1.

3.9K 66 5
                                    

Semua itu bermula ketika aku baru saja diterima kerja di tempat yang baru ini. Perkantoran bergedung tinggi, bak menara pencakar langit di sekitaran Jakarta Selatan. Ada banyak menara pencakar langit yang membutuhkan lowongan lain, tetapi hanya di tempat inilah aku terpikat. Banyak gadis cantik yang menjadi rekan baruku disini, namun bukan itu yang membuatku tertarik. Semuanya seolah-olah, ada sebuah sumber yang membuatku betah disini.

"Mas Agus, nanti kamu abis kerjain laporan keuangan, datang ke kantor saya ya?", namanya adalah Adeline Wijaya. Dia adalah pimpinan tertinggi pada perusahaan tempat baruku bekerja. Parasnya cantik, ayu, seksi, semua kata terasa sulit untuk menjabarkan seberapa indahnya ia di mataku, atau di mata semua yang melihatnya.

Dia benar-benar cantik, juga manis. Aku diawal mula bekerja kemarin juga langsung dilontarkan pertanyaan-pertanyaan darinya. Mata ini berusaha fokus, namun pikiranku selalu berkelahi dan membuatnya terbang entah kemana.

"Oh, iya. Baik kak..", jawabku dengan sedikit menunduk, lalu fokus mengerjakan tugasku.

Semenjak itulah, pikiranku kerap bergelayut dalam fantasi yang nakal; yang kerap menderek diriku ke dalam sebuah jurang impian yang membuatku terkadang suka melamun sendiri memikirkan sesuatu yang nakal ku lakukan dengannya.

Setiap waktu, bahkan dimana saja, pikiranku mulai sering memikirkannya, bahkan ketika aku hendak tidur pada malam hari. Ah, man, ini menyebalkan. Aku tidak ingin larut terus-terusan dalam fantasi serupa ini, tapi pikiranku selalu jorok ketika melihatnya.

"...PT. Semesta Abadi....32,750,950,- ....PT. Anugrah Sawit Semesta...86,900,550,-..", sembari jemari terus beradu, aku terus bergantian melirik secarik kertas dan layar monitor berkali-kali. Disini aku akan mencoba semampuku untuk fokus.

Oh ya, kurasa aku melewatkan sesuatu. Namaku Agus Cahyo Djoyohadikusumo. Cukup panjang, bukan? Well, aku bukan anak sebuah kesultanan atau anak dari sultan, apapun itu. Tidak ada relasi antara keluargaku dan kesultanan yang ku maksud tadi, meskipun namanya mirip dengan marga-marga nama anak sultan lainnya.

"Bre, lu makan siang dimana? Balik ke kost atau ke kantin?", dia adalah Yogi, teman baruku sekaligus yang pertama membuka hubungan relasi pertemanan denganku saat aku bekerja disini pertama kali.

"Di kantin, sih. Kenapa?"

"Oh, nggak sih. Gua cuma pengen nyari temen aja..", ungkap Yogi.

"Oh, bisa.."

"Oke, aman ya?"

Lanjut mengerjakan tugas, jari dan keyboard beradu, pasang ear buds dengar lagu. Aku online, online! Malah jadi lirik lagu, haha.

...

Asyik mengetik seraya mendengarkan tembang lagu, tak terasa aku sudah di barisan akhir untuk data-data yang harus ku sertakan kedalam server ini. Lagu yang kudengarkan ini membuatku fokus dan tanpa sadar tersisa beberapa kali ketik tombol saja, aku pasti selesai.

"... CV. Surya Abadi...56,750,000,- .... PT. Bintang Selatan Republika...72,000,000,-..", tugas seperti ini rasanya mudah sekali. Rasanya dengan mata terpejam aku masih bisa melakukannya.

Terus mengetik, hingga akhirnya aku selesai dengan tugasku. Seperti pesan oleh Kak Delynn, aku pun mencabut dan menjeda musik yang ku mainkan di ponsel beserta piranti pendengarnya.

Struktur hierarki kepemimpinan di perusahaan ini menyebutkan jika Kak Delynn adalah pimpinan utama, atau yang bisa disebut founder. Berlanjut kebawah, ada manager atau tangan kanan bos yang bernama Cynthia. Turun kebawah lagi, ada aku dan rekan-rekan lainnya yang dianggap setara bak sosialis. Yah, kalau dipikir-pikir, struktur kepemimpinannya tersentralisasi seperti monarki, sih.

Lullaby: My Pervert BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang