Cahaya matahari menusuk mata Blaze yang sedari tadi tertutup, membuatnya bangun dari tidur siangnya yang nyenyak. Mungkin ini efek kelelahan, atau kah memang ia sangat mengantuk hingga tidur 4 jam lamanya.
Blaze melihat sekitar, matanya tertuju pada kasur lain di sampingnya. Di sana terlihat Ais yang sedang duduk sambil melamun, matanya tidak menampakkan tanda kehidupan. Remaja berkulit pucat itu tidak berekspresi. Mata birunya yang lembut kini terlihat begitu gelap dan dingin.
"Ais?"
Blaze memanggilnya. Ais menoleh dan tersenyum, "udah bangun?" tanyanya.
Blaze duduk dan membenarkan posisinya, ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Matanya lalu melihat ke arah jam dinding, jarum pendeknya menunjuk ke angka 11. Blaze yang terkejut segera bangun dari tempat tidur.
"UDAH JAM SEBELAS ANJIR???!!! AIS KOK LU GA BANGUNIN GUWEH?? AAAAAAA!!!" Blaze berteriak bak orang kesetanan.
"M-maaf, tadi aku lihat kamu tidur nyenyak banget sampai ngedengkur gitu. Jadi ga enak buat bangunin ..." jawab Ais. Blaze kembali duduk ke ranjang putih itu, tangannya memegangi kepalanya yang mulai terasa berat.
"Ugh, gua ngorok maksud lu?" Blaze bertanya dengan malu-malu. Yah, sepertinya hilang sudah sisi keren Blaze di depan Ais.
Ais mengangguk, "tadi ada Kak Runa sama Rena juga kesini. Dia bawain tas sama buku kamu." Ais menjawab. Ia lalu turun dan menuangkan teh hangat yang sebelumnya Runa berikan.
"Ini minum dulu."
"M-makasih,"
"Sama-sama."
Blaze minum teh yang diberikan Ais. Namun, secara diam-diam Blaze memperhatikan Ais yang kelihatannya menyembunyikan sesuatu. Hidung remaja pucat itu terlihat sedikit kemerahan, seperti orang yang baru saja menangis.
Setelah menghabiskan tehnya, Blaze lalu berdiri dan menaruh gelas bekasnya di meja. Ia melihat tas dan buku-bukunya tertata di atas meja.
Jadi si Rena beneran bawain barang-barang gua. Dia berarti nyuruh gua buat pulang kan? Tapi kenap — Ah ...
Blaze menoleh ke arah Ais, remaja itu benar-benar menutupi sesuatu dari nya.
"Ais," panggilnya. Si empunya nama menengok dan menyahut pelan.
"Ayo pulang," lanjutnya. Blaze meraih tangan Ais yang dingin dan menggenggamnya.
"Tas lu dimana? Masih di gudang?"
"Eh-"
Ais kebingungan. Dia tidak tau pulang akan semudah ini.
"Ayo!"
Tanpa menunggu persetujuan Ais, Blaze langsung menarik tangan Ais dan membawanya keluar dari UKS. Tentu, Blaze juga membawa tasnya di pundaknya. Kedua remaja itu berjalan di sepanjang lorong dengan terburu-buru.
Keduanya kini sudah berada di belakang sekolah, mereka lalu masuk ke dalam gudang yang sebelumnya menjadi tempat ditemukannya Ais yang pingsan.
Blaze mencari tas milik Ais kesana-kemari. Setelah beberapa saat kemudian, ia menemukannya tergeletak di belakang rak kayu yang rapuh. Tas milik Ais yang berwarna biru navy terlihat sangat kumuh dan kotor, itu bahkan memiliki kerusakan di beberapa tempat. Namun, tanpa pikir panjang lagi Blaze segera memungutnya.
"Hei! Ini tas lu kan?" Blaze berjalan cepat ke tempat Ais yang juga sedang mencarinya.
"Ini," ucap Blaze sambil memberikan tas itu kepada Ais.
"Terima kasih,"
Blaze tersenyum, ia lalu menarik tangan Ais kembali.
"Ayo pulang, hari ini kita lupakan sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Boy (少年レイ) | Boboiboy Temperduo song-fiction
FanfictionTeringat kembali, suara bising jangkrik di musim panas dan dirimu yang tidak pernah kembali. Gantungan kunci kita yang terlempar berdenting dengan rel membawanya ke ruang hampa yang abadi. Wajah pucat mu yang kontras dengan teriknya hari itu, membi...