2.

2.2K 59 7
                                    

Siang itu ketika sedang berada di kantin, seperti biasa aku dan Yogi makan siang disana. Banyak jajanan dan hidangan dijajakan disini. Waktu yang diberikan untuk beristirahat atau mengganjal perut dengan makanan pun terbilang lama. Dalam hitungan rasional, durasi istirahat satu jam pun terasa cukup sekali.

Banyak rekan kerja yang juga beristirahat disana, atau bahkan sekedar mengobrol, bercanda sampai bersenda gurau juga jadi paket komplit disini.

"Jadi, tadi lu dipanggil ke ruangan boss kenapa?"

"Ditanya-tanya doang, sih. Abis itu ya udah, balik lagi..", pungkasku.

"Apa jangan-jangan lu curi-curi kesempatan lagi, ya? Mentang-mentang boss kita cakep. Ya kan?"

"Perihal nuduh paling jago lu, ye.."

"Hahaha, santai aja. Gausah munafik, rata-rata disini suka ngeliatin boss kita..", imbuh Yogi seraya menyantap dua sendok makan terakhirnya. 

"Tapi jujur aja deh. Lu naksir sama boss kita?", denting sendok diatas piring, penanda makanannya sudah habis dilahap.

"Emang salah kalo gue bilang iya?"

"Ya-- engga sih. Manusiawi kan suka sama cewe?"

"Iya sih..", sekejap makan siang berakhir, aku dan Yogi hendak kembali ke ruang kerja.

Ketika hendak kembali ke ruang kerja, kami berpapasan dengan manajer kami.

"Mas Agus? Mas Yogi?"

"Eeh, iya bu. Kenapa?"

"Sudah makan siang?"

"Sudah bu"

Sekedar berpapasan saja, lalu kami pun kembali berpisah.

....

Suasana kembali diliput saat mentari sudah mulai turun ke persemayamannya. Cahaya senja menyinari dari mana saja, dan orang-orang berlalu lalang untuk pulang. Mobil dan motor terus berjalan, asap emisi menyelimuti kota metropolitan ini.

"Gus, gua duluan ya..", ucap Yogi menepuk pundakku, dan pergi melewatiku.

"Oh, ya. Hati-hati!"

Lekas aku mengambil kaneboku yang sedikit basah itu, lalu mulai membersihkan jok motorku yang seharian diserang cahaya terik matahari.

"Mas Agus baru mau pulang?", saat aku tengah membersihkan jok motorku, bos muda menghampiri.

"Eeh.. Iya nih, mau pulang.."

"Bisa tolong anterin aku ga?", pinta sang bos muda.

"Waduh, antar kemana tuh?"

"Deket kok. Dari rumah kamu cuma 500 meter aja majuan lagi.."

"Oh, ya udah.. Boleh kak..", pungkasku, kemudian mulai memakai helmku lalu lanjut duduk duluan sebagai pengendara.

"Aku ngerepotin ga?"

"Ng-ngga kok kak.."

"Aku naik yaa..", lalu dengan hati-hati dan berpegangan pada kedua pundakku, bos muda naik lalu duduk di belakangku.

Seketika jantung ini berdegup terlalu ekstrim, liar dan bulu kuduk langsung berdiri saat tangannya memegang pundakku.

"Udah, mas. Ayo jalan.."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lullaby: My Pervert BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang