04 🔞

2.6K 9 0
                                    

"Kau bilang apa tadi, Miss James?"

"Tolong jangan menyebut marga dari keluargaku. Panggil namaku saja."

Anggukan dengan gerakan ringan pun dilakukan Orlanzzo sebanyak satu kali. Tanda bahwa paham, sekaligus akan mengabulkan permintaan.

"Baik, Miss Veccia." Diucapkan kalimat dalam suara berat, tapi sarat nada yang menggoda. Begitu juga senyuman.

Ya, ditunjukkan seringaian lebar dengan kedua sudut bibir terangkat tinggi ke atas, tanpa paksaan sama sekali.

Bisa dibilang, secara natural terbentuk ekspresinya yang menandakan ia suka akan situasi bersama Veccia.

Terkhusus, menggoda si wanita dewasa yang masih gadis. Ia penasaran sejauh apa sebenarnya kepolosan Veccia.

Orlanzzo cukup yakin jika perempuan itu bukanlah tipe suka berbohong. Tak bisa langsung juga memercayai semua yang Veccia sudah akui padanya.

"Bisa kau ulang perkataanmu tadi?"

"Perkataanku?" Dibalas cepat dengan nada kebingungan. Belum dapat untuk dipahami, maksud dari Orlanzzo.

Kemampuan berpikir pun jadi lambat, dipengaruhi oleh aksi pria itu. Apalagi, seringai yang dibentuk di wajah. Seolah merupakan peringatan baginya.

"Kau bilang kau masih gadis."

Veccia refleks mengangguk. "Iya, aku memang masih gadis sampai saat ini."

"Aku belum pernah tidur dengan pria mana pun." Veccia menambahkan.

"Bagaimana bisa kau menawarkan diri sebagai wanita penghibur, kalau kau belum punya pengalaman di ranjang?"

Veccia hendak berkata. Namun, semua kalimat yang sudah disusun, seketika hilang dari kepala. Terjadi begitu saja karena fokus akan ucapan Orlannzzo.

Lalu, muncullah sebuah pertanyaan di dalam kepala. Akan dilontarkan demi mendapatkan jawaban yang pasti.

"Apa untuk menjadi wanita penghibur, harus sangat mahir di ranjang?"

"Jelas, Miss Veccia. Tugas dari seorang wanita penghibur adalah melayani tamu dan membuat mereka puas."

"Sedangkan, kau tidak ada pengalaman di ranjang masalahnya, Miss Veccia."

"Aku pikir para pelanggan akan suka dengan perempuan yang masih gadis, dibanding mahir di ranjang." Veccia pun jujur mengungkapkan isi pikiran.

"Aku sendiri suka dengan perempuan yang masih gadis. Rasanya berbeda."

Veccia merinding mendadak dengarkan jawaban dari Orlanzzo. Apalagi, melihat mata pria itu memancarkan sorot yang aneh, daripada cara menatapnya tadi.

"Apa kau sungguh masih gadis?"

"Aku tidak bohong. Aku memang belum pernah tidur dengan satu pun pria. Aku tidak suka berakting atau pura-pura."

Veccia hendak mengatakan kalimatnya lagi ada di dalam kepala, tapi tidak jadi karena aksi Orlanzzo Williams yang kian mendekat ke arah dirinya.

Jarak mereka tak sampai sejengkal.

"Buka seluruh pakaiamu, Miss Veccia."

"Apa?" Balasannya diserukan dengan kencang dan terkejut, secara spontan.

"Aku harus buktikan kau memanglah gadis yang alami. Bukan karena kau melakukan operasi keperawanan."

Veccia menganggap ucapan Orlanzzo sebagai sindiran. Ia tak akan melawan dengan kata-kata, tapi hendak berikan bukti seperti diinginkan pria itu.

Seluruh kain melekat di tubuh segera ditanggalkan. Tak ada tersisa. Tentu saja benar-benar menjadi telanjang.

"Sekarang, berbaringlah di sana."

Lagi-lagi, Veccia menurut. Ia bergegas menuju sofa yang ditunjuk Orlanzzo. Tidur dengan posisi telenjang. Rasa tegang membuat dirinya tak tenang.

Apalagi, Orlanzzo ikut berada di sofa. Ia masih tak tahu apa yang akan pria itu lakukan. Tidak terbayang sama sekali.

"Buka kedua kakimu, Miss Beccia."

"Yang lebar."

Dikabulkan perintah Orlanzzo. Walau, semakin merasa risi dan juga kurang nyaman akan permintaan pria itu.

"Hmm, kau harus mencukur semua rambutmu di bagian ini. Aku tidak suka merasa geli, saat bercinta."

Veccia yang terus memerhatikan setiap gerakan Orlanzzo, tentu bisa melihat fokus pria itu secara penuh terarah ke mahkota berharga miliknya.

Dan Veccia ingin menyahuti. Tapi, tak bisa karena terkaget-kaget akan aksi Orlanzzo yang menempatkan diri di antara kedua kakinya, tiba-tiba saja.

Veccia pun kembali diserang rasa kaget karena pria itu menyentuhnya. Lebih tepat, memasukkan jemari ke dalam organ intimnya. Entah berapa, ia tidak tahu. Berpikir pun tak mampu.

"Ternyata kau sungguh masih gadis."

DEWASA II [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang