Awal mula

43 9 6
                                    

Kisah ini di mulai dari Anya yang menangis di tepi jembatan  dengan sesegukan, itu terjadi setelah ia menerima pesan dari kekasihnya Damian yang sudah memberikan janji untuk bertemu hari ini. Mereka memiliki  janji akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya sehari sebelum kejadian ini, Anya ketahuan Damian menyimpan banyak tespack dengan garis dua di laci kamarnya

"I-ini? " dengan mata yang membulat Damian mengambil satu tespack itu

"I-itu,"  Anya menunduk
Mengetupkan bibir nya tidak tau apa yang harus di ucapkan nya pada kekasihnya itu. Dia takut  Damian marah dan meninggal kan nya  karena  ia hamil

"Ada banyak sekali alat tes kehamilan di sini! Anya apa kau hamil?"

"I-iya"  Anya masih menundukan kepala. Matanya mulai berkaca-kaca dia saat ini bingung harus lakukan apa. Ia takut kekasihnya ini tidak menginginkan anak ini dan memutuskan hubungan yang sudah 2 tahun terjalin
Damian mendengus pelan saat melihat Anya menyikap air mata nya

"Jadi ini alasan  sikap kamu berubah sepekan ini? " Ucap Damian meraih tangan Anya yang masih saja menunduk di hadapan nya  dia perlahan mengangguk setelah mendengar pertanyaan Damian

"Kenapa tidak bilang? "  Pertanyaan itu membuat Anya mengadah menatap wajah Damian  yang ternyata bibir tebal nya itu tersenyum pada nya

"Aku takut kau marah dan meninggalkan ku" Ia kembali menunduk dan memalingkan wajahnya, tanpa di duga Damian justru memeluk nya dan berkata

"Kenapa harus marah dia kan anak ku, ayok kita kerumah sakit besok. Ada sesuatu juga yang ingin aku tunjukan pada mu"

"Apa artinya kau bertanggung jawab? "
kembali menatap kekasihnya

"Tentu sayang, " Meraih dagu nya dan mengecup ringan bibir lembut Anya senyuman terukir di bibir Anya setelah kecupan ringan itu, kekhawatiran nya hilang begitu saja tatkala sang kekasih
memeluk nya erat.

"Aku janji akan bertanggung jawab" Janji yang Damian katakan itu di ucapkan di
Kamar apartment sewaan Anya. Tempat itu menjadi saksi bisu kalo pria tampan dengan postur tubuh tinggi ini ingin bertanggung jawab atas benih yang dia tanam pada nya. Namun setiap ucapan seseorang tidak mudah untuk di percayai begitu saja sekalipun itu adalah orang yang paling dekat di dalam hidup.
Inilah yang di alami Anya ketika satu pesan yang menusuk perasaan nya membuat dia menyesali kehidupan nya, mulut nya kaku ketika kalimat itu terbaca pupil nya bergetar  dada nya terasa sesak dan nyeri kepercayaan yang rapuh tiba-tiba retak dan hancur rasa manis kehidupan nya kemarin sore berubah menjadi getir secara tiba-tiba
Damian, pria itu mengirim pesan untuk
mengakhiri hubungan ini

("Anya maaf aku tidak bisa meneruskan hubungan ini! Jadi ayok kita pisah")
Isi pesan dari Damian yang membuat Anya bergetar  dengan pandangan kabur karena air mata yang sudah tidak bisa di bendung  tanpa sadar layar di handphone nya penuh dengan air mata nya

"Dasar bodoh!! Tentu saja pria sempurna seperti dia tidak akan mungkin sudi bertanggung jawab akan kehamilan mu ini, sadarlah Anya dia mungkin hanya menganggap mu wanita jalang seperti yang lain nya untuk apa juga memberi kepercayaan pada dia " Gerutunya di tepi jalan langkah nya seakan tidak bertapak di jembatan yang melintasi sungai besar nan luas, banyak mobil yang berlalu lalang di  belakang nya dia terhenti di tengah perjalanan nya untuk menyeberangi jembatan itu sungai yang luas dan dalam seakan menjadi satu-satunya jalan di tengah kebingungan nya saat ini. Tanpa sadar dirinya berdiri di tepi jembatan itu
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin pulang ke ibu dalam keadaan mengandung seperti ini tanpa seorang suami, aku juga sudah menanggung malu di tempat kerja ku karena hamil di luar nikah tadinya harapan ku hanyalah Damian tapi dia ternyata adalah pria berengsek yang hanya bisa mengucapkan janji tanpa bukti! Dia menganggap ku mainan pemuas nya saja, kenapa aku sebodoh ini
Kenapa aku buta akan kesempurnaan hidupnya? Kenapa aku tidak berpikir kalo hal ini pasti akan terjadi! Seharusnya aku sudah siap dengan resiko nya, apa aku bunuh saja anak ini? Tapi rasanya setelah mendengar denyut jantung nya tadi, aku mungkin sama sampah nya seperti Damian bahkan lebih buruk karena aku membunuh darah daging ku sendiri "
Ucap Anya dalam hati dia menangis sesegukan ketika terbesit di pikiran nya untuk mati bersama saja dengan anak nya ini,

satu kaki nya mulai dia angkat dan semakin siap untuk melompat dalam hitungan ketiga tubuhnya terjatuh dari jembatan yang tingginya sekitar 434 meter itu
"Maafkan aku ibu"  Batin nya dengan air mata yang tak kunjung henti tubuhnya terjatuh menghantam air dan tenggelam semakin dalam pandangan nya mulai menghilang pernafasan nya semakin sulit untuk bernafas yang dia ingat saat ini hanya ibu nya dan anak yang di kandung nya
"Maafkan aku nak, maaf karena aku memilih jalan ini"
Tubuh nya semakin dalam tenggelam menuju dasar dari sungai ini dia mulai pasrah pada hidup nya, cahaya dari atas sungai mulai menghilang tangan nya yang mengambang tiba-tiba di raih seseorang yang ikut terjebur ke sungai sepontan mata Anya terbuka dan melihat orang yang tidak sama sekali di kenal oleh nya keduanya penuh gelembung di sekitaran hidung dan mulut nya
Anya menggeleng meminta tangan  nya untuk di lepaskan namun kepalan tangan pria itu sangat kuat. Dia menarik Anya ke tepi sungai yang penuh semak semak tinggi, keduanya lalu terbatuk setelah berhasil menyelamatkan diri tidak lebih tepatnya berhasil menyelamatkan Anya

"Apaan sih!! "
Bentak Anya setelah berhenti batuk dan kembali menyesuaikan pernafasan nya
Pria itu dengan terengah-engah tidak peduli dengan bentakan itu  dia malah terfokus pada orang-orang di atas jembatan dengan pakaian rapih layaknya seorang bodyguard. Mereka kebingungan kehilangan jejak dari supir mobil yang mereka kejar

"Kau buronan ya? " 

"Bukan!!"

"Masa sih? Kok kayak nya mereka lagi nyari kamu!"

"Bukan! Aku bukan buronan"

"Coba sih aku tanya..Oii"
Teriak  Anya di akhir meneriaki mereka
"Heh!!!! " Secepat kilat mulut Anya langsung di bekam oleh pria itu. Anya yang terkejut dengan posisi mereka yang sangat dekat membelalak, terlihat dengan sangat jelas setiap inci dari wajah pria tidak di kenal itu seluruh tubuhnya basah seperti dirinya hawa dari dingin nya malam mulai terasa di ujung kaki nya Anya, namun dari dada sampai ke otak nya terasa panas entah kenapa si pria berhidung mancung ini masih saja terfokus pada  beberapa orang di atas jembatan yang mencari nya tangan nya pun masih tetap betah menempel di mulut Anya membuat Anya kesal kareana merasa tidak nyaman
Hembusan nafas terengah-engah seperti di kejar anjing gila juga sangat jelas dari penampilan nya yang memakai kemeja dan jas, spertinya si pria memang bukan seorang buronan tapi kejahatan apa yang membuat dia di kejar-kejar oleh beberapa orang di sana dan mereka sangat bodoh tidak bisa melihat keberadaan dua orang yang berjongkok di samping sungai yang di halangi oleh semak-semak saja

Tidak kunjung menemukan mereka,
Orang-orang di  atas jembatan itu akhirnya bubar
"Lepaskan tangan mu!! " Anya menurunkan tangan pria itu dengan kasar
"Sorry! " Ia menjauhkan badan nya dari Anya
"Dasar mesum! "  Dumel Anya pelan, namun masih bisa di dengar oleh si pria itu. Dan akhirnya ia pun menegur Anya
"Heh aku dengar ya! Harusnya kamu itu bilang makasih bukan malah ngatain aku mesum, kalo aku gak nyelamatin kamu, mungkin kamu sudah mati"
Kata mati membuat Anya  mengingat masalah hidupnya yang ada
"Aku memang mau mati!! Terus kenapa kau malah menolong ku!?"  Bentak Anya secara tiba-tiba
"Apa? " Heran pria itu ia lalu memalingkan wajahnya sambil menyeka rambutnya yang basah kilatan mata nya melihat  Anya yang  mulai menangis

"Apa kau tuli!? Aku itu ingin mati!! Kenapa kau malah menolong ku. Kau seharusnya membiarkan ku mati saja!"
Bentak Anya lantang

"Ck.. Dasar bodoh! Aku tidak tau masalah
apa yang kau hadapi tapi percayalah hidup itu lebih menyenangkan jika kau bisa berdamai dengan diri mu sendiri!!! "
Ia berdiri  dan hendak pergi meninggalkan Anya tapi langkahnya terhenti saat tangis Anya semakin mengencang

"Benar!! Aku memang bodoh. Aku bodoh karena sudah membiarkan ini terjadi seharusnya aku tau kalo kita memang tidak mungkin  bisa bersama, cinta membuat ku bodoh. Untuk itu aku benci hidup ku, aku mati saja "
Anya berdiri dan kembali berjalan ke arah sungai

"Heh BODOH!!  Kau mau apa? "  Mata si pria membelalak dia segera menarik Anya namun Anya memberontak

"Lepaskan aku!! "

"Apa kau sudah gila? Hanya karena masalah cinta kau bertindak bodoh"
Ia terus berusaha mencegah Anya yang memberontak

"Lepaskan. Biarkan aku mati saja" Ucap Anya penuh keputus asaan, pandangan nya tiba-tiba kabur bersamaan dengan kepala nya yang terasa berat bumi yang berputar terasa sangat oleh nya, penglihatan nya kemudian menggelap  tubuhnya akhirnya terjatuh ke pelukan si pria itu

Kisah AnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang