[✓] BUNGA MATAHARI 🌻 | JAESAHI ♡

🌻 10 🌻

Jaehyuk berdiri di ujung lapangan atletik, matanya tertuju pada sosok Asahi yang sedang berlatih sendirian. Hari itu, langit cerah dengan sinar matahari yang menghangatkan, menciptakan suasana yang sempurna untuk konfrontasi yang telah lama ia rencanakan. Setelah berhari-hari diabaikan dan ditolak, Jaehyuk merasa ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai Asahi-melalui hal yang paling ia cintai, yaitu berlari.

Dengan langkah tegas, Jaehyuk mendekati Asahi yang sedang meregangkan otot-otot kakinya di tepi lintasan. "Asahi!" panggilnya dengan suara yang tegas namun bersahabat. Asahi menoleh, alisnya terangkat dengan ekspresi campuran antara kejengkelan dan rasa ingin tahu.

"Apa lagi sekarang?" tanya Asahi dengan nada datar, jelas-jelas tidak ingin terganggu.

Jaehyuk menarik napas dalam-dalam, memantapkan tekadnya. "Aku menantangmu untuk berlomba lari denganku," ucapnya dengan penuh keyakinan.

Asahi mengernyitkan dahi, jelas terkejut dengan tantangan tersebut. "Apa maksudmu?" tanyanya, nada skeptis terdengar jelas.

"Aku tahu ini terdengar aneh, tapi dengarkan aku. Jika aku kalah, aku berjanji tidak akan memaksa atau mengganggumu lagi," kata Jaehyuk, matanya tak lepas dari Asahi. "Tapi jika aku menang, kamu harus memaafkanku dan memberi aku kesempatan untuk berteman denganmu lagi."

Asahi menatap Jaehyuk dengan pandangan tajam, mencoba mencari kesungguhan di mata pemuda itu. Setelah beberapa detik hening yang terasa seperti selamanya, Asahi akhirnya mengangguk perlahan. "Baiklah. Jika itu yang kamu inginkan, aku terima tantanganmu."

Keduanya berjalan ke garis start. Jaehyuk merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya, namun juga ada ketenangan yang muncul dari keputusannya. Asahi, di sisi lain, memandang lintasan dengan penuh konsentrasi, seperti biasa saat dia bersiap untuk berlari.

Seorang teman sekelas mereka yang kebetulan lewat setuju menjadi juri dadakan. "Siap? Satu, dua, tiga, mulai!" teriaknya, mengangkat tangan sebagai tanda dimulainya lomba.

Asahi melesat dengan kecepatan luar biasa, langkah-langkahnya ringan dan penuh kekuatan. Jaehyuk mengejar dengan sekuat tenaga, setiap langkah terasa berat namun ia tidak menyerah. Meskipun ia tahu kemungkinannya kecil untuk menang, Jaehyuk terus berlari, mata dan hatinya fokus pada satu tujuan yaitu membuktikan ketulusannya.

Lintasan terasa semakin pendek saat Asahi terus memimpin, tetapi Jaehyuk tidak memperlambat langkahnya. Nafasnya mulai terasa sesak, keringat mengucur deras, tetapi ia menolak untuk berhenti. Ia tahu bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya untuk menunjukkan betapa seriusnya ia ingin menjadi bagian dari hidup Asahi.

Ketika Asahi mencapai garis finish dengan napas yang masih stabil, Jaehyuk menyusul beberapa detik kemudian, terengah-engah dan hampir jatuh karena kelelahan. Asahi berbalik, menatap Jaehyuk yang berusaha mengatur napasnya.

"Kamu kalah," kata Asahi dengan nada datar, meskipun ada sedikit kekaguman di matanya.

Jaehyuk mengangguk, menerima kekalahan dengan lapang dada. "Iya, aku kalah. Dan aku akan menepati janjiku," ucapnya, sambil berdiri dengan susah payah.

Asahi menatap Jaehyuk sejenak sebelum berkata dengan tegas, "Bagus. Kalau begitu jangan dekatiku lagi." Ia berbalik dan mulai berjalan menjauh, meninggalkan Jaehyuk yang terdiam di tempatnya.

Namun, baru beberapa langkah Asahi melangkah, ia mendengar suara isakan tangis yang tertahan. Ia berhenti dan menoleh, melihat Jaehyuk berdiri di tempatnya dengan kepala tertunduk, bahunya bergetar karena menangis. Hati Asahi yang tadinya keras mulai merasa bingung dan bimbang.

Asahi kembali melangkah, kali ini menuju Jaehyuk. "Kenapa kamu menangis?" tanyanya dengan suara yang lebih lembut, meskipun masih ada nada dingin di dalamnya.