Jalanan malam ini terlihat ramai dengan kendaraan yang berlalu-lalang dari arah selatan dan utara. Rachel yang kini sedang berada di dalam mobilnya tampak cemas dan gelisah. Berkali-kali ia menghela napasnya dengan berat.
Setelah mendengar kabar dari Alden bahwa Aksara dirawat dirumah sakit, dengan cepat ia segera menuju kerumah sakit tempat Aksara dirawat malam ini juga. Rasa bersalah yang melanda dirinya terus membuat hatinya tidak tenang. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit ia hanya merutuki dirinya sendiri karena telah melibatkan Aksara pada Algara.
Setelah beberapa lama kemudian akhirnya mobil Rachel tiba di halaman rumah sakit. Setelah Mang Ujang, sopir pribadi Rachel memarkirkan mobilnya, Rachel pun segera keluar dari mobil lalu memasuki gedung rumah sakit tersebut.
" Atas nama saudara Raga Aksara, pasien dirawat di ruangan nomor 63. " ucap bagian resepsionis tersebut saat Rachel menanyakan dimana letak ruangan Aksara.
Setelah mengetahui nomor ruangannya Rachel segera menuju kesana.
Rachel membaca nomor ruangan yang bertuliskan angka enam puluh.
" Akhirnya.. " gumamnya bernapas lega karena sudah menemukan ruangan dengan nomor enam puluhan, berarti ruangan Aksara berjarak tiga ruangan lagi dari tempatnya berdiri.
Saat Rachel mengalihkan pandangannya ke arah ruangan nomor enam puluh tiga, ia melihat dua orang yang tidak asing dimatanya sedang duduk dikursi tunggu depan kamar. Segera ia berjalan ke arah ruang rawat Aksara.
" Ngapain lo kesini? " Cakra menatap sinis ke arah Rachel yang baru datang. Sedangkan Zaona hanya diam menatap Rachel.
" Gue mau jenguk Aksara, " balas Rachel sedikit tidak nyaman karena tatapan dan intonasi bicara Cakra yang menunjukkan dengan jelas bahwa cowok itu tidak suka akan kehadirannya disini.
" Buat apa? " tanya Cakra tanpa mengubah ekspresi wajahnya.
" Umm.. gue.. "
" Pergi! " sentak Cakra yang sudah muak melihat cewek di hadapannya itu.
Rachel terkejut melihat reaksi Cakra. Ia yang awalnya begitu ingin melihat kondisi Aksara mendadak menjadi urung karena Cakra yang terang-terangan mengusirnya dari tempat ini.
" Tapi, Kra.. "
" Apa? Telinga lo tuli? " balas Cakra.
" Plis biarin gue liat Aksara.. " ucap Rachel memohon, bahkan ia sampai menangkupkan kedua tangannya di dada.
" Per-gi. " tekan Cakra pada ucapannya.
" Gak akan, sebelum gue liat keadaan Aksara. " kekeuh Rachel tetap pada pendiriannya. Walaupun sebenarnya ia tidak yakin kalau Cakra akan mengizinkannya.
Cakra berdiri dari tempatnya lalu menyandarkan tubuhnya di dinding.
" Maksud lo apa? " ucapnya dengan nada meremehkan.
Cakra menatap Rachel dengan tatapan mengintimidasi, sedangkan kedua tangannya dilipat didada.
" Gak usah sok baik. Aksara gak butuh orang munafik yang suka cari muka kayak lo ini. Mendingan sekarang lo pergi dari sini sebelum gue panggil satpam buat ngusir lo. " ucap Cakra dengan kata-kata tajam yang berhasil membuat hati kecil Rachel tersentil.
" Satu lagi, " lanjut Cakra menjeda ucapannya.
" Tolong sampaikan sama cowok bangsat lo itu, jangan pernah ganggu Aksara lagi kalau gak mau tangannya patah. Ngerti? "
Sedangkan Rachel masih terdiam mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Cakra.
" Oke, akan gue sampe-in. Tapi izinin gue buat liat Aksara bentar, " ucap Rachel masih berusaha membujuk Cakra agar memperbolehkannya untuk menjenguk Aksara.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA'S TEARS [Revisi]
Teen FictionRaga Aksara, seorang laki-laki dengan segala kesakitan-nya. Terlahir sebagai laki-laki membuat ia harus hidup dengan segala penyiksaan yang dilakukan oleh Ayahnya. Bahkan ia menjadi objek bullying dari saudara kembarnya sendiri. Bagi Aksara, rumah b...