5

179 23 3
                                    

"Eh? Pangeran Jeno ini ingin jadi tangan kananku juga ya? memangnya bisa anak adipati menjadi bawahan Putra Mahkota?"

Sepertinya julukan Pangeran Zhong (tidak peka) Chenle memang nyata adanya.

Burung-burung mulai berkicau, angin sepoi pun mulai berhembus, memasuki kediaman Chenle, hingga membangunkan sang puan dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Burung-burung mulai berkicau, angin sepoi pun mulai berhembus, memasuki kediaman Chenle, hingga membangunkan sang puan dari tidurnya.

"Sudah lama sekali aku tidak tidur senyenyak ini, apa karena aku habis berjalan seharian ya?"

Zhong Chenle Zhong Chenle, sepertinya kamu lupa kemarin habis digendong oleh siapa sampai bisa tidur senyenyak itu.

"Kurasa masih ada waktu beberapa hari lagi sebelum cuti kerjaku selesai, mungkin aku akan berkeliling lagi hari ini"

Chenle memanggil pelayan untuk menyiapkan air hangat, dia rasa berendam sebentar pun tidak akan memakan waktunya dengan banyak.

Chenle melepas helai pakaiannya satu persatu dan memasuki kolam pemandian air hangatnya. "Ah.. rasanya sangat nyaman"

"Tolong panggil aku setelah 15 menit"

"Baik, pangeran"

Chenle hanya memasuki kolam, memainkan bunga mawar yang mengambang di atas air, sambil tersenyum dengan indahnya. Dia sangat menikmati sesi berendam di air hangat ini, sangat menenangkan jiwa dan raganya yang sempat terguncang.

Chenle memejamkan matanya dengan nyaman, di dunianya tidak ada yang seperti ini, jika mau mandi air hangat dia harus menyalakan airnya sendiri, pun dia tidak akan dibangunkan karena dia hanya sendirian di rumahnya yang besar.

Sesaat alunan qin yang indah terdengar di telinganya, chenle hanya menikmatinya saja, setelah beberapa saat dia baru sadar, tidak mungkin kan di jaman ini ada pengeras suara? jadi siapa yang memainkan qin di kediamannya sekarang?

"Xu tao!" "Liu Wei!"
"Kalian dimana?"
"Pelayan!"

Aneh. Sungguh aneh, kenapa tidak ada satu orang pun yang menjawab panggilannya, tetapi bunyi qin itu terus terdengar merdu di telinganya.

"Aku akan keluar dulu saja, berendam air hangat ini bisa kulanjutkan nanti"

Pikiran chenle itu selalu buruk, dia takut ada seseorang yang menyelinap masuk ke kediamannya dan membunuhnya.

Apalagi melihat kedua orang tangan kanannya dan pelayan tidak menjawab panggilannya sungguh membuat dia jadi waspada.

Untuk berjaga-jaga dia mengambil sebilah pedang yang tepat berada di sisinya, kemudian meninggalkan tempat pemandian air panas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dopamine | JenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang