7.

1.5K 60 7
                                    

Dan inilah waktunya, momen yang dianggap sakral dalam acara ini. Beberapa pasangan tajir dipersilahkan untuk berdansa dengan alunan musik santai nan lembut di telinga. Aku dan Delynn sempat berencana untuk berdansa bersama yang lainnya. Namun teman-teman yang berasal dari meja kami pun belum ada yang maju satupun.

"Jadi, mau dansa ga?"

"Mau. Kamunya jalan duluan ayy, nanti aku ikut", kata Delynn.

"Oh, yaudah.."

Aku lekas berdiri, lalu mengulurkan tanganku bak pangeran mahkota pada mempelai istrinya.

"Yuk, kita dansa"

"Aaaa... Agus~", tanpa ragu ia menerima uluran tanganku, lalu kami berdua sedikit menjauh dari meja makan kami.

Saling memegang tangan, dan perut juga saling dipegang. Alunan musik yang santai dan klasikal ini mengiringi langkah kaki kami yang lincah kesana dan kemari. Saat teman-teman satu meja makan ini melihat, beberapa diantaranya mulai menyusul untuk mengikuti apa yang kami berdua lakukan.

Dalam dansa itu, aku terus menatapnya tepat di bola matanya. Sadar, Delynn agak menunduk untuk menyembunyikan senyuman salah tingkahnya.

"Kamu kenapa sih liatin aku terus?"

"Mau ngewe"

"Aah! Hahaha. Jangan disini atuh, ini bukan sex party"

Diantara mereka yang ikut ada Ribka dan Raka, Moreen dan suaminya, Erine pula dengan Suaminya dan menyisakan Michie dan papinya, Kurniawan, yang tidak ikut. Mereka hanya memandang dari balik meja saja.

"You look stunning banget, say"

"Udahan dong, mujinya. Nanti kalo aku terbang, kamu gamau nangkep aku lagi.."

"Aku tangkep kok. Terus aku bawa kerumah, aku lucuti, terus begituan. Jadi deh dede bayi satu ahahahaha"

"Kamu mah.. Hahaha"

"Soalnya burung ini ga bisa dikondisikan. Liat yang bening-bening aja, atau paha atau tete, langsung bangun.."

"Kan yang punya yang bangunin. Jadi harusnya bukan burungnya yang gabisa dikondisiin, tapi kamu itu yang gabisa dikondisiin matanya..", balas Delynn.

Sesekali dalam pesta dansa ini, aku memutar Delynn dengan satu tangan di udara, dan terkadang menjulurkannya agak jauh lalu kembali lagi. Gerakan yang berulang-ulang itu sesekali diimprovisasi gadis itu sendiri.

"Kacamata kamu tuh buka, ay. Kamu pake mulu kacamatanya, ih.. Mentang-mentang mata kamu biru.."

"Baik boss besar.."

"Kamu mah. Aku kan udah ngomong diluar perusahaan kamu tu pacar aku. Kalo didalam perusahaan, iya.."

Lalu kacamata hitam ini kusimpan kembali di saku jas tuksedoku.

"Nah, gitu dong. Keliatan gantengnya pacar aku. Hihihi"

"Sayang"

"Iya sayang?", sahutnya bergumam kecil.

Melihat beberapa pasangan dansa lain mengakhiri dansa mereka dengan kecupan, niatku pun sama.

"Liat aku"

"Hm?"

Kepalaku langsung miring, lidahku dengan lincah menyelinap kedalam bibirnya, dan aku menarik rapat dirinya sampai menempel denganku.

Delynn yang seolah paham langsung menempelkan kedua tangannya pada pundakku, menikmati setiap ciuman yang kuberikan untuknya.

"Mmm... Mchh.. Hmchh..", Delynn sedikit lirih dalam ciuman itu, dan lidahnya bermain-main dengan lidahku. Putaran permainan lidahnya membuat sensasi nikmat tak terbendung.

Lullaby: My Pervert BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang