Eps 5

44 33 19
                                    

Sore hari. Hari ini cerah. Lumayan sepi. Tidak terlalu berisik. Cukup bebas menghirup udaranya. “Kenapa tenang sekali.” Diana menutup kedua matanya, tapi batinnya bergumam akan ada sesuatu yang terjadi. “Apa yang akan terjadi sekarang.”

Rumah. Diana kembali ke dalam kamarnya. Setelah makan dan bebersih diri. Tepat sasaran. Lihat, laptopnya menyala. Notifikasi game itu lagi. “Apa lagi ini?!” geram Diana.

Notifikasinya berisikan pesan si berisik.

“Hei menyedihkan, ku tebak sekarang kamu baru pulang kan? I know you.”

Diana memutar bola matanya malas.
“Sok tahu kudanil!”

“Waw see that? Aku tahu banget tentang si menyedihkan ini.” Pria itu membalasnya begitu cepat.

“Shut up! You’re so annoying. Berisik!”  Diana mematikan tombol power. Mengambil nafas dan berbaring tak berdaya di atas kasur.

***

Kita beralih sekarang. Lihat ruangan ini besar sekali. Ruang kamar yang nyaman.

Dan lihat di sana, pria dengan bahu lebar. Dambaan semua orang.

Sedang apa ia? Sepertinya meratapi balasan Diana. Layar laptopnya begitu terang, semoga matanya baik-baik saja.

Jarinya bergerak, mari kita lihat seberapa jagonya ia membalas cemoohan Diana.

Bunyi ketiknya begitu renyah, nampak mahal memang. Huruf demi huruf ditata menjadi kalimat utuh. Permohonan maaf, bujukan, dan berakhir memperkenalkan diri. Mandiri sekali.

Setelah sekian lama mereka berbincang penuh ejekan, ada salah satu yang mengalah untuk memperkenalkan diri.

Tangannya nampak basah karena gugup. Raut wajahnya pun nampak khawatir. Apa yang ia pikirkan dan mengharapkan apa?

Pria ini bersender di kursinya. Sesekali menyeduh botol minum yang berada di samping keyboard mewah itu. Keringat bercucuran di dahinya yang mengerut.

Masih mengawasi layar laptop. Ekspresinya tidak terkontrol entah itu cemas, marah, sedih, atau apalah. Tercampur aduk.

Diana mengetik. Ternyata gadis itu telah bangun dari kelelahannya. Pria ini mengambil alih. Segera membuka layar mendekati layar tersebut.

Diana berkata, “You know what? You’re annoying.”

Pria itu malah terkekeh tak henti.

***

Diana terduduk di depan layar laptop. Masih menanggapi balasan si Anthony.

Anthony bilang bahwa, “Aku hanya bergurau, kalau memang iya berarti itu bagus. Aku hafal aktivitasmu, bukan begitu? Aku minta maaf jika gurauan ku kelewatan. Hi girl, panggil aku Anthony. Nice to meet you pretty.”

Diana yang melihat pesan panjang itu rasanya mau muntah. Sudah di pastikan orang ini golongan buaya darat.

“Hei, aku belum tahu namamu. Bisa di jawab?” Anthony membalas. Sepertinya di sana ia menyeringai lebar.

Diana mengetik. “Diana. Jangan sok ganteng ya Ton!”

“Haha lucu.”

Diana menggerutu, “Fuck you.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fuck Virtual Love, IndeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang