Seven Years by Blosren

41 7 37
                                    

"SEVEN YEARS"
penulis: blosren


Desember, 2004.
Busan.

Di sebuah rumah sakit, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, Choi Jeong Kook tersesat dalam ruangan inkubator—di mana para bayi baru lahir diletakkan— di antara barisan tabung persegi dipenuhi oleh bayi, ada satu bayi yang menarik perhatiannya. Bayi itu terlihat lucu dengan senyumnya yang menggemaskan, membuat anak itu ingin mengelus pipinya yang gempal.

Sementara Jeong terpesona dengan bayi tersebut, tiba-tiba seorang wanita muncul di pintu ruangan. Wajahnya penuh kekhawatiran saat menemukan putranya tersesat di ruangan itu. "Di sini rupanya? Ibu mencarimu kemana-mana!" seru wanita itu dengan nada cemas.

Jeong segera berlari ke arah wanita tersebut sambil menunjuk bayi lucu yang telah menarik perhatiannya. "Lihat, bayi ini lucu sekali!" seru anak itu sambil tersenyum.

Wanita itu tersenyum melihat kegembiraan anaknya. "Ya, dia memang lucu. Tapi sekarang kita harus pulang, kakakmu sudah selesai diperiksa," jelas wanita itu sambil menggandeng tangan
Jeong.

Jeong mengangguk mengerti dan dengan berat hati meninggalkan ruangan inkubator.

"Apakah dulu, Jeong juga berasal dari ruangan itu, bu?"

Pertanyaan itu diabaikan oleh ibunya ketika mereka tiba di depan sebuah ruangan di mana Jung Hyun—kakak dari Jeong— baru saja melakukan cek kesehatan beberapa waktu yang lalu, saat itu pula Choi Ahra kehilangan bungsunya. Beruntung Jeong tidak pergi jauh dari sana.

"Apakah kak Hyun sakit parah?" Tanya Jeong dengan wajah murung, tangan mungilnya mengusap kepala Hyun sang kakak yang terlihat pucat. Jeong masih bisa merasakan hangat dari kulit
kakaknya ketika tidak sengaja ia sentuh.

"Kakakmu hanya demam biasa, dokter sudah memberinya obat. Nanti bantu ibu membujuk kakakmu agar dia mau minum obat ya?" Ucap Ahra, mengulas senyum melihat kelembutan Jeong
kepada Hyun.

"Kakak harus minum obat agar bisa menemani Jeong bermain lagi nanti." bujuknya, matanya
berbinar bagaikan anak anjing.

Hyun mengangguk pelan dengan pandangan sayunya. Kemudian tersenyum kecil kepada Jeong
karena gemas melihat adiknya itu. Ayahnya pernah bilang, seorang kakak laki-laki tidak boleh terlihat lemah di depan adiknya. Karena seorang kakak akan menjadi panutan bagi adiknya.

꧁💜꧂

Dengan wajah murung, ia berdiri, kedua kakinya bertumpu di atas tanah, tangannya memegang rantai di kiri dan kanannya ketika kaki ia lepaskan dari tanah, tubuhnya melayang bersama ayunan yang ia duduki, ayunan tersebut membawa tubuhnya melayang di udara dengan rantai kuat yang melilit batang pohon di halaman rumahnya.

Beberapa teman sekolahnya melewat halaman rumahnya dengan membawa tongkat pemukul baseball. Ada sekitar delapan anak yang lewat, bahkan mengajaknya ikut bermain, namun Jeong menolak dengan alasan bahwa dia sudah dewasa, jadi dirinya tidak akan bermain lagi. Padahal, anak itu hanya sedang bersedih karena kakaknya sakit dan tidak bisa ikut bermain.

Ahra sudah mengatakan pada Jeong, tidak masalah pergi bermain. Ahra bisa mengurus Hyun sendirian. Akan tetapi Jeong menolak sebagai kesetiaannya kepada kakaknya, anak itu sangat naif dan polos, dia menyayangi kakaknya sepenuh hatinya. Hanya bosan, itu sebabnya Jeong bermain ayunan di depan rumah seorang diri tanpa didampingi oleh ibunya atau ditemani kakaknya.

Hazel hitam itu tertuju pada sosok anak yang berdiri di luar pagar kayu halaman rumahnya. Anak itu terlihat lebih besar darinya, memandangnya tanpa ekspresi pasti, menyiratkan kebingungan yang sama seperti perasaan Jeong sekarang. Mata mereka bertemu, membuat tubuh Jeong menegang melihat sosok anak itu di depan sana, entah mengapa dia merasa aneh.

LET ME SHINE ( Jungkook Birthday Project: Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang