Kerajaan Altare berselimut keheningan pagi, saat langkah tegas seorang pemuda menyusuri lorong-lorong panjang istana. Jeno, putra angkat Raja, kini telah menjelma menjadi seorang ksatria tangguh setelah bertahun-tahun mengabdi di negeri lain. Keputusan untuk meninggalkan rumahnya dulu diambil dengan berat hati, tapi saat ini, ia tahu bahwa dirinya memiliki peran baru—melindungi Renjun, putra pertama Kaisar Aether.Renjun, satu-satunya putra Kaisar yang lahir setelah 13 tahun penantian, adalah kebanggaan dan harta berharga kerajaan. Sejak kecil, Renjun selalu berada di bawah perlindungan ketat. Setiap langkahnya dijaga, setiap kebutuhannya dipenuhi dengan kasih sayang berlebihan. Tak heran, tubuh mungil Renjun, yang jauh lebih kecil dari teman-teman sebayanya, sering menjadi pusat perhatian para pelayan dan penjaga istana.
“Pangeran Renjun, sudah waktunya makan,” kata Jeno lembut, suaranya memecah kesunyian di ruang belajar.
Renjun hanya memandang mangkuk di hadapannya dengan tatapan bosan. “Aku nggak mau makan, Jeno,” balasnya manja, lalu memalingkan wajahnya.
Jeno tersenyum tipis. Dia sudah terbiasa dengan tingkah laku Renjun yang suka menolak makan atau belajar. Dengan sabar, ia berjongkok di samping Renjun, menyamakan tingginya dengan sang pangeran.
“Kalau kamu makan, nanti aku gendong,” bujuk Jeno.
Renjun mendongak, matanya berbinar sedikit. “Benar?”
“Benar. Setelah makan, aku gendong kamu keliling taman,” janji Jeno.
Mendengar itu, Renjun akhirnya mengambil sendok dan mulai makan, meski dengan tempo yang lambat. Jeno tetap di sisinya, menunggu dengan kesabaran seorang pelindung.
Hari-hari berlalu, dan hubungan Renjun dan Jeno semakin erat. Bagi Renjun, Jeno bukan sekadar pengawal, tapi juga sahabat yang selalu ada di sampingnya. Setiap kali Renjun menolak belajar, Jeno punya seribu satu cara untuk membujuknya.
“Ntar aku peluk, ya?” goda Jeno suatu hari saat Renjun bersikeras tidak mau membuka buku pelajarannya.
Renjun tertawa kecil, “Kamu ini ya, selalu tau gimana caranya ngerayu aku.”
Dengan sedikit cemberut yang manja, Renjun akhirnya menyerah dan mulai membaca, sementara Jeno duduk di sampingnya, memastikan pangeran kecil itu tidak merasa sendirian.
Ada kalanya, Renjun menjadi lebih berani. Di usianya yang masih sangat muda, ia suka bermain-main dengan Jeno, berpura-pura menjadi penyandera. “Aku sandra kamu ya, Jeno!” serunya dengan semangat, mencoba menirukan suara ksatria dalam cerita-cerita petualangan.
Padahal, tubuhnya yang kecil nyaris tidak bisa mengimbangi tubuh Jeno yang jauh lebih besar. Melihat tingkah lucu Renjun, para penjaga yang berdiri di lorong-lorong sering kali tak bisa menahan tawa.
Tapi Jeno selalu menanggapinya dengan serius, seolah-olah Renjun benar-benar adalah seorang penyandera yang tangguh. “Ampun, ampun, Pangeran! Aku menyerah,” kata Jeno sambil mengangkat tangan, pura-pura takut.
Renjun tertawa lepas, merasa menang atas Jeno. Namun, di balik canda tawa itu, Jeno tahu betul bahwa Renjun sangat bergantung padanya, bukan hanya sebagai pelindung tapi juga sebagai kakak yang selalu memberikan rasa aman.
Waktu terus bergulir, dan Renjun tumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas dan berani, meskipun sikap manjanya tetap saja sering muncul. Setiap kali ia merasa lelah atau kesal, Jeno selalu punya cara untuk membuatnya kembali tersenyum.
“Nanti kita jajan sate di pasar,” bujuk Jeno ketika Renjun mogok belajar karena frustasi dengan pelajaran kerajaan yang semakin rumit.
“Janji?” Renjun mengangkat wajahnya, berharap.
“Janji. Kita akan makan sate sepuasnya, dan setelah itu kita ke festival,” kata Jeno, membuat wajah Renjun kembali berseri.
Renjun mungkin tidak menyadari, tetapi bagi Jeno, melindungi dan menjaga Renjun bukanlah sekadar tugas, melainkan bentuk kasih sayang yang telah tumbuh seiring dengan waktu. Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi Jeno selain melihat Renjun tersenyum dan merasa aman dalam pelukannya.
Meskipun Renjun adalah pangeran dan dirinya hanyalah seorang pengawal, di antara mereka terjalin ikatan yang lebih dari sekadar hubungan pelindung dan yang dilindungi. Jeno tahu, seberat apa pun tugasnya di masa depan, ia akan selalu ada di sana, di sisi Renjun, membawa beban dunia di pundaknya hanya demi senyum sang pangeran yang begitu berarti baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Kecil Renjun
FanfictionRenjun, pangeran muda dari Kerajaan Altare, lahir setelah penantian panjang selama 13 tahun pernikahan Kaisar Aether dan Permaisuri Isolde. Karena kelahirannya yang sangat dinanti, seluruh kerajaan menjadi sangat protektif terhadapnya. Di bawah peng...