"Kalian saling mengenal?" tanya Geum Jae pada keduanya.
Yoo Rin hanya diam, dengan senyum lirih di wajahnya. Sementara Suga berdesis sembari menyipitkan matanya, "Entahlah... Kau mengenalku?" tanya Suga dengan wajah tengilnya pada Yoo Rin.
Geum Jae menepuk pelan bahu Suga, "Kau yang menyapanya duluan," timpal Geum Jae.
Suga terkekeh pelan, namun bukan dengan ekspresi ramah. Ia kini beralih pada Yoo Rin, dan tak menggubris lagi omongan Geum Jae.
"Kau? Kenapa melompat ke mobilku? Sengaja mau mencemarkan nama baikku, hum?" Suga masih dengan arogansinya yang mantap Yoo Rin dengan angkuh.
Dengan cepat Yoo Rin menggeleng, "Maaf. Aku tidak dalam kondisi yang stabil sebelumnya," sesal Yoo Rin sembari membungkuk di hadapan Suga.
Aneh. Harusnya Suga senang mendengar wanita ini meminta maaf. Namun kenapa ia justru menjadi kesal?
"Tidak semua masalah selesai hanya dengan permintaan maaf. Jangan bersembunyi di balik kata 'tidak dalam kondisi stabil' mu itu." ucap Suga datar.
Yoo Rin mengangkat wajahnya. Memberanikan diri untuk melihat ke arah Suga, "eo?" tanyanya bingung.
Suga yang menatap dingin, kini beralih pada Sang Kakak yang berdiri di sampingnya, "Hyung, bisa tunggu di depan sebentar?" bukan pertanyaan. Melainkan sebuah permintaan.
Geum Jae awalnya heran. Namun kemudian ia mengangguk, dan menuruti keinginan sang adik. Sehingga saat ini hanya ada Suga dan Yoo Rin di dalam ruangan tersebut.
Lama saling melempar tatap. Suga pun menjadi yang lebih dulu membuka suara, "Kau ingin mati?" tanyanya.
Yoo Rin menelan ludahnya kasar. Lidahnya tiba-tiba saja kelu tak bisa bergerak. Gadis itu menoleh ke arah lain, untuk menghindari tatapannya dari Suga.
"Kalau ingin mati, jangan libatkan orang lain seperti tadi. Ada manusia yang mungkin saja sedang berjuang dengan hidupnya, tapi bisa hancur karena kau!" tukas Suga. Terdengar sarkas dan menyakitkan. Namun Yoo Rin sadar, bahwa ucapan Suga ada benarnya.
"Mungkin hidup kau tidak berharga, tapi hidup orang lain sangat berharga." sambung pria pucat itu lagi. Entah apa yang membuat Suga begitu marah, sampai berkata seperti itu. Padahal sebelumnya ia merasa iba dengan gadis yang ada di hadapannya ini.
Yoo Rin masih diam di tempatnya. Gadis itu berusaha kuat menahan bening yang membendung di kelopak matanya. Lalu saat Suga berbalik hendak pergi karena merasa tak tega melihat tangis yang berusaha Yoo Rin tahan, suara gemetar wanita itu pun terdengar.
"Iya! Hidupku memang tidak berharga! Tapi bukan berarti kau bisa berkata sarkas seenaknya! Memangnya seberharga apa hidupmu, sampai berhak menilai hidup orang lain seperti itu?!" ucap Yoo Rin menatap punggung Suga yang berbayang sebab air matanya yang berlinang.
Langkah Suga terhenti. Namun ia enggan berbalik, "Kalau begitu, buktikan dengan tindakanmu kalau hidupmu memang berharga. Bukan malah melompat ke mobil orang lain dan berniat untuk mengakhirinya." kali ini suara Suga terdengar datar, tak ada emosi apapun.
Pria itu lalu melangkah keluar dari ruangan inap itu setelah membuka pintunya. Meninggalkan Yoo Rin yang kini menangis dengan memeluk lututnya.
Suga belum pergi. Ia masih berdiri di balik pintu itu untuk beberapa detik, mendengar isakan sesak yang terdengar samar dari dalam ruangan Yoo Rin. Suga meringis dengan wajah merah padam, "Masih Yoo Rin yang lama. Belum berubah sama sekali," monolog Suga.
Pria itu pun lalu melangkah pergi. Menuju meja receptionist.
"Tagihan untuk pasien bernama Han Yoo Rin," ujar Suga ketika tiba di meja receptionist tersebut.
♡♡ ♡♡ ♡♡
Sebenarnya apa yang mengganggu pikiran Suga? Setelah tiba dirumah orang tuanya, ia langsung menuju kamarnya dan mengurung diri di dalam sana. Niatnya ke Daegu awalnya untuk menenangkan Sang Ibu yang khawatir terhadap rumor yang menimpanya akhir-akhir ini.
Namun, pikirannya tiba-tiba saja terbelah ketika bertemu dengan Yoo Rin malam ini.
"Aisshh! Aku tak bisa tidur sama sekali." umpat Suga yang sejak tadi hanya membolak-balikkan tubuhnya di atas ranjang. Ia berusaha keras untuk memejamkan matanya.
Namun, kenapa bayangan Yoo Rin tiba-tiba saja memenuhi isi kepalanya?
Mata Suga yang terpejam itu seketika terbuka, "Apa aku bicara terlalu kasar padanya? Apa dia tersinggung? Shit! Dia bahkan menangis, pasti dia terluka dengan kata-kataku," monolog pria yang tengah overthinking tersebut.
Suga tiba-tiba bangkit dari baringnya, dan duduk. Ia mengusap kasar wajahnya, "Berhenti memikirkannya, Yoongi-a! Itu bukan urusanmu sama sekali. Dia yang gila, sebagai korban dari tindakannya, wajar jika aku marah, kan?" ujarnya menenangkan diri. Namun...
"Dasar pria brengsk! Mulutmu keterlaluan Min Suga-ssi! Aihh! Ya... besok kau harus meminta maaf!" kesalnya pada diri sendiri yang masih berlanjut.
Suga pun kembali berbaring, dan menarik selimutnya. Membiarkan tubuhnya tenggelam dalam selimut berwarna putih tersebut.
♡♡ ♡♡ ♡♡
Angin musim semi berhembus. Bunga bunga bermekaran dimana-mana. Terutama bunga sakura yang tumbuh dengan indah di taman sekolah Shinwa, tempat Suga menempuh pendidikan sekolah menengahnya.
Hari ini, ia bermain sepak bola bersama teman-teman lelakinya. Namun, pandangannya selalu mengedar ke arah lain. Yaitu, kelas di mana para puteri berada. Sebab sekolah Suga memisahkan kelas untuk putera dan puteri.
Hingga... bugh!
"Yaish!" Suga mengumpat kala wajahnya dilempar bola oleh seorang teman. Ia memegang hidungnya, darah segar keluar dari saluran pernafasannya.
"Yoongi-a... hidungmu berdarah." ucap seseorang yang berdiri di sampingnya.
Suga pun reflek mendongak agar darah di hidungnya tak lagi keluar. Namun, seseorang tiba-tiba saja datang, dan menekan kepalanya agar menunduk, jemari lentik itu memegang pangkal hidung Suga. Tetapi saat pria itu ingin menoleh, dan melihat siapa yang lancang menekan kepalanya, aksinya terhenti sebab suara familiar yang sejak tadi ia cari-cari.
"Kalau mimisan, kepalanya jangan di angkat, kau bisa tersedak," ucap gadis yang memiliki name tag 'Han Yoo Rin' yang tersemat di dadanya.
Gadis itu lalu mengambil tissue dari dalam saku kemeja sekolahnya, dan menggulung ujungnya untuk ia sumbat di hidung Suga yang masih mengeluarkan sedikit darah.
"Lain kali hati-hati," ucap Yoo Rin lalu pergi.
Namun suara Suga menahan langkah gadis yang sedang bersama teman-temannya itu.
"Han Yoo Rin!" ucap suara berat remaja yang baru saja menyentuh masa pubernya itu.
Sehingga Yoo Rin berbalik dan menatap Suga dengan wajah datarnya, "Eo?" sahutnya.
Suga menatapnya dengan percaya diri, "Maukah kau berpacaran denganku?" tanya Suga lantang. Sehingga semua orang yang berada
di lapangan itu mendengarnya.
Namun...
"Ahk! Shibal!" Suga terjatuh dari ranjangnya.
Pria yang tadi masih tenggelam dalam alam mimpinya kini memegang bokongnya yang terasa sakit, sebab mencium lantai tehel kamarnya.
"Sial. Apa ini semacam trauma alam bawah sadar? Bisa-bisanya aku memimpikan kenangan buruk itu." umpat Suga kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe
Fanfiction"Di antara berisiknya dunia yang aku singgahi, terimakasih sudah hadir dan hidup di duniaku sebagai melodi dengan estetika terindah yang pernah aku dengar, Min Yoongi." Han Yoo Rin, gadis berkulit putih bak salju, dengan rambut bergelombang sebahu...