Suga keluar dari bathroom yang ada di kamarnya, hanya mengenakan sebidang handuk berwarna putih yang terlilit di pinggangnya. Lalu berjalan ke arah lemari besar yang ada di sudut ruangan untuk mengambil pakaiannya di sana.
Namun rungunya menangkap suara ponselnya yang bergetar di atas ranjang tempat ia tidur semalam. Suga kembali menutup pintu lemari yang baru saja ia buka, dan berjalan ke tempat tidur untuk mengambil ponselnya yang ada di sana.
Tangan besar dengan garis veins kehijauan itu meraih benda pipih berwarna hitam yang terus saja berdering itu. Dan…
“Hum,” jawab Suga ketika ia telah menekan tombol hijau yang membuat telepon itu tersambung dengan orang yg menelponnya.
“Sayang… kamu masih marah sama aku? Aku ke apart, kamu nggak ada.” ujar suara manja dari seberang telepon. Itu So Hyun, kekasih yang sudah 2 tahun ini menjalin hubungan serius dengan Suga.
“Aku di rumah orang tuaku,” jawab Suga sekedarnya. Ia meloads speaker ponselnya, dan meletakkannya di atas kasur. Lalu kembali melanjutkan kegiatannya berganti pakaian.
“Benarkah? Kenapa nggak kasih tau aku? Kalau tau begitu, aku, kan, juga ingin ikut, Yoon.”
“Untuk apa? Yang ada orang tuaku akan kecewa mendengar calon menantunya ingin menggugurkan calon cucu mereka.” kali ini suara Suga terdengar marah, meski datar.
“—Sayang…”
“Apa? Sayang? Kamu panggil aku sayang, tapi kamu lebih pilih karir modeling daripada mempertahankan darah darah daging kita. Dan yang paling sakit disini, aku tau dari media yang ngikutin kamu ke klinik ilegal itu! Kamu masih panggil aku ‘Sayang’?”
So Hyun terdiam. Ia sadar salah, dan tak pernah mendapati Suga semarah ini dengannya. Suga, ia lelaki penyayang yang memiliki tutur kata lembut, meski terkadang perkataannya terdengar sarkas, sebab ia yang tak pandai berbasa-basi. Namun di kalangan penggemarnya, itulah daya tarik seorang Suga.
Namun kali ini, Suga meninggikan suaranya? Itu berarti lelaki ini memang sangat marah.
“Mianhae… aku takut karir kamu hancur, kalau tau aku hamil. Penggemar mu mana ada yang tahu, kalau kita berpacaran? Aku takut kalau nggak ada yang percaya aku hamil anak kamu, Yoon…” So Hyun terdengar gemetar mengatakannya. Sehingga Suga menghela nafasnya di seberang sana.
“Kamu masih peduli pendapat orang lain? Sementara aku percaya kalau itu anakku. Meski kita jarang bertemu, setiap kali bertemu kita melakukannya, kan? Kamu bilang usia kandungannya 8 minggu? Itu berarti saat kita Jeju. Benar, kan?”
Hening. Hanya terdengar suara nafas So Hyun yang memburu.
“Jawab Kim So Hyun!”
“Eo! Benar. Usianya de—delapan minggu.”
“Then? Apa yang mengganggu pikiranmu? Selama kamu nggak selingkuh dariku, aku yakin itu anakku, meskipun kita selalu menggunakan pengaman setiap kali berhubungan.”
“Maafkan aku…”
“Lupakan. Aku nggak mau berdebat sama kamu. Maaf karena meninggikan suara ku,” ucap Suga yang tak ingin membuat So Hyun semakin sedih. “Jadi, gimana keadaanmu sekarang? Bayi kita baik-baik saja?” tanya Suga kemudian.
“Nee… untuk sekarang baik-baik saja. Tapi aku masih belum siap untuk—”
“Berhenti mengatakan ingin aborsi. Kamu mau memb*n*h anak kita?”
“Bukan begitu, Yoongi-a..”
“Kita akhiri percakapannya disini. Aku takut emosiku nyakitin kamu.” ucap Suga memotong percakapan dan mengakhiri sambungan teleponnya bersama So Hyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe
Fanfiction"Di antara berisiknya dunia yang aku singgahi, terimakasih sudah hadir dan hidup di duniaku sebagai melodi dengan estetika terindah yang pernah aku dengar, Min Yoongi." Han Yoo Rin, gadis berkulit putih bak salju, dengan rambut bergelombang sebahu...