21. Sakit

775 32 10
                                    

"berbagi suami berbagi suami. suruh emak lo berbagi suami sama gue, mau?" Aira yang memiliki kesabaran setipis tisu dibagi dua, akhirnya tak dapat mengendalikan emosinya meski sudah Gus Ikhsan tenangkan.

"air tenang." Ucap Gus Ikhsan.

"mereka duluan kak." Balas aira sambil menunjuk dua orang yang tadi.

"woy lo berdua, maju sini kalo berani!!" Aira sudah ingin menghampiri kedua perempuan yang tadi bergosip tentang dirinya namun tangannya malah ditahan oleh Gus Ikhsan.

"kita pindah aja yu, disini takut banget deh ada yang ngamuk." Karena merasa takut oleh aira kedua perempuan itu malah ngibrit pergi dari sana.

"heh jangan kabur lo!! kali ini kalian aman tapi awas aja kalo sampe kita ketemu lagi kalian berdua bakalan abis sama gue!!" Aira berteriak-teriak memaki dan mengancam mereka, sedangkan Gus Ikhsan hanya bisa terdiam sambil memegang tangan aira.

"sudah zawjati, istighfar."

"kak, kakak kenapa diem aja sih dihina gitu?"

"mereka tidak menghina, aku kan emang benar lumpuh. itu semua fakta."

"tapi kak...... ah ya udah lah terserah. ayo pulang aja, aku udah gak mood jalan-jalan."

__________

Sekarang aira dan Gus Ikhsan telah berada didalam kamarnya, mereka duduk berhadap-hadapan aira diatas ranjang dan Gus Ikhsan diatas kursi rodanya.

Niat hati mereka tadinya ingin jalan-jalan ketempat lain namun tak jadi karena aira sudah terlanjur badmood. bukan hanya karena omongan dua perempuan tadi, tapi juga karena Gus Ikhsan yang tadi terus menyuruhnya bersabar dan menahan tangan aira. kalau saja tadi tangan nya tidak ditahan, kedua perempuan itu pastilah sudah habis oleh aira.

"gus, kenapa sih tadi enggak biarin aja aku buat nampar muka mereka? tangan aku udah gatel banget pengen kasih mereka pelajaran." Saking kesalnya ia kepada Gus Ikhsan, aira sampai menyebutnya dengan panggilan Gus lagi tanpa sadar.

"jangan air, mereka gak punya salah apa-apa." Sedangkan dari tadi Gus Ikhsan hanya bisa terus menenangkan aira yang sedang marah.

"tapi mereka udah ngehina kamu, mereka bilang kamu lumpuh, terus mereka juga bilang nikah sama laki-laki faham agama itu takutnya dipoligami. mereka udah keterlaluan tau." Dada aira masih saja menggebu-gebu karena marah.

"aku gak papa. udah ya tenangin diri kamu, ayo istighfar." Gus Ikhsan menggenggam kedua tangan aira kuat-kuat berusaha meyakinkan aira bahwa dirinya tidak apa-apa meskipun dihina seperti tadi.

"aku gak masalah mau dihina seperti apapun, asal jangan kamu." Lanjut Gus Ikhsan, kemudian ia menatap dalam-dalam mata aira sambil tersenyum lembut.

"sekarang udah lebih tenang? mau lan- ukh." Gus Ikhsan memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit. kepalanya itu seperti dihantam oleh palu.

Aira yang melihat Gus Ikhsan kesakitan sambil memegang kepalanya seketika dibuat panik. "kak, kakak kenapa? ada yang sakit?" Aira mengangkat wajah Gus Ikhsan yang tertunduk sambil memegang kepalanya.

"aws ke-kepala aku sa-sakit." Jawab Gus Ikhsan terbata.

"sakit kepala? mau aku panggilin umi atau kita kerumah sakit sekarang?" Ucap aira dengan panik.

"jangan." Cegah Gus Ikhsan yang melihat aira hendak pergi keluar kamar untuk memanggil umi aisyah.

"tolong, obat di laci kedua." Dengan segera aira mengambil obat yang dimaksud Gus Ikhsan dan menyerahkan nya kepada Gus Ikhsan, lalu ia juga menyodorkan air putih yang berada di atas nakas.

Berjodoh Dengan Gus Lumpuh [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang