4.

1.7K 72 4
                                    

Jauh dari kata istirahat berakhir, sempat kembali ke rutinitas awal pun membuat aku dan Trisha berpisah. Ia kembali ke dalam ruang pimpinan, sedangkan aku berpaling menuju komputerku yang masih menyala. Ah, siang menjelang sore ini tugas kami rata-rata sudah selesai dikerjakan. Baik aku dan Yogi, kami kali ini tengah santai macam di pantai. Bahkan, biasanya kami tak ragu kami untuk main game bersama, jika memungkinkan. Yah, hitung-hitung untuk melepas penat setelah mata jenuh menatap layar monitor dalam jangka panjang.

"Lu malem biasa kemana, Gus?"

"Gua kalo malem jarang keluar, Yog. Paling kalo diajak doang baru keluar. Emang kenapa?"

"Enggak. Gua cuma pengen tau aja, sih. Soalnya kan gua kira lu demen pergi kemana-mana gitu, nglayap maksudnya.."

"Ah, kaga. Gua sering dirumah, Yog"

"Lu betah dirumah karena apa? Adek lo?"

"Adek gue?"

"Iya. Adek lo kan cakep. Bisa jadi lu punya---"

"Nggak, bukan karena itu", aku menyela ucapannya tiba-tiba.

"Eh, kan elu nge-kost ya? Kok jawab rumah tadi?-"

"Kost udah gua anggap rumah, Yog.."

Perbincangan singkat kami terus mengalir begitu saja, bergantung pada topik apa yang kami bahas.

"Ini perasaan gua aja, apa kayaknya bos lagi deket sama lu?", tanya Yogi.

'Degg!', seketika jantung ini langsung berdetak kencang, mendengar hal yang ku sembunyikan ini.

"Hah? Maksudnya?"

"Bos kita, si Kak Delynn itu. Dia lagi deketin lu atau gimana?"

"Ah, kaga. Gua kemarin kesana karena mau minjam duit doang..", dalihku.

Sebenarnya kalau dibilang perihal rasa, pasti ada. Namun karena ia adalah seorang gadis cantik yang tajir tanpa suami, agak mustahil juga mendekatinya. Maka daripada itu, pentingnya aku untuk selalu sadar diri.

"Yang bener? Boss kita belum pernah nikah, tuh. Semisal lu beruntung, kan mayan bisa dapat perawan muda.."

"Heh, mulut lu! Kecilin anjir!", balasku pada cuapan Yogi yang asal ceplos saja.

" Lah, ngapain? Ini kan fakta"

"Pentingnya budaya sopan dan santun. Seenggaknya meminimalisir lo kena bogem mentah sama yang garis keras Kak Delynn disini"

"Maksudnya?"

"Lu gatau kalo disini ada yang lagi ngincer Boss Delynn juga?"

"Siapa?"

"Andri"

"Lah, itu kan dia bidang teknisi kita", balas Yogi kaget.

"Siapa sangka kalo dia juga suka sama Bos Delynn? Duh, jadi ada saingannya gue.."

"Hah? Lo juga ngincer dia, cok?".

"Waduh!", tak sadar aku telah membeberkannya secara tak langsung, kini ucapan itu seakan berbalik arah padaku

"Tuh kan, ketauan!"

"Tapi kata gua bakal berat, sih. Kita ngomongin finansial dulu, deh. Secara finansial prediksi gue lebih banyak Andri, teknisi kita. Dia masih lajang, jarang jajan snack dan lain-lain gitu. Kalo ngomongin jajan paling dia 'jajan cewek' aja sih, dia pernah spill ke gue.."

"Bangke. Jajan cewek?"

Yogi mengangguk cepat.

"Iya anjir. Ingat kan waktu ada yang ngomongin pas insentif kita turun kemarin, sebelum lu ada disini. Itu malemnya, dia langsung 'jajan cewek' anjir, asal lu tau.."

Lullaby: My Pervert BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang