Suga tiba di apartemennya. Namun sepertinya Yoo Rin belum tiba di sana, sebab saat ia bertanya kepada petugas keamanan, katanya tak ada orang yang mencari Suga atau menitipkan makanan untuknya.
Suga pun merogoh ponsel di kantong celananya. Barangkali ada pesan dari Yoo Rin, meski rasanya mustahil. Dan benar saja, tak ada notifikasi dari Yoo Rin atau bahkan nomor tak dikenal, seperti yang Suga harapkan. Ia pun meletakkan benda pipih itu di atas meja makan. Lalu melepas kaos oversize berwarna putih yang ia kenakan itu dan melemparnya sembarangan ke atas sofa.
Suga masuk ke kamarnya, lalu menuju bathroom. Setidaknya saat Yoo Rin datang nanti, ia sudah rapi dan tampan. Entahlah, mengapa Suga ingin terlihat seperti itu di hadapan Yoo Rin. Logikanya saat ini tak bisa sejalan dengan perasaannya yang menggebu-gebu. Suga, ia hanya ingin memastikan perasaannya terhadap Yoo Rin.
Rintik air berjatuhan membasahi tubuhnya. Segar sekali rasanya. Suga memejamkan matanya, namun justru sentuhan tangan Yoo Rin di punggungnya kemarin lah yang ia rasakan. Sial, apa Suga benar-benar masih menyukai Yoo Rin? Kenapa isi kepala Suga hanya tentang Yoo Rin saja?
Suga mendarup kasar wajahnya yang terus dibasahi oleh air dari shower, “Dasar gila! Kau memiliki kekasih, Min Yoongi!” umpat Suga pada dirinya sendiri. Namun seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa logika Suga sedang tak sejalan dengan perasaannya yang menggebu-gebu.
Ia mengatakan hal seperti itu, dan tentu saja ia berpikiran hal yang sama. Namun jauh di dalam lubuk hatinya, ia menunggu kedatangan Yoo Rin dan ingin menghabiskan banyak waktu melihat wajah Yoo Rin. Ya… sangat ingin. Dan memastikan apa setelahnya, ia masih penasaran?
Bell unit kediaman Suga pun berbunyi. Namun lelaki itu sama sekali tak mendengarnya sebab ia masih berada di bathroom. Sementara seseorang yang menunggu di luar itu adalah Yoo Rin. Nyonya Min bilang, Suga sudah berada di apartemennya. Namun tak ada juga jawaban dari Suga, ketika Yoo Rin memencet bell berkali-kali.
Yoo Rin sempat berpikir ingin meninggalkan kotak makanan itu di depan pintu, namun jauh sebelum ia datang, Nyonya Min sudah memesan agar Yoo Rin tak melakukan hal demikian, sehingga ia tak melakukannya.
Yoo Rin menghela nafas berat. Kemudian meraih ponselnya di dalam baggy bag yang ia kenakan, mencoba untuk menelpon Nyonya Min. Namun…
Click!
Pintu unit 309 itu terbuka. Yoo Rin terhenyak saat melihat pria tampan dengan rambut basahnya berdiri di hadapannya hanya mengenakan sebidang handuk putih yang terlilit di pinggangnya.
Glek!
Yoo Rin menelan ludah kasar. Pemandangan seperti apa ini? Buru-buru ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dan memunggungi Suga.
“Ya! Michingeoya?!”
(Apa kau tidak waras?!)Suga terkekeh mendengarnya, “Wae? Kenapa kau panik seperti itu?”
“Harusnya kau pakai dulu bajumu sebelum membuka pintu,” balas Yoo Rin.
Suga pun membuka pintu unitnya lebih lebar, agar Yoo Rin bisa masuk ke dalam. “Masuklah dulu. Aku baru selesai mandi, sementara kau terus memencet bell-nya,” jawabnya memberi pembelaan.
Yoo Rin enggan menoleh. Ia hanya menyodorkan kotak makanan yang ada di tangan kanannya, “Ambillah, aku mau pulang.”
Suga diam untuk beberapa saat. Melihat tangan Yoo Rin yang terulur ke arahnya. Namun, alih-alih mengambil kotak makanan itu, Suga justru menarik tangan Yoo Rin dan segera menutup pintu unitnya. Lalu mendorong Yoo Rin, hingga punggungnya menempel di pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe
Fanfiction"Di antara berisiknya dunia yang aku singgahi, terimakasih sudah hadir dan hidup di duniaku sebagai melodi dengan estetika terindah yang pernah aku dengar, Min Yoongi." Han Yoo Rin, gadis berkulit putih bak salju, dengan rambut bergelombang sebahu...