Chapter 9

506 31 9
                                    

09 - Hancur Perlahan-Lahan

🔞 tw // sexual harassment

🔞 tw // sexual harassment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Akhir-akhir ini banyak sekali masalah-masalah yang terjadi. Sabrina tampak kerap melamun juga tidak secerewet biasanya, tak sekali-dua kali Ansel mendapati Sabrina diam melamun dengan tatapan kosong. Ia selalu bertanya, tapi seperti biasa Sabrina akan berkata jika tidak ada masalah.

Sejak pengakuan Sabrina yang melihat 'penampakan' di basement tempat kerjanya, perempuan itu mulai sering murung. Ansel tentu khawatir apalagi Sabrina tidak pernah seperti ini sebelumnya, Sabrina memang sedikit penakut, tapi perempuan itu tidak selemah ini, perempuan itu selalu ceria dan banyak bicara. Sabrina bisa memarahinya dan Revin seharian jika mood perempuan itu sedang kacau dan jujur saja Ansel lebih menyukai hal itu.

Ansel mencoba memahami keadaan Sabrina, mungkin ia tengah banyak pikiran karena pekerjaannya? Belum lagi kejadian-kejadian mengejutkan seperti kecelakaan yang Ansel alami beberapa waktu lalu, Revin yang sering rewel dan sahabat mereka yang kehilangan pekerjaan.

Maka dari itu di sinilah mereka, di tempat yang tidak terlalu sepi dan tidak terlalu ramai. Ansel meminta Sabrina untuk tidak membawa mobil ke kantor, sengaja tidak menjemput Revin di rumah mama mertuanya saat ia pulang tadi, lalu segera tancap gas untuk menjempur Sabrina dan melipir ke salah satu mall Ibukota.

Mengabaikan segala pertanyaan Sabrina, ia hanya ingin mencoba membuat Sabrina kembali ceria dan tak lagi melamun dengan wajah murungnya. Tak masalah jika ia harus menitipkan Revin lebih lama di rumah orangtua Sabrina—toh mama tidak pernah keberatan.

"Revin gak kamu jemput? Padahal kamu kan bisa jemput dia dulu," ucap Sabrina yang hanya dibalas senyuman oleh Ansel.

Laki-laki itu mendekat untuk merangkul pundak Sabrina, kemudian mengusap lengan perempuan itu yang kini menatap lurus ke depan masih dengan wajah bingungnya. "Aku kan lagi pengen me time sama kamu."

Sabrina mendongak menatapnya sebelum mendengus, "gaya lo! Sok-sokan me time!" ledek Sabrina yang dibalas kekehan oleh Ansel.

"Tapi serius deh, ada apa sih?" tanya Sabrina, ia menghentikan langkahnya membuat Ansel pun ikut berhenti melangkah, "ulang tahunku kan udah lewat."

"Karena memang gak ada hubungannya sama ulang tahun kamu. Aku cuma pengen ngajak kamu jalan-jalan berdua aja." Ansel mengusap kepala Sabrina.

"Kamu mau apa? Kamu boleh minta apa aja!" pintah Ansel.

Sejenak Sabrina terdiam, tampak mengernyit bingung, berpikir dengan keras sebelum kembali mendongak menatap Ansel yang terus menatapnya, menunggu. "Aku mau puding."

"Hah?"

Ansel sudah mempersiapkan uang, menghitung pengeluarannya bulan ini, bahkan sudah memperkirakan apa yang mungkin akan menarik di mata Sabrina. Seperti misalnya tas Chanel, heels YSL, jam tangan Daniel Wellington atau foundation Dior. Namun ia salah dan dibuat terperangah oleh keinginan Sabrina, dari seluruh benda-benda mahal yang bisa menguras habis dompet Ansel hingga kering, Sabrina memilih puding?

Captivated Me 2: BelengguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang