Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa tinggalkan jejak guys!!!
Tinggal klik bintang aja gak susahkan ya?
Jangan jadi silent readers ya 😊
Votement Juseyo 🙏
* Happy Reading *
***
Keesokan paginya, suara-suara terdengar dari dalam bangunan tempat tinggal yang kumuh saat suasana di King's road perlahan mulai hidup.
Haechan membawakan lima roti kukus dan secangkir susu kedelai untuk Jeno.
"Karena kita akan tinggal di sekolah mulai hari ini? Ibuku memasak roti khusus kemarin, mengatakan bahwa apa yang pihak sekolah jual di kantin pasti tidak selezat yang buatan rumah. Dia menyuruhku memberimu beberapa dan memastikan untuk mengawasi mu sampai kau selesai memakannya."
Saat Jeno mengambil roti kukus dan susu kedelai, Haechan menarik tali tas sekolahnya.
"Ah benar, Jeno, aku lupa untuk bertanya. Kemarin aku pergi ke kelasmu untuk mencarimu tetapi aku tidak menemukanmu. Pengawas kelasmu mengatakan kau di bawa pergi oleh wali kelas. Apa yang telah terjadi?"
"Dia membawaku pergi ke rumah sakit sekolah."
Haechan mengerti.
'Oh, perlakuan istimewa untuk siswa terbaik.'
Mengingat cedera yang di alami oleh Jeno, mulut Haechan terasa gatal.
"Sekelompok preman brengsek dari jalanan itu, jika mereka punya nyali, bertarung satu lawan satu saja, apa gunanya membawa selusin orang untuk bertarung jika masih kalah seperti kemarin?"
Sebuah bengkel mobil baru telah di buka di jalan berikutnya, tetapi mereka yang berada di dekat King's road sudah terbiasa menggunakan bengkel mobil keluarga Haechan . Bengkel mobil baru itu telah beroperasi selama hampir sebulan, tetapi harganya sangat mahal, dan sungguh mengherankan apakah mereka mampu menutupi biaya sewa gedung.
Pemiliknya adalah seorang penjahat dan kemarin pagi, dia mengumpulkan sekitar selusin orang dan datang untuk mengganggu Haechan. Dia bermaksud memukulinya setengah mati untuk menakut-nakuti keluarga Haechan agar menutup usaha dan pindah toko.
Tanpa di duga di sepanjang jalan, Jeno yang sedang berjalan juga terjebak di dalamnya.
Mengingat kata-kata Jeno saat itu 'Serang saja bersama. Aku harus pergi ke sekolah, cepatlah.'
Haechan merasakan darahnya mendidih lagi!
Dia menoleh untuk berbicara dan melihat Jeno, yang sedang memegang cangkir susu kedelai dengan tangannya dan kuku jarinya telah di potong dengan bersih. Matanya tertunduk, menyembunyikan isi pikirannya, membuat Haechan bingung.