Ntah harus bersyukur atau menangis Mervellie merutuki dirinya sendiri yang terpisah dengan Lily. Gadis manis dengan stelan dress Korea vintage dengan rambut digerai yang sedikit bergelombang, tak lupa dengan aksesoris yang menempel dikepalanya. Tiba tiba terpisah dengan Lily karna riuhnya manusia.
Mervellie menatap kerumunan orang yang ribut menunggu konser ERB yang akan dimulai sebentar lagi, gadis itu menggaruk kepalanya dan terus mengaduh ketika segerombolan orang terus menyyenggolnya. Mervellie tidak bisa keluar, disekelilingnya dipenuhin orang. Membuatnya akan sulit jika harus keluar.
Dia ingin pulang, tidak peduli dengan uang satu juta yang ia keluarkan terbuang sia sia. Asalnya jantung nya kembali aman dan damai. Mervellie ingin mengambil ponsel saja masih susah, karna aksi senggol menyenggol terus berlanjut .
Sial! Mervellie menghela nafas kasar, saat dirinya mendongak terdengar suara musik dan riuhnya orang orang berteriak sambil mengangkat tangan mereka. Mervellie melihat empat orang laki laki yang datang sambil melambaikan tangan tak lupa senyum nya yang cerah terus mengembangkan.
Matanya terpaku pada empat orang itu, pakaian casual yang mereka kenakan sangat pas dipadu dengan cahaya sore ini. Menelisik wajah mereka yang berbeda beda.
"Selamat sore semuanya!" suara lembut itu mengaklun indah dan menggelegar ketika mic yang ia kenakan menyala, laki laki yang membawa stik drum itu melambaikan tangan nya sambil tersenyum manis hingga gummy smile nya nampak.
"SELAMAT SORE BARIE!" pekikan heboh semua orang, ketika menyambut sapaan laki laki yang memegang stik drum itu.
Mervellie mengerjapkan matanya, menelisik orang yang menyalakan gitar nya, rambut itu melayang layang diterpa angin sepoi sepoi, wajah nya bersinar bak dewa Yunani. Cantik. Satu kata yang mendeskripsikan laki laki itu.
Bola mata berwarna coklat itu, menatap segerombolan orang yang berada dibawahnya, angin sore nya nampak cantik dan menyatu dengan kontras wajah nya.
Laki laki bermata coklat terang itu, mendekatkan wajah nya pada mikrofon yang tersedia, dan tersenyum tipis. Sangat tipis yang hanya menarik kedua sisi bibir saja.
"Kita kembali. Merangkai lagu yang semula hilang, menjadi karya paling menarik disore kali ini." suara itu sangat lembut membuat sorak sorakan para penonton semakin riuh.
Melihat sang ketua sudah mengambil posisinya, ketiga orang itupun mengambil posisi masing masing, drumer, gitaris dan piano.
"DAFA!“
"GRAVEN!"
"BARIE!"
"KAFKA!"
"ECLIPS RYTHM BOYS!" sang gitaris elektrik berteriak penuh keyakinan.
"MOR THAN EVERYTHING ALWAYS HERE!!" pekikan suara itu langsung menyatu dengan suara gitar yang memulai petikan nya.
"FIRST SONG, FOR ALL OF US!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐨𝐥𝐝𝐞𝐧 𝐀𝐩𝐩𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐢𝐭𝐲
RomanceMervellie Asley Adenalandra. Anak tunggal keluarga Adenalandra. Bersekolah di sekolah elite yang berada di Jakarta. Menjadi sosok anak tunggal keluarga terpandang tidak semudah yang dibayangkan orang orang luaran sana, yang pandang sebelah mata...