William memasuki kamar hotelnya di Mercure Grand Mirama, melemparkan tasnya ke atas tempat tidur. Ia berjalan ke jendela, memandang pemandangan kota Surabaya yang mulai ramai. Pikirannya kembali ke pertemuannya dengan Budi di kereta.
Ia mengeluarkan ponselnya, jarinya menggantung di atas nomor Budi yang baru saja disimpannya. Haruskah ia mengirim pesan? Terlalu cepatkah? William menghela napas, meletakkan ponselnya di meja.
Sementara itu, di sebuah rumah di Jalan Ronggolawe, Budi duduk di tepi tempat tidur di kamar tamu. Ia memandangi ponselnya, nomor William terpampang di layar. Jantungnya berdebar kencang saat ia membayangkan wajah William, otot-ototnya yang tercetak jelas di balik kaosnya.
Budi menggelengkan kepala, berusaha mengusir pikiran-pikiran itu. Namun bayangan William terus menghantuinya, membuat dadanya terasa sesak oleh perasaan yang tak bisa ia jelaskan.
Untuk saat ini, keduanya hanya bisa tenggelam dalam pikiran masing-masing, bertanya-tanya apakah takdir akan mempertemukan mereka kembali.
Malam telah larut di Surabaya. Di kamar hotelnya, William berbaring di tempat tidur, ponsel di tangan. Ia membuka WhatsApp, jarinya menggantung di atas nama Budi. Foto profil Budi menampilkan wajahnya yang tersenyum lebar, membuat jantung William berdebar.
Sementara itu, di rumah saudaranya, Budi juga terjaga. Ia duduk di tepi tempat tidur, matanya terpaku pada layar ponsel. Foto profil William menunjukkan sosoknya yang atletis, membuat Budi menelan ludah.
Keduanya melihat status "online" di profil masing-masing. Jantung mereka berdegup kencang, bertanya-tanya apakah yang lain juga sedang memandangi profil mereka.
William mengetik pesan, lalu menghapusnya lagi. Budi melakukan hal yang sama. Keduanya ingin memulai percakapan, namun ragu dan takut akan konsekuensinya.
Malam semakin larut, namun baik William maupun Budi masih terjaga, tenggelam dalam pikiran dan perasaan yang membingungkan tentang satu sama lain.
William terbangun dengan perasaan bersemangat. Ia meraih ponselnya, berharap ada pesan dari Budi. Matanya melebar saat melihat notifikasi WhatsApp dari Budi.
Dengan jantung berdebar, ia membuka chat dan terkejut melihat pesan-pesan acak:
"Hdjskalalwpqpzm"
"Nxbcvklpoiuy"
"Qwertyuiop"
Lalu ada sebuah voice note. William menekan play dengan penasaran. Suara dengkuran keras memenuhi kamar hotel, membuatnya tersentak kaget sebelum tertawa geli.
William tersenyum lebar, membayangkan Budi yang ketiduran dengan ponsel di tangan. Ia mengetik balasan:
"Pagi, Budi. Ada apa nih? Kode rahasia? Btw, ngorokmu merdu banget lho hahaha"
William mengirim pesan itu, masih terkekeh. Ia membayangkan reaksi Budi saat membaca pesannya nanti, pasti akan sangat lucu.
Budi terbangun dengan perasaan segar. Ia meregangkan tubuhnya yang kekar, lalu meraih ponselnya. Matanya langsung terbelalak melihat notifikasi chat dari William. Dengan jantung berdebar, ia membuka pesan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Train, I'm in Love
Romance[BL/NSFW] Cerita tentang dua pria usia 30an yang saling jatuh cinta saat pertama kali bertemu di kereta Jakarta-Surabaya