3.

1.7K 57 1
                                    

"TOK! TOK! TOK! TOKKK!!!!"

Aku sedang nyaman-nyamannya terlelap pagi itu, namun pintu kamar kost itu digedor dengan sangat kuat. Bak murka berpadu amarah, juga dengan langkah yang setengah letih dan lesu aku membuka pintu kamar kost-ku.

Krieett...

Tampak pemilik kost dengan wajah merah padam bak naik pitam menatap tajam, hingga aku serasa ditikam.

"Mana bayaran hari ini?! Dah 1 minggu kamu gak bayar!!! Mana?!?!", tangannya terbuka berharap uangku berpindah ke tangannya.

Aku yang masih sedikit bingung pun mengusap kelopak mataku lagi--sebisa mungkin aku mencoba mencerna kata-kata yang dilontarkannya barusan itu.

"Hah.....?"

"UANG KOSTNYA MANA?!?! SUDAH NUNGGAK 1 MINGGU GAK BAYAR KAMU! MANA DUITNYA?!?!", terus memaksa, akhirnya aku pun mencoba kembali ke meja, meraih dompetku lalu membukanya.

"Alamak!", batinku perih melihat isi dompet hanya berisi 3 helai uang kertas dengan nilai paling rendah.

"M-maaf bu, saya hutang lagi ya. Janji besok atau lusa saya bayar..", ucapku kaku, menatap dagu sang juragan kost-ku, sambil kepala mangut mengharap ampun.

"KEMARIN BILANGNYA BEGITU. SEKARANG JUGA BILANG BEGITU. BESOK? MASIH MAU HUTANG LAGI?!!?!"

"...AMBIL BAJU-BAJU KAMU, ANGKAT KAKI DARI KOST SAYA!", murka sang juragan kost pertanda awalan hari yang tidak baik.

"Tapi bu----"

"SE-KA-RANG!!!", Trisha yang semula masih tidur terbangun karena suara yang lantang menggema bu kost yang cerewet itu.

Lelap kantuk ku pergi, miris ku tiba. Sudah kuyup, diguyur hujan lagi.

"Saya kasih kamu waktu sampai jam 7 pagi. Kalo masih belum ninggalin kost saya, saya telpon satpol pp!", ancam bu kost yang arogan.

Melirik sial kearah Trisha, pintu kamar kostku dibanting dengan kuat sampai bunyinya nyaring oleh juragan kost itu.

"Yah.. Gimana nih..?"

"...kenapa bang...?"

"Gimana ya, hari ini bakal jadi hari terakhir kita bisa tidur nyaman kayaknya..", kembali duduk bersandar diatas kasur, Trisha melirik penasaran padaku setelah ia mengusap kelopak matanya yang layu.

"Maksudnya?"

"Kita dikasih waktu sampai jam 7 nanti. Kalo ga keluar dari sini, kita bakal digrebek satpol pp.."

"...kita diusir--maksudnya??"

Aku mengangguk lesu, seolah bukannya menemukan titik terang, malah semakin berlari ke dalam kegelapan yang kelam.

"Sebentar. Kayaknya aku ada deh duit 12,000,- ...", bergegas merogoh dompet pribadinya, ternyata hasilnya nihil.

"Aduh! Sisa 2,000 doang lagi ..."

"Kayaknya abang bener deh, kita bakal gabisa tidur nyenyak lagi.. Huft...", hembus nafas kekecewaannya itu.

Alhasil, mau tak mau kami berdua harus kembali mengemas baju dan peralatan-peralatan lain yang sempat kami bawa waktu lalu. Sekitar setengah jam kami mengemas, akhirnya usai juga. Tas yang semula ringan, kini berat menyiksa pundak.

...

Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dan kami bersiap untuk berpisah dengan kasur, lemari, meja dan cermin untuk yang terakhir kalinya. Nah, meski merujuk sebuah kiasan saja, rasanya berat hati untuk meninggalkan salah satu kost yang kami pilih dari opsi terakhir waktu itu.

Lullaby: My Pervert BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang