BAB 04 : Tiga Pernikahan.

657 41 6
                                    

Setelah menangis, Chaarvi pingsan karena kelelahan dan stres yang berlebihan. Tabib itu menyatakan bahwa dia sedang hamil dan tidak boleh terlalu lelah dan stres. Chitramaya bertanya apakah keluarganya tahu tentang ini. Namun tabib itu menggelengkan kepalanya.

Purnima benar-benar kesal dengan sikap Chaarvi yang selalu menyembunyikan segalanya dari keluarganya, bahkan dari sahabatnya sendiri. Dia telah menyimpan semua rasa sakitnya sendiri selama bertahun-tahun. Chitramaya penasaran dan bertanya mengapa Chaarvi selalu seperti itu.

Purnima menjelaskan kepada Chitramaya mengapa sahabatnya sangat suka menyembunyikan segalanya. Itu semua adalah faktor meninggalkan keempat orang yang dicintainya, yang telah hilang saat dia masih bayi dan hilang lagi saat remaja.

Chitramaya segera memahami itu. Kehilangan adalah hal yang paling menyakitkan di dunia, terutama ketika orang yang kita cintai meninggalkan kita. Namun, ini adalah saat yang membahagiakan, sebuah pernikahan besar akan diadakan dalam beberapa hari.

~

Beberapa hari kemudian. Pada tanggal pernikahan yang sudah ditentukan. Pernikahan pun akan dilangsungkan. Hastinapura hari ini dipenuhi hiasan yang indah, mulai dari bunga hingga warna-warna cerah menghiasi baik di dalam maupun luar istana.

Hari ini merupakan hari spesial di Hastinapura. Tiga podium telah disiapkan, sangat mewah dan didekorasi dengan indah. Yudhistira, Bima dan Arjuna berdiri di podium yang telah ditentukan, menunggu kedatangan pengantin mereka. Ibu Kunti nampak sangat bahagia hari ini.

Nyanyi-nyanyian diputar, para penari mulai menari. Semua orang nampak berbahagia. Para Raja, Ratu, Pangeran dan Putri dari seluruh Arya menghadiri pernikahan ini. Namun, ada orang yang tak menyukai acara ini, para Kurawa dan paman mereka, Raja Gandhara Sangkuni.

“Wah, wah. Kak Bima, nampaknya kau begitu gugup hari ini. Sabarlah kak, sebentar lagi mempelai mu akan segera tiba kemari.” goda Nakula. Membuat Bima menatap Nakula tajam, dan memegang telinga Nakula lalu menariknya. Nakula mengerang kesakitan.

“Hei! Diamlah kau Nakula. Aku benar-benar gugup hari ini, aku akan menikahi Taru ku pada saat ini.” kata Bima. Setelahnya ia melepaskan telinga Nakula yang cemberut. Chitramaya entah mengapa saat melihat interaksi itu dia terkekeh.

Tak lama kemudian para pengantin datang diantarkan oleh Chaarvi dan Purnima, semuanya mengenakan sari dengan nuansa merah yang berbeda-beda. Shivaani mengenakan sari merah ceri, elegan namun sederhana seperti sifatnya.

Tarini mengenakan sari merah darah, yang menunjukkan kecintaannya pada peperangan dan sebuah menandakan keganasan. Sharvani mengenakan gaun merah menyala, yang menandakan keberanian dan pengabdian, dan itu sangat cocok dengan sifatnya.

Chitramaya terpesona pada keanggunan Shivaani, ia merasa bahwa gadis itu merupakan yang ilahi itu sendiri. Keilahian darinya membuat Chitramaya yakin dialah orang yang akan membantunya nanti. Pandangannya tak lepas dari Shivaani.

Ritual pernikahan pun dimulai. Pertama, yang menikah terlebih dahulu adalah Yudhistira. Segera Yudhistira dan Shivaani melakukan ritual pernikahannya. Hingga setelah putaran api suci itu selesai, Pendeta menyuruhnya memakaikan sindur di belahan rambut mempelai wanita.

Yudhistira pun melakukannya. Kemudian sebagai pelengkapnya, ia harus memakaikan Mahkota di rambut Shivaani. Ibu Kunti segera membawakan Mahkota itu. Yudhistira dengan hati berdebar-debar pun memasangkannya ke rambut Shivaani.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chitramaya's Journey :: MahabharataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang