Rumah Blaze
Cahaya emas senja masuk lewat jendela dan ventilasi rumah, menghidupkan warna pada setiap bagian rumah yang terkena sinarnya. Blaze masuk sambil merangkul Ais yang berjalan pincang.
"Lu tunggu disini, gua ambil kotak obat abang gua dulu."
Blaze meminta Ais duduk di sofa ruang tamu rumahnya, dia pergi ke belakang untuk mengambil kotak obat yang disebutnya barusan. Ais menunggu dengan tenang, dia merasa sedikit canggung- bukan hanya karena mereka berdua baru saja mulai berteman hari ini, itu juga karena Ais belum pernah mampir ke rumah orang lain sebelumnya.
"Ais, gua udah nemu!" Seru Blaze dari belakang sambil membawa sekotak p3k dan segayung air dingin untuk kompresannya.
Blaze segera mengambil tempat duduk di sebelah Ais dan langsung membuka kotak obatnya. Blaze sedikit kesulitan, ini adalah pertama kalinya dia memegang kotak berisi obat dan bahkan dia tidak tahu apa kegunaan dari setiap alat yang ada di dalamnya.
"Anjir, gua harus ngambil apa aja ya.." Blaze tampak kesulitan, dia tidak tau harus memulainya dari mana.
Ais melihatnya cukup heran, dia bermaksud membantunya, tapi dirinya sendiri tidak tau bagaimana caranya. Blaze memang aneh, tapi Ais merasa lebih nyaman karena dengan begini suasananya tidak menjadi terlalu canggung.
Ais ikut melihat seksama isi dalam kotak itu, disana terdapat kapas, plester, perban, obat merah, alkohol, kain kasa, salep dan beberapa obat yang dia tidak tahu. Ais juga sebenarnya tidak begitu familiar, tapi dia yakin dia bisa sedikit membantu.
"Pakai betadine buat luka, terus tutup pakai kain kasa sama plester." Ucap Ais pelan, tapi dari nada bicaranya dia terlihat begitu percaya diri dan tidak ragu sama sekali.
Blaze mendengar ucapannya meskipun sangat pelan, dia segera mengikuti ucapan Ais dan tentu tersenyum kikuk malu karena dia merasa bodoh.
"Lukanya pake betadine habis itu ditutup pakai kain kasa.." Blaze bergumam sambil perlahan mengambil barang yang disebutkan Ais. Dia membuka obat merah (betadine) dan mencari luka yang masih belum ditutup plester sebelumnya. Namun, pada wajah Ais saat ini hanya tersisa lebam kemerahan dan kebiruan, tidak ada lagi luka gores yang tersisa.
Blaze melirik ke arah Ais, dia ingat sebelumnya Ais terlihat begitu kesakitan di bagian kakinya.
"Ais," panggil Blaze, entah mengapa suaranya terdengar menyeramkan.
"I, iya?" Ais menjawab dengan takut-takut.
Blaze tiba-tiba berekspresi aneh, "buka celananya."
"HAH?"
Ais tergagap takut dan terkejut. Jadi Blaze tidak berniat membantunya dari awal? Kenapa dia menyuruhnya untuk membuka celananya? Ini bukan perundungan yang lainnya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Boy (少年レイ) | Boboiboy Temperduo song-fiction
FanficTeringat kembali, suara bising jangkrik di musim panas dan dirimu yang tidak pernah kembali. Gantungan kunci kita yang terlempar berdenting dengan rel membawanya ke ruang hampa yang abadi. Wajah pucat mu yang kontras dengan teriknya hari itu, membi...