05 - New Neighbor
── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Regan Admajaya, divisi marketing."
Pria paruh baya itu mengernyit, tangannya bergerak membetulkan letak kacamatanya yang sedikit melorot dari pangkal hidung, matanya menekuri setiap baris kata pada dokumen-dokumen di tangannya. Dokumen berisi data pribadi milik seseorang yang sangat ia kenali.
"Kerjanya bagus, kayaknya gak bisa."
"Bukannya semua mudah kalau di tangan Bapak?"
Pria itu berdehem pelan, entah kenapa mendadak menjadi gugup. Apalagi di depan laki-laki ingusan yang berhasil memberinya tekanan menyebalkan. Mungkin hal tersebut terjadi karena amplop tebal di mejanya yang berhasil membuat rasa gugupnya semakin membesar.
Sial! Kenapa uang begitu menggiurkan?
Regan tak pernah membuat masalah, laki-laki itu baik, cermat dan cekatan. Regan bisa menarik banyak sekali pelanggan hanya dengan tampangnya tanpa melakukan apapun. Laki-laki itu tentu menguntungkan bagi perusahaan, tidak ada alasan kuat untuk membuatnya dipecat.
Regan begitu loyal sebagai pegawai, belum lagi semua pekerjaannya yang selalu sesuai target. Bukankah terlalu jahat ketika ia mengorbankan kehidupan seseorang hanya demi uang?
"Andri sebentar lagi lulus kuliah kan? Bukannya itu peluang bagus buat bapak memasukan anak Bapak ke dalam perusahaan?"
Ia semakin gelisah, berulang kali tangannya mengetuk-ngetuk meja, kakinya mengetuk lantai dengan cepat, keputusan berada di tangannya. Nanum bukankah bagus jika ia bisa menyingkirkan Regan? Bukan hanya ia yang untung mendapatkan upah, tapi anaknya pun bisa memiliki peluang cukup besar.
"Gak bisa cepat," ucapnya final.
"Berapa lama?"
"Kamu buru-buru?"
"Iya, kalau bisa sih secepatnya."
Bukankah menjadi penguasa itu menyenangkan? Sungguh mudah sekali mempermainkan hidup seseorang bahkan tanpa memerlukan alasan dan logika. Malang nasibmu, Gan ... kamu ngapain sih sampai punya masalah sama bedebah kayak dia?
── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Dia lah masalahnya. Semua masalah ini karena dirinya.
Lagi-lagi Sabrina mengembuskan napas, semua ini salahnya, Ansel tidak akan seperti ini jika bukan karena dirinya! Ia lelah setengah mati, tapi rasa bersalah selalu menghantui. Matanya memejam dengan tubuh yang sedikit lemas.
Dengan gerakan pelan ia membentur-benturkan kepala belakangnya pada tembok, menghela nafas dengan berat. Demi Tuhan, bagaimana jika akan ada kejadian-kejadian seperti ini lagi? Ingatan itu kembali membuat tengkuk Sabrina meremang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captivated Me 2: Belenggu
Romansa[update setiap Rabu dan Sabtu] Setelah menerima takdirnya menjadi istri dari Ansel Andaresta, Sabrina pikir hidupnya akan baik-baik saja. Bukankah Ansel sangat sempurna? Ia akan bahagia. Nyatanya Sabrina salah, pernikahan yang seharusnya 'indah' men...