Setelah pulang dari sekolah, Zhou Shiyu dan Xiaobao berencana buat ngabisin waktu pergi berbelanja bareng.
Mereka jalan-jalan di pusat perbelanjaan yang ramai dengan tawaran diskon dan barang-barang menarik. Cahaya lampu neon dari berbagai toko membuat suasana semakin hidup.
Zhou Shiyu dan Xiaobao tertarik untuk melihat-lihat berbagai barang di sana, mereka tertawa-tawa dan bercanda di antara rak-rak yang dipenuhi dengan berbagai pilihan barang.
Saat mereka berada di pusat perbelanjaan, mata mereka tertuju pada sosok Wang Yi yang baru saja tiba dengan mobil mewahnya, sebuah mobil Audi terbaru. Sepertinya dia juga baru pulang sekolah langsung kesana melihat seragam yang masih digunakan, namun atasannya saja yang sudah dia ganti dengan kaos hitam polos yang menambah kental aura cegan pada dirinya.
Ekspresi kaget melintas di wajah Xiaobao, "Siapa sih itu? Seragam sekolahnya sama kayak seragam kita, Shi Yu. Tapi, aku gak pernah liat ada anak sekaya itu di sekolah selain aku." Tanyanya.
Zhou Shiyu, dengan nada yang santai, menjelaskan bahwa Wang Yi adalah murid baru di kelas dia. "Dia tuh anak baru di kelas aku, Xiaobao." Ucapnya dengan nada tidak peduli.
Meskipun Xiaobao terkejut, ia mulai menunjukkan rasa ingin tahunya, "Gimana sih anaknya? Aku liat dia pake seragam cowok, tapi emang beneran dia punya aura ganteng kayak cowok sih, haha," ucap Xiaobao.
Mendengar itu, Zhou Shiyu mulai merasa kesal, "Napa nanya sama aku? Aku bahkan gak mau deket sama dia, liat aja penampilannya aja kek gitu, dan yang paling nyebelin tuh anak-anak cewek di kelasku pada muji-muji dia, katanya dia ganteng lah, dia keren lah, sama kek kamu barusan pokoknya aku geli deh, aku gak mau deket-deket sama anak itu," jawab Zhou Shiyu sambil menggelengkan kepala.
Xiaobao tersenyum lebar, dia tahu betul bagaimana temannya itu homophobia. Tapi, melihat itu dia justru malah ingin menggoda Shiyu.
"Hus, kamu jangan ngomong sembarangan hey, kata orang kan benci sama cinta tuh beda-beda tipis, lagian kan belum tentu dia lesbi kayak yang kamu pikirin. Kamu tuh pikirannya negatif mulu sih," Ucap Xiaohui.
Zhou Shiyu menatap ke arahnya dengan tatapan kesal, "Udah ah, ngomong apa sih kamu, gak ada topik lain apa?" Timpalnya dengan kesal sambil berjalan agak cepat meninggalkan Xiaohui.
"Hahaha, okay okay, Sorry, Shiyu. Jangan tinggalin dong," teriak Xiaohui sambil berlari, "hadeuh, tu cegil sensi amat sih kalo ngomongin masalah kek gitu." Gerutunya sambil terus menyusul Zhou Shiyu.
Meskipun demikian, mereka akhirnya tertawa bersama lagi dan melanjutkan perjalanan mereka ke toko-toko yang lain.
Malam hari pun tiba.
Ketika Zhou Shiyu akhirnya tiba di rumah sekitar pukul 11 malam, ia disambut dengan pertanyaan beruntun dari ibu dan ayahnya yang duduk di ruang tamu dengan tenang, orang tuanya memang sengaja menunggu kedatangannya.
Cahaya lampu yang redup memberikan suasana hangat di dalam rumah, namun tidak dengan atmosfer kedua orang tua dan anak kandungnya itu.
"Dari mana aja kamu baru pulang selarut ini?" Tanya ibunya yang langsung berdiri mencegah Shiyu berjalan ke kamarnya. "Anak perempuan seperti kamu harusnya udah ada di rumah jam segini, keluyuran kemana dulu kamu, Zhou Shiyu?"
Merasa tidak ada jawaban atau sanggahan dari putrinya, ibu Zhou Shiyu terus menghujamnya dengan kata-kata sarkastik.
"Ouh, Apa kamu kencan lagi sama pacar perempuanmu itu?" Aku tidak akan terima jika kamu ternyata seorang lesbian." Lanjut ibunya.
Zhou Shiyu hanya bisa menghela nafas panjang dan mencoba menjelaskan bahwa Xiaobao bukanlah pacarnya. Dia mengepalkan tangan sekuat tenaga, sampai permukaannya memutih. "Dia bukan pacar aku, aku juga bukan penyuka sesama jenis seperti yang kamu pikirkan." Timpalnya,
Shiyu mencoba menahan amarah dan kesedihannya sekaligus dalam satu waktu, Namun, ibunya terus menerus mendesak dengan kata-kata yang menyakitkan, "Halah, jangan pura-pura kamu! Kalau iya kamu gak Lesbi, lalu dimana pacar laki-laki kamu? Gak ada kan?!"
Kesabaran Zhou Shiyu mulai menipis, dan dengan suara yang lantang, ia akhirnya melemparkan kata-kata kasar, "Berisiklah, sialan! Awas, aku capek mau ke kamar," sentaknya membuat kedua orang tuanya membulatkan mata mereka.
Plak!
Plak!
Tanpa ampun, tangan ayahnya segera menampar pipinya. "Ngomong yang bener dong kalo sama orang tua! Kamu tuh disekolahin bukan buat jadi pembangkang kayak gini, Shiyu. Dasar anak gak tahu diri," tegur sang ayah dengan suara tegas namun menusuk.
Dengan hati yang berat, Zhou Shiyu yang tidak bisa berkata-kata lagi kemudian meninggalkan mereka dan berlalu ke kamarnya dengan deraian air mata yang sudah tidak dapat dia tahan.
Keesokan harinya di sekolah, suasana kelas terasa agak berbeda bagi Zhou Shiyu.
Banyak mata yang mengawasinya dengan tatapan penasaran, terutama ketika mereka melihat memar di pipinya. Zhou Shiyu merasa tidak nyaman saat disorot jadi perhatian seperti itu, terutama saat Wang Yi, sosok yang menjadi penyebab sebagian dari kekesalannya semalam, ikut menatapnya dengan rasa ingin tahu.
Dalam hatinya, Zhou Shiyu merasa geram. "Berani amat anak sialan itu natap aku, jijik ih," gumamnya dalam hati sambil menatap tajam ke arah Wang Yi. Namun, ia memutuskan untuk tidak memperpanjang kekesalannya dan memilih untuk tidak memperdulikan orang lain.
Beberapa saat kemudian, ketika Zhou Shiyu duduk di bangkunya, tiba-tiba ada yang menyoleknya dari samping. Tanpa pikir panjang, Zhou Shiyu langsung menanggapinya dengan nada sinis, "Apa sih, kamu?"
Ternyata, yang menyoleknya adalah Zhang Yueming, teman sebangkunya. "Eh, santai dong, Shiyu. Aku cuma mau ngasih kertas dari belakang, katanya ini buat kamu," ujar Zhang Yueming dengan wajah santai. Zhou Shiyu merasa sedikit malu atas reaksinya yang berlebihan.
Setelah menerima kertas dari Zhang Yueming, Zhou Shiyu membukanya dan menemukan tulisan singkat, "Kamu gapapa, kan?"
Segera, Zhou Shiyu menoleh ke belakang dan menemukan Wang Yi yang masih menatapnya dengan ekspresi khawatir.
Tanpa ragu, Zhou Shiyu menulis balasan di kertas dan melemparkannya ke arah Wang Yi. Ketika Wang Yi membacanya, ekspresi wajahnya berubah menjadi masam. Tulisan di kertas itu mengatakan, "Pikirin hidup lu sendiri sialan, ga usah ngurusin hidup gue."
Wang Yi menyunggingkan senyumnya sambil meremas kertas yang ada di tangannya. "Okay, kalo itu yang kamu mau." Ucapnya dalam hati.
Saat istirahat makan siang tiba, Zhou Shiyu duduk bersama dengan teman-temannya seperti biasa.
Xiaobao, yang duduk di sebelahnya, segera menyapa dengan cemas, "Kamu kenapa lagi, Shiyu?"
"Biasalah, ada ceramah tengah malem di rumah aku malem tadi, jadinya aku kena tabok," Jawab Shiyu dengan ekspresi datar.
Zhou Shiyu pun menjelaskan dengan singkat tentang insiden semalam dan bagaimana orang tuanya bersikap kasar padanya. Teman-temannya terkejut mendengar cerita Zhou Shiyu, namun mereka juga tidak terlalu heran. Mereka tahu bahwa orang tua Zhou Shiyu memang seringkali kasar padanya.
Sementara itu, Wang Yi masih terdiam memikirkan kata-kata yang diterimanya dari Zhou Shiyu lewat balasan dalam secarik kertas tadi. Meskipun awalnya ia merasa ingin tahu tentang alasan kenapa pipinya Zhou Shi Yu memar, tapi sekarang dia mengerti mungkin Zhou Shiyu anaknya memang tertutup banget.
Setelah istirahat makan siang, suasana di kelas kembali normal. Zhou Shiyu dan teman-temannya kembali ke kelas lalu kembali fokus pada pelajaran
Meskipun masih ada ketegangan di udara antara Zhou Shiyu dan Wang Yi, keduanya memilih untuk tidak melanjutkan pertengkaran mereka. Mereka berdua sempat perselisih pandang saat Shiyu tadi masuk ke kelas lagi, namun itu tatapan tanpa ekspresi atau emosi apapun dari Zhou Shiyu.
Saat bel pulang sekolah berbunyi, Zhou Shiyu meninggalkan kelas dengan perasaan lega. Tapi, memikirkan sekarang dia akan pulang ke rumah justru membuat dia jadi frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling into Your Charm - Wang Yi dan Zhou Shi Yu [sqhy couple] SNH48
FanfictionGadis homophobic harus bertemu dengan gadis tomboy? collab with : wangyisgf