Junkyu tak terpancing amarah.
"Ayo pulang aku akan mengantarmu," Jihoon memapah Junkyu dengan susah payah.
"Tidak mau! aku masih belum puas di sini!" teriak pemuda itu labil.
Namun Jihoon yang masih sadar tentunya tak menghiraukannya. Junkyu benar-benar buruk jika menyangkut dengan alkohol, dan malam ini dia sudah sangat memaksakan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARUKYU? [One Shoot]
FanfictionOnly for Harukyu. One shoot/Two shoot. Don't like? Don't read! ©rutoboyy (image cover)