Oleh-oleh Surabaya

585 8 0
                                    

Enam hari di Surabaya berlalu dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enam hari di Surabaya berlalu dengan cepat. Baik William maupun Budi sibuk dengan agenda masing-masing, namun pikiran mereka sering melayang ke malam pertemuan di cafe. Keduanya ingin memulai obrolan lewat chat, tapi selalu ragu-ragu, takut dianggap berlebihan.

Sore itu, William akhirnya memberanikan diri. Jemarinya mengetik pesan dengan hati berdebar:

William: "Hei Bud, apa kabar? Masih di Surabaya?"

Budi yang sedang membantu Buleknya di dapur, tersentak kaget melihat notifikasi dari William. Dengan tergesa-gesa ia membalas:

Budi: "Hai Will! Iya nih, masih di Surabaya. Kamu gimana?"

William: "Sama, masih di sini juga. Eh, jadi inget... kamu serius mau extend di sini buat pulang bareng?"

Budi terdiam sejenak, jantungnya berdegup kencang. Ia memang serius, tapi takut William menganggapnya aneh.

Budi: "Ehm... iya sih. Tapi nggak apa-apa kan? Maksudku, aku nggak mau bikin kamu ngerasa nggak enak atau gimana..."

William tersenyum membaca pesan Budi. Ada rasa hangat yang menjalar di dadanya.

William: "Nggak apa-apa kok. Justru aku yang ngerasa nggak enak udah bikin kamu extend gini."

Budi: "Haha, santai aja kali. Anggap aja aku lagi liburan tambahan."

William: "Oke deh kalau gitu. Jadi... besok kita pulang bareng?"

Budi: "Yup! Eh, tapi kamu udah beli tiket belum? Aku belum nih."

William: "Waduh, aku juga belum! Gimana nih?"

Mereka tertawa sendiri-sendiri, menertawakan kekonyolan situasi ini.

Budi: "Yaudah, ayo kita beli bareng sekarang. Takut kehabisan."

William: "Siap, Komandan! Mau kereta jam berapa?"

Obrolan mereka berlanjut, membahas jadwal kereta dan rencana perjalanan. Ada rasa senang yang tak bisa disembunyikan dalam setiap pesan yang mereka kirim.

"Eh, Bud. Gimana kalau kita pesan kursi bersebelahan aja?" tanya William lewat chat.

Jantung Budi berdegup kencang membaca pesan itu. "Boleh juga tuh! Biar bisa ngobrol sepanjang perjalanan," balasnya, berusaha terdengar santai.

Mereka pun memesan tiket dengan kursi bersebelahan. Budi tak bisa menahan senyumnya, membayangkan perjalanan panjang bersama William.

"Lho, Budi. Dari tadi senyum-senyum sendiri. Chat sama siapa sih?" tanya Bulek tiba-tiba, membuat Budi tersentak kaget.

"Eh, ini Bulek... chat grup kantor. Ada yang lucu aja," jawab Budi asal, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Bulek hanya mengangguk, tapi tatapannya penuh selidik. Budi buru-buru mengalihkan pembicaraan.

Train, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang