Apakah kesempatan untuk merasakan hari yang baik hanya satu kali? Menjengkelkan. Aku tidak pernah sejengkel ini dengan orang, ya walaupun aku pernah menendang kerikil sampai mendarat ke pasangan yang ada di depanku. Tapi beruntungnya aku, mereka tidak tahu.
Tapi untuk yang kali ini rasa kesalnya sampai terbawa ke mana-mana. Semalaman aku beradu mulut dengan orang asing itu. Sok paling kritik dan tahu fashion, oh my goodness! Ini cuman game. Seharusnya ini membuang waktu, tapi kenapa aku masih menanggapi omongannya yang konyol seperti bola pantul kentut itu.
"Itu benar, lihat wajah karaktermu. Murung. Tidak bisakah tersenyum sedikit? Dan kenapa bajunya hitam semua? Apa dia baru saja dari pemakaman?"
Nada orang ini menjengkelkan.
"Oh my! Terserah selera ku Dude! Seleramu juga buruk, asal kau tahu." Diana mengitik balasannya dengan serius.
"Terserah seleraku juga lah, kenapa ikut campur?" balas lelaki tersebut.
"Nah itu tahu, kenapa ikut campur? Lagakmu sudah seperti kritikus sok paling bisa mengkritik. Yuck!" Diana menekan tombol enter dengan kasarnya.
"Semua orang bisa berpendapat kan? Gak ada salahnya toh kalau aku jadi kritikus desain dan karakter game ini." Pria itu berusaha membela diri.
"Huh? Damn. Menurutku bodoh. Bangga sekali, pendapatmu lebih ke arah ejekan." Geram Diana. Ia tidak terima.
"Tapi faktanya begitu kan?" tanya pria itu membuat Diana semakin menggeram.
"Seleramu yang buruk!"
Itulah cuplikan debat yang berlangsung semalaman. Sampai aku tidak bisa tidur. Bocah sialan.
Entah siapa nama lelaki itu. Dia pengganggu pikiranku pagi ini. Mengingat betapa ngototnya dia membuatku mual.
"Kamu gak papa Sayang?" Ibu Diana bertanya kawatir. Mengelus lembut pundaknya.
Diana hanya mengangguk dan pergi meninggalkan meja makan. Untuk kali ini, kucilkan semua yang berpasangan.
Dua orang sahabatnya dengan kompak menyambut hangat. Entah apa yang terjadi dengan mereka. Apa ada yang salah dengan wajahku? Terlalu cemberut kah? Yaampun.
"Hai Diana! You know what? I miss you so much." Lia memeluk erat Diana.
"What's going on?" Diana membelalak. Bola matanya melirik Tiana yang ikut memeluknya juga.
Lia sedikit terisak. Mengusap ujung matanya "Aku putus."
Mata Diana semakin membelalak. Ini bukan rencanaku kan? Oh my god, secepat ini kah? Tidak bisa dibayangkan.
"Kenapa bisa? Kalau kamu Ti?"
Tiana menghela nafas panjang. Lantas mengangguk.
"Astaga. Aku bukan sebabnya kan? Ada masalah apa hei?"
Mereka berdua hanya menghela nafas.
"Kami shock Na. Sungguh." Tiana angkat bicara.
Diana mengangguk mengerti.
Mempersilahkan mereka untuk duduk sebentar. "Kalian mau minum dulu atau langsung cerita?"
"Langsung." Kompak dua orang ini menjawab.
Diana mengangguk sekali lagi. "Alright."
Tiga jam berlalu. Masalah ini nampak serius bukan? Untuk yang berpacaran.
Tapi menurutku ini memang serius. Aku terlalu meremahkan masalah mereka.
Poin minus dalam suatu hubungan adalah kurang memahami perasaan sesamanya-seharusnya ini repot. Se sepele itu kan? Tapi sungguh tergantung orangnya. Tidak semua orang bisa melakukan hal itu, trust me. Hanya orang tertentu yang memang jatuh hati kepada kita. Kalaupun tidak, ya mungkin dengan gampangnya meninggalkan begitu saja. Kecuali orang bodoh yang sudah tahu pasangannya sudah tidak ada perasaan, tapi malah di pertahankan.
Okey, inti dari permasalahan sahabatku cukup membuat kaget. Untuk Lia, jujur dia orang yang cukup nakal, tapi periang juga. Dan untuk pacarnya, ia baru tahu kalau pacarnya adalah gay. Lia berpacaran dengan Top paling ganteng menurut para Boti.
Baik, untuk Tiana. Pacarnya begitu datar akhir-akhir ini. Membosankan dan ternyata hanya pembual, pemain, lebih tepatnya se ekor buaya yang sok paling "You are the only one in my heart". Bullshit.
Semoga aku tidak terperangkap di jurang mereka. Parahnya Tiana pacar ke empat lelaki tersebut. Seperti apa yang ku duga, mantannya punya empat pacar dan salah satunya Tiana. Kenapa dia begitu bodoh ya? Kenapa tidak di lihat dulu? Dasar Tiana polos.
Umpatan binatang dan kata kasar mengisi tiga jamku yang berharga. Mereka wanita yang kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuck Virtual Love, Indeed
Teen FictionPenasaran gak sih sama unsur kebenciaan cerita ini? Se benci itu kah dengan hubungan virtual? Apa yang terjadi dalamnya? Pada intinya, berhubungan dengan orang yang tepat membuat banyak perasaan delusional. Di cerita ini suatu kepercayaan akan ter...