Crystal melangkah dengan semakin cepat, selepas menemukan sosok Erron Bright tengah duduk di salah satu sofa panjang.
Tentu, ia hendak mendekati pria itu."Aku kira kau akan tiba di sini, terlambat."
Crystal menggeleng pelan. "Tidak." Jawaban singkat dilontarkan dengan nada tegas.
"Di mana Sonya Kendall?" tanyanya, lalu.
"Di kamar Brandon."
Dada Crystal tambah memanas. Tidak bisa dikontrol rasa cemburu, manakala sosok sang paman hadir di dalam benaknya.
Bayang Brandon tengah mencumbu wanita yang baru disebutnya itu, pun berputar bagai pemandangan buruk.
Crystal tak tahu kenapa kepalanya menciptakan imajinasi sa sekali tak menyenangkan bagi perasaan.
"Paman kesayanganmu belum sampai. Dia hanya sendirian di dalam sana."
Crystal tetap memasang ekspresi datarnya, walau di hati, ia senang akan fakta tersebut. Walau, kecemasannya tidak dapat untuk dihilangkan begitu saja.
Masalah dengan Sonya Kendall harus cepat dituntaskan agar wanita itu bisa musnah dari kehidupan Brandon, barulah ia akan mampu meraih ketenangan diri.
"Apa kau sudah mengirimkan semua bukti kebusukan Sonya pada pamanku?" Crystal mengalihkan ke topik lainnya.
"Belum. Aku masih menunggumu tadi. Aku hanya tinggal mengirim dalam satu klik."
"Kirim semua data pada Brandon. Dia harus tahu secepat mungkin kebusukan Sonya agar tidak semakin tertarik dengan wanita itu." Crystal bersuara dengan nada dingin.
"Hahaha. Baiklah. Akan aku kirimkan pada paman tercintamu sekarang semua data."
Crystal hanya membalas dengan anggukan pelan saja. "Aku akan urus Sonya di dalam."
"Dan, kau tolong ladeni Brandon. Yakinkan dia tentang Sonya. Bonusmu akan aku kirim besok, sesuai dengan nominal kujanjikan."
Erron menyeringai senang. Kepala bergerak ke atas dan bawah, ringan saja beberapa kali. "Serahkan padaku untuk urusan paman tersayangmu. Dia pasti akan percaya."
Ucapannya hanya dibalas anggukan seperti tadi oleh Crystal. Lantas, wanita itu berjalan menjauh dari hadapannya.
Tempat hendak dituju tentu saja kamar tidur dari Brandon, masih terletak di lantai yang sama.
Erron ingin menyerukan kalimat-kalimat penyemangat untuk Crystal, namun tak jadi karena teleponnya berdering, ada telepon.
Brandon Smith is calling...
Erron segera mengangkat panggilan. Ia pun berdeham sejenak, ketika di seberang sana, sang sahabat meminta penjelasan.
"Kau sudah membaca semua data yang aku kirimkan? Kalau ada yang membuat kau tidak paham, tanyakan nanti di bar."
Tanpa menunggu reaksi Brandon, Erron pun segera mengakhiri sambungan. Ia kemudian bangkit sari sofa, berjalan ke arah kamar milik sang sahabat, ingin menyusul Crystal.
Tentu, tak ingin melewatkan aksi wanita itu memberikan pelajaran pada Sonya Kendall, pasti akan seru melihat Crystal beraksi.
Penempuhan waktu untuk sampai di depan pintu ruangan tidur Brandon yang sedang terbuka.
Erron hendak masuk, namun ia urungkan saat melihat pemandangan cukup menakjubkan baginya untuk ditonton.
Langsung dipasang seringai seraya kedua tangan bersedekap di dadanya. Mata tidak berkedip menyaksikan Crystal yang tengah menyudutkan Sonya Kendall ke dinding. Bahkan, disertai cekikan di leher.
"Aku tulus dengan Brandon, aku tidak ada niatan untuk menghancurkannya."
"Jangan bersandiwara di depanku lagi, Miss Kendall. Kau tidak akan bisa mengelak!"
"Aku sudah punya semua bukti kebusukan perbuatanmu."
"Kau sudah mempermainkan pamanku."
"Dan aku harus memastikan kau mendapat balasan yang lebih mengerikan."
Crystal merobek gaun tidur berbahan tipis dikenakan oleh Sonya Kendall hanya dengan sekali percobaan. Lalu, ditariknya wanita itu hingga tersungkur ke lantai yang dingin.
"Kau tidak akan pernah bisa menempatkan pamanku dalam rencanamu."
"Karena aku akan melindungi dia dengan caraku!" seru Crystal dengan nada yang begitu tegas.
"Kau bodoh karena kau mencintainya."
Darah Crystal semakin mendidih. Ucapan yang terlontar dari si wanita murahan, bak sebuah hinaan untuknya.
Tak bisa diterima harga diri direndahkan begitu saja. Perlu diberikan pelajaran agar Sonya tidak sembarang berbicara.
Crystal menarik si wanita murahan, tepat di bagian rambut hingga membuat Sonya memandang ke matanya.
Dilemparkan sorot tajam dan menusuk pada si wanita murahan. "Aku memang bodoh."
"Aku bahkan bisa sangat kejam pada orang yang sudah berani menyakiti Brandon."
"Termasuk kau, Jalang!" seru Crystal seraya menyeret Sonya keluar dari kamar.
Tak dipedulikan sama sekali jeritan sarat kesakitan diloloskan wanita itu. Ia hendak membuktikan ucapannya tadi.
Crystal ingin menunjukkan bahwa apa pun yang terlontar dari mulutnya memang akan menjadi kenyataan.
"Cryst, kau lakukan apa pada dia?"
Andai saja Erron tidak melontarkan kalimat tanya dengan begitu kaget, maka Crystal tak akan menghentikan aksinya.
Namun, karena ia perlu menjawab apa yang ditanyakan sang sahabat, Crystal pun diam sejenak. Cengkraman tak dilepaskan
Sonya masih tersungkur di lantai dengan rintihan kesakitan keluar dari mulut wanita itu. Crystal enggan memedulikan.
"Aku hanya ingin memberikan pelajaran ke dia. Apakah menurutmu ini kurang parah?"
"Cara yang bagaimana lagi? Apa kau punya ide bagus, Erron? Beri tahu aku. Ak--"
Crystal tak bisa menyelesaikan ucapannya, sebab tiba-tiba menerima serangan Sonya Kendall. Wanita itu menariknya.
Crystal pun terjatuh. Cakaran diterima di bagian punggung hingga kemeja jadi robek.
Rasa perih kemudian melandanya. Crystal yakin ia mendapatkan luka lumayan banyak.
"Ini pembalasan untukmu karena kau sudah berani berbuat kasar padaku, Miss Smith!"
Crystal memandang nyalang Sonya. Wanita itu pun menatapnya dengan sorot penuh kebencian. Dan, ia muak melihat seringaian yang diperlihatkan oleh Sonya Kendall.
Plak!
Plak!
Tamparan diterima sebanyak dua kali di bagian pipi kirinya. Jelas menjadi kebas. Namun, enggan berfokus pada rasa sakit.
Kemarahannya semakin besar. Sonya tidak akan pernah menerima pengampunannya.
Crystal pegang cepat nan kuat dua tangan wanita itu yang berada di rambutnya.
Lalu, ditarik dengan kekuatan besar hingga Sonya terjungkal tepat di hadapannya.
Crystal lekas bangun. Menempatkan diri tepat di atas tubuh Sonya. Tangan-tangan wanita itu masih dicengkramnya.
Crystal hendak melayangkan tamparan sama seperti yang wanita itu lakukan tadi. Namun, Erron mencegahnya.
Otomatis dipertanyakan sikap pria itu. Ia layangkan lewat tatapan. Jelas Erron paham.
Barulah kemudian, dilemparkan kalimat peringatannya, "Jangan menghentikanku."
"Tidak, Crys. Bukan ini caranya."
"Kau ingat? Kita punya senjata lain. Kau tidak harus mengotori tanganmu dengan menyiksa fisik dia. Tidak begitu, Crys."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWASA II [21+]
General Fiction[follow untuk bisa membaca part 21+] KUMPULAN NOVEL-NOVEL DENGAN TEMA DEWASA. BANYAK ADEGAN TAK LAYAK UNTUK USIA DI BAWAH 18 TAHUN. 🔞🔞🔞🔞🔞