Suara dentuman monitor EKG berbunyi disepanjang detik, di ruangan serba putih dengan bau obat obatan. Cahaya bulan purnama menerobos masuk kecelah gorden yang terbuka.
Mengurung diri di ruangan bak neraka ini selama ber minggu minggu tidak membuatnya sembuh, tangan kurus yang sering ditancapkan selang infus itu tidak kembali sehat seperti sebelumnya, rambutcoklat itu tidak berkilau seperti yang seharusnya. Tubuhnya, tubuhnya kini ramping dan pucat dalam seketika.
Tit~~ tit~~ tit~~
Tubuh itu menegang, dadanya naik turun, dentuman alarm berbahaya terdengar nyaring hingga keluar, para perawat berhamburan memasuki ruangan, tergesa gesa dengan raut wajah cemas.
Seorang dokter mengambil alat defiblilator sementara para perawat terus sibuk menatap layar monitor EKG, dan menempelkan kabel pacu pada bagian dada nya, detak jantungnya melemah.
"150 joules in three counts!" Dokter itu sudah menyiapkan kedua tangan nya, sambil menatap para perawat yang mengangguk.
"One...two... Thre!" kedua paddle itu diletakan didadanya, membuat efek kejut hingga tubuh itu terangkat keatas, mereka menatap elektrokardiogram yang menampilkan garis tak beraturan.
"200 joules!"
"Clear!"
"250 joules!"
"Clear!"Keringat membasahi dokter tersebut, ruangan terasa sangat panas, hari sudah semakin gelap, hingga tengah malam.
"300 joules!"
Semua perawat tersentak, ragu ragu menatap ke arah Dokter tersebut.
"Doc, are you sure?"
"We have to save his life! so move quickly! And, trust me! 300 joules!"
Dokter itu kembali memerintah. Dada itu kembali membusung kuat akibat tekanan dan aliran listrik yang membuat tubuhnya dikejutkan.
Sementara itu, ada mata yang menatap kosong pada pintu ruang ICU itu, bibirnya tak menampilkan segaris senyuman pun, tatapan yang kosong dengan tangan yang menggenggam sebuket bunga mawar putih, ditangan yang penuh luka dan terdapat selang infusan itu.
Rambutnya berantakan, jejak air mata nampak jelas dipipi tirusnya, laki laki yang duduk di kursi roda itu menunduk ketika tak bisa lagi menahan air matanya.
Dadanya sesak, rintihan suara menyakitkan terngiang ngiang dikedua telinganya, suara rengekan hingga suara tawa yang biasanya ia dengar sekarang hanya terasa seperti sengatan menyakitkan yang memekakan telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐨𝐥𝐝𝐞𝐧 𝐀𝐩𝐩𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐢𝐭𝐲
RomanceMervellie Asley Adenalandra. Anak tunggal keluarga Adenalandra. Bersekolah di sekolah elite yang berada di Jakarta. Menjadi sosok anak tunggal keluarga terpandang tidak semudah yang dibayangkan orang orang luaran sana, yang pandang sebelah mata...