Renjun selalu mendengar cerita tentang hutan kerajaan dari para pelayan dan pengawal di istana. Namun, hari ini adalah pertama kalinya ia akan melihatnya langsung. Sebagai anak yang baru berusia 5 tahun, Renjun dipenuhi dengan rasa penasaran dan antusiasme yang tak terbendung ketika ayahnya, Kaisar Aether, memberitahu bahwa ia akan diajak ikut berburu.
Permaisuri Isolde yang mendengar rencana itu tampak khawatir, meskipun Kaisar Aether sudah memastikan bahwa Renjun hanya akan ikut melihat dan tidak akan terlibat langsung. "Aku mengerti kekhawatiranmu, Isolde," kata Kaisar Aether dengan lembut, "tapi aku ingin Renjun mengenal alam dan tradisi kita sejak dini. Dia hanya akan melihat, tidak lebih."
Renjun yang mendengarkan percakapan itu segera menghampiri ibunya dengan wajah ceria. "Ibu, aku akan ikut Ayah! Aku ingin melihat hutan!" serunya sambil memeluk kaki ibunya. Permaisuri Isolde tersenyum meski hatinya tetap merasa was-was. Ia membelai kepala putranya dan berkata, "Baiklah, Renjun. Tapi ingat, kamu harus selalu bersama Ayah, jangan sampai terpisah."
Ketika waktu berburu tiba, rombongan istana pun berangkat dengan Renjun di atas kudanya sendiri—meskipun kuda itu masih dituntun oleh salah satu pengawal. Jeno, yang selalu berada di sisi Renjun, memastikan pangeran kecil itu aman selama perjalanan. Hutan kerajaan yang luas dan rimbun membuat Renjun terpesona. Ini adalah dunia yang berbeda dari istana, dengan suara-suara alami dan aroma pepohonan yang segar.
Setibanya di hutan, Kaisar Aether menunjukkan pada Renjun jejak rusa di tanah. "Ini adalah jejak rusa, Renjun. Mereka sering datang ke sini untuk mencari makanan. Kita akan mengikuti jejak ini," jelas Kaisar dengan sabar. Renjun menatap jejak itu dengan kagum, lalu bertanya, "Ayah, kenapa kita harus berburu? Bukankah rusa itu indah?"
Kaisar Aether tersenyum dan menjawab, "Rusa memang indah, Renjun. Tapi berburu adalah tradisi kita. Ini bukan tentang membunuh, tapi tentang menjaga keseimbangan alam dan menghargai setiap makhluk yang ada."
Saat rombongan mulai bersiap untuk berburu, Renjun tetap berada di sisi ayahnya. Ia memperhatikan dengan penuh rasa ingin tahu, meskipun sedikit merasa gugup. Ketika akhirnya seekor rusa muncul di kejauhan dan panah-panah dilepaskan, Renjun menutup matanya sejenak, merasa tidak siap untuk melihat apa yang terjadi.
Kaisar Aether yang menyadari kegelisahan putranya segera menenangkannya. "Tidak apa-apa, Renjun. Kamu tidak perlu melihat jika kamu belum siap. Ayah ada di sini bersamamu."
Renjun mengangguk, merasakan kenyamanan dari kata-kata ayahnya. Setelah semuanya selesai, rombongan pun kembali ke istana. Di perjalanan pulang, Renjun menceritakan kepada Jeno semua hal yang ia lihat dan pelajari di hutan, dengan semangat yang tak surut.
Setibanya di istana, Permaisuri Isolde sudah menunggu dengan senyum lega. Renjun berlari ke arahnya dan menceritakan semua yang ia alami dengan antusias. "Ibu, aku lihat jejak rusa, pohon-pohon tinggi, dan aku tahu kalau berburu itu harus dengan rasa hormat," katanya dengan bangga.
Permaisuri Isolde tertawa lembut dan memeluk putranya. "Ibu bangga padamu, Renjun. Kamu sudah belajar banyak hal hari ini."
Hari itu menjadi kenangan berharga bagi Renjun. Ia tidak hanya mengenal alam dan tradisi kerajaannya, tetapi juga merasakan kasih sayang dan perlindungan dari kedua orang tuanya yang begitu mendalam. Dalam hatinya, Renjun tahu bahwa meskipun dunia di luar sana begitu luas dan penuh tantangan, ia akan selalu memiliki tempat yang aman di sisi ayah dan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Kecil Renjun
أدب الهواةRenjun, pangeran muda dari Kerajaan Altare, lahir setelah penantian panjang selama 13 tahun pernikahan Kaisar Aether dan Permaisuri Isolde. Karena kelahirannya yang sangat dinanti, seluruh kerajaan menjadi sangat protektif terhadapnya. Di bawah peng...